Sore dari Bandung mereka pergi ke Jakarta dengan menggunakan helikopter, Ed memang sungguh di luar dugaan. Arinda saat ini menerka-nerka apa sebenarnya pekerjaan Ed. Helikopter yang membawa mereka tiba di sebuah rumah besar yang dari atas saja Arinda bisa menebak kalau rumah ini memiliki landasan helikopter di samping rumahnya.Jemari Arinda masih terus bertaut dengan Ed, pria itu juga membantu Arinda untuk turun dari helikopter. Senyum tidak pernah lepas dari wajah Ed, Arinda sadar Ed benar-benar menyukainya tapi dia ? yang ada dalam benaknya saat ini adalah Ed tipe manusia aneh yang kepercayaan dirinya diatas rata-rata dan jangan di lupakan kalau pria ini gemar bermain wanita.Ed terus membawa Arinda masuk menuju dalam rumah luas dengan gaya modern klasik berwarna putih itu. Mata Arinda di manjakan dengan lantai marmer dan juga furniture yang pastinya sangat mahal. Rumah ini sudah seperti hotel bintang kelas atas saja, pikir Arinda."Abang Bos ini rumah siapa ?" tanya Arinda namun E
Jika tahu pasti akan membuat banyak urusan serta menguras pikiran, bagi ku lebih baik di tinggalkan....Setelah mendapatkan telpon dari Bapaknya, ke-esokan paginya dia langsung buru-buru ke pasar. Menemui pemilik lapak yang dia sudah sewa, Arinda bermaksud ingin membatalkan sewa dan meminta kembali uangnya namun sayang si pemilik bersedia mengembalikan uang Arinda hanya setengah dari yang sudah dia berikan.Arinda rasanya ingin menangis karena hal itu, tapi jika tidak dia ambil maka dia tidak lagi memiliki uang. Tidak mungkin dia kembali hanya dengan tangan kosong, di tambah dengan kondisi ibunya yang sedang sakit tidak mungkin dia tidak memegang uang untuk jaga-jaga. Dengan berat hati Arinda menyetujui uangnya di kembalikan hanya setengah saja.Dia langsung pergi membeli tiket dengan mengayuh sepeda kembali, ponselnya bergetar hingga Arinda terpaksa untuk menepi. Saat melihat nama si penelpon Arinda hanya bisa menghembuskan napas lelah."Ada apa bang Anton ?" tanya Arinda langsung de
Makan ku hanya untuk bertahan hidup.Dan hidupku hanya agar aku bisa bersama mu Arinda.****Saat di dalam peswat pribadi yang ia naiki saat ini, Ed menatap foto Arinda yang menjadi wallpaper ponselnya. Dia terus menatap wajah Arinda sambil mendengarkan apa yang Ali dapatkan dari orang suruh mereka.Arinda sudah dua hari tidak di Medan dan kembali ke kampung halamannya ketika sang ibu di perbolehkan untuk pulang. Saat Ali mencari tahu tentang desa Arinda itu dia langsung menjelaskannya kepada Ed.Nama desa itu adalah Balige, sebuah kecamatan dan juga merupakan ibukota dari Kabupaten Toba, Provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kecamatan Balige juga merupakan daerah tujuan wisata karena terletak di tepi Danau Toba. Ed tersenyum ketika sudah tahu tujuannya yang sebentar lagi akan ada di depan mata.Setelah mendarat di Bandara Kuala Namu, mobil yang sudah di siapkan untuk membawa Ed langsung melaju. Ali tidak menyangka jika dia akan terlibat cukup jauh dalam masalah percintaan Bos-nya ini.
