Share

Bab 6

last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-19 11:50:44

"Mas!" panggilku pada Mas Kenzie.

"Eh, iya ada apa, Sayang?" tanya Mas Kenzie seolah terbangun dari lamunan. Mas Kenzie yang sedari tadi melihat kepergian Anggun, kini langsung menoleh ke arahku dengan tersenyum kikuk.

"Kamu ngapain, Mas, liatin si Anggun sampai gak kedip gitu? Kamu suka sama Anggun?!" tanyaku penuh penekanan.

Jujur saja, ini kali pertama aku melihat Mas Kenzie melihat wanita dengan tatapan seperti itu. Aku merasa, Mas Kenzie seperti terpukau dengan pesona Anggun. Wajar saja, karena aku yang seorang wanita saja begitu kagum melihat wajah ayu Anggun yang begitu manis itu. Wajahnya khas wanita Jawa yang terkesan manis dan juga kalem. Cara berbicara Anggun juga begitu lembut dan juga kalem. Tapi melihat suamiku yang seolah terpesona dengan Anggun, jelas saja aku cemburu.

"Kamu ini ngomong apa sih, Sayang? Anggun kan sepupu aku, masa' aku suka sama sepupu sendiri. Lagian, istri aku aja cantik begini," jawab Mas Kenzie sambil membelai kepalaku lembut. Ku akui, aku memang jauh lebih cantik dari Anggun, tapi Anggun memiliki pesona yang berbeda dengan wanita cantik pada umumnya.

"Ya bisa aja kan, Mas. Lagian kenapa coba kamu liatin Anggun sampai sebegitunya?" tanyaku seolah tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Mas Kenzie.

"Aku tuh liatin dia bukan berarti aku suka, aku cuma kasian aja lihat dia sendirian gendong bayi gak ditemenin sama suaminya. Aku tuh lagi mikir, seandainya itu kamu aku gak akan biarin kamu pergi ke acara seperti ini sendirian begitu. Aku gak akan izinin kamu, pokoknya seandainya bayi kita lahir nanti, kamu gak boleh kemana-mana sendirian, ngerti!" ujar Mas Kenzie panjang lebar.

"Iya, Mas," jawabku.

Meskipun Mas Kenzie memberikan penjelasan yang seolah meyakinkan, tapi tetap saja tak membuat aku percaya sepenuhnya. Tatapan Mas Kenzie memang menurutku lain, bukan sekedar tatapan iba.

_______

Setelah acara syukuran empat bulananku di rumah mertua kemarin, kini aku dan Mas Kenzie sudah memulai aktivitas kami seperti biasa. Seperti biasa, kami mengelola usaha toko grosir di pusat pasar.

Dua bulan sudah, dan kini kandunganku sudah memasuki bulan keenam. Toko grosir kami semakin laris manis dan memiliki langganan semakin banyak. Aku dan Mas Kenzie sampai kewalahan melayani pembeli. Mungkin ini adalah rejeki anak dalam kandunganku. Karena setelah kehamilanku, usaha Toko kami selalu lancar dan semakin ramai pembeli.

"Sayang, sepertinya kita harus cari karyawan deh buat bantu-bantu kita di toko," kata Mas Kenzie setelah kami sampai di rumah. Sore ini, kami baru pulang dari toko. Karena memang pasar tempat kami membuka usaha, hanya buka sampai sore saja.

"Iya, Mas. Aku juga capek kalau ngelayani pembeli sendirian kalau kamu gak ada," jawabku.

Semenjak toko grosir kami semakin ramai pembeli, kini Mas Kenzie harus belanja 3 hari sekali. Padahal, dulu Mas kenzi belanja setiap seminggu sekali saja. Semakin ramai pembeli, semakin cepat juga barang-barang di toko kami habis.

"Iya, Sayang. Ya sudah, besok aku cari karyawan buat bantu-bantu di toko," ujar Mas Kenzie.

Setelah aku dan Mas Kenzie mandi dan membersihkan diri, kami makan malam bersama. Selama menikah dengan Mas Kenzie aku jarang sekali memasak, apalagi setelah membuka toko, aku tak pernah lagi memasak makanan untuk Mas Kenzie. Hanya sesekali saja aku memasak, itupun hanya memasak mie instan. Kami selalu membeli makanan di luar. Jika sudah kelelahan seperti saat ini, kami akan memesan makanan secara online.

Mas Kenzie sama sekali tak pernah mengeluh ataupun protes jika aku tak pernah memasak makanan untuknya. Lagi pula, uang kami masih cukup untuk sekedar membeli makanan di luar. Bagi Mas Kenzie, aku hanya cukup melayaninya saja di ranjang untuk memberikan kepuasan batin untuk Mas Kenzie. Karena hampir setiap malam, Mas Kenzie selalu minta dilayani.

Setelah makan malam bersama Mas Kenzie, aku merebahkan tubuhku diatas sofa sambil membaca novel favoritku. Tiba-tiba ponselku yang berada diatas meja berdering, tertera nama Dewi di layar ponselku memanggil. Tumben malam-malam begini Dewi menghubungiku. Setelah pertemuan waktu itu di rumah Emak Asih, aku dan Dewi memang lumayan sering berbalas pesan lewat WA. Kami selalu bercerita tentang kehamilan kami masing-masing.

["Assalamualaikum, Mbak Naya,"] ucap Dewi setelah telepon ku angkat.

"Waalaikumsalam, Dew," jawabku.

Setelah sedikit berbasa-basi, Dewi langsung mengutarakan niatnya menghubungiku.

["Mbak, aku mau tanya sesuatu,"] ujar Dewi dengan suara serius.

"Tanya apa, Dew?

["Mbak Naya kapan terakhir ke rumah Emak Asih?"]

"Sekitar tiga Minggu yang lalu, Dew. Memang kenapa?" tanyaku bingung.

["Mbak, sudah seminggu ini aku ke rumah Emak Asih, tapi rumahnya tutup terus. Orang-orang yang berobat di rumah Emak Asih juga pada bingung. Emak Asih sama sekali gak ada kabar, bahkan nomor hp nya juga gak aktif. Padahal, kandunganku udah masuk bulan kesembilan, Mbak,"] jawab Dewi dengan suara panik.

Degh!

Aku yang yang sedang rebahan seketika duduk. Tiba-tiba saja jantungku berdetak lebih cepat, jawaban Dewi rasanya membuatku ikut gugup. Meskipun selama ini perutku semakin membesar karena sudah memasuki bulan keenam, tapi tak ada tanda-tanda pergerakan janin dalam perutku, seperti perempuan hamil normal pada umumnya. Aku pernah bertanya pada Emak Asih, tapi Emak Asih selalu meyakinkanku bahwa bayi dalam kandunganku sehat dan baik-baik saja.

"Lalu, bagaimana, Dew?" tanyaku dengan suara sedikit bergetar.

["Besok, rencananya aku mau ke dokter kandungan, Mbak, sekalian mau USG. Aku takut, Mbak, aku dengar ada salah satu pasien Emak Asih yang udah USG. Katanya, kandungannya kosong. Padahal perutnya jelas-jelas besar seperti hamil