Arinda sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga dan juga Ed, dia masih terbayang dengan apa yang semalam dia dan juga Ed lakukan. Untung saja tidak ada yang melihat, jika sampai ada yang melihat habis lah mereka. Bisa-bisa mereka di nikahkan secara paksa, pikir Arinda di dalam hati.Arinda sadar hatinya tidak lagi berontak saat ini, bahkan melihat wajah Ed dari jauh saja dia mulai merona. Ed sudah dengan lihai mengambil hatinya, mungkinkah dia bisa merangkai kisah bahagia bersama Ed. Mungkinkah cinta Ed begitu kuat untuknya ? sama dengan apa yang pria itu katakan. Dia tidak pandai menerka soal pria apa lagi berurusan dengan kisah asmara, pengalamannya masih jauh jika di bandingkan dengan sahabatnya yang lain.Andai ada Reina atau Yinela dia bisa meminta pendapat, tidak mungkin ke Nindy. Dia masih ingat bagaimana tingkah rusuh
Karena mu aku mulai membenci hari yang memisahkan kita meski hanya sejenak saja.****Arinda melihat Ed yang langsung berlaei ke arahnya saat dia keluar dari pintu kedatangan. Pria itu memeluknya hingga napas Arinda terasa sesak."ABANG BOS !" teriak Arinda lalu menghirup udara untuk mengisi kembali oksigen ke paru-parunya. Tatapan galak Arinda tidak membuat Ed takut, dia malah menarik tubuh Arinda dan menyatukan kening mereka.Wajah galak yang dia lihat tadi kini merona membuat Ed sangat gemas. Satu kecupan di dapat Arinda tepat di hidung mancung miliknya."Menggelikan," ujar Ali yang dapat Ed dengar.
Bagaimana rasanya ketika sedang berbunga-bunga lalu kemudian langsung di patahkan ? ada yang bisa menguraikan perasaannya ? kurasa tidak ada, karena yang tergambar adalah rasa sakit hingga kecewa akan diri sendiri.*...Menatap langit yang cerah Arinda mulai memikirkan bagaimana jika seandainya Ed tidak mencarinya ke Balige ? mungkin saat ini dia sudah luntang lantung mencari pekerjaan dan juga pasti tidak bisa kembali ke kos.Baru beberapa hari kerja tapi Ed sudah memberikan uang gaji di depan kepadanya di karenakan Ed tahu orang tua Arinda di kampung sedang membutuhkan banyak biaya untuk berobat ibunya. Meski sudah sehat tapi pesan Dokter agar ibunya rutin cek, tidak bisa diabaikan. Arinda juga sudah men
Setelah tahu terluka karena cinta, hal yang pertama di salahkan siapa ?Dia atau hati ini ?...Arinda memberikan senyum ketika Ed muncul di hadapannya, dia yang tadinya berpikir ingin pergi mengurungkan niat itu. Arinda sudah berlama-lama memilih pakaian, juga memaksakan memakai make up untuk menyempurnakan penampilannya, dia tidak habis pikir yang terjadi malah benar-benar sempurna menghancurkan hati juga harga dirinya."Arinda kamu sudah dari tadi di sini ?" tanya Ed dengan senyumnya."Belum abang bos, tadi baru mau masuk tapi bel sudah berbunyi jadi saya memutuskan untuk membukanya." Arinda berbohong untuk menutupi jika dia sudah men
Sudah jam dua belas malam, Ed terus menunggu Arinda di depan kos wanita itu. Ali belum memberikan kabar apapun, seorang Pria datang menggunakan sepeda motor. Dia hanya tersenyum seadanya kepada Ed lalu masuk ke dalam kos.Ed tidak menanggapi senyum itu, dia hanya menatap datar Arif. Dari jam dua belas malam berganti menjadi jam satu, Ed sudah sangat gelisah. Ingin pergi dari sana tapi dia berpikir jika dia pergi maka kesempatannya untuk berbicara dengan Arinda pasti akan sirna.Hasilnya kesabaran Ed berbuah manis, Arinda terlihat datang dengan sepedanya. Ed melihat Arinda sudah memakai celana ketat berwarna hitam sebatas lututnya namun masih menggunakan dress yang sama. Ed ingin mendekati Arinda, dia tadinya berpikir Arinda akan menghindar dengan kata-kata dan rangkaian kalimat lagi tapi nyatanya wanita itu hanya diam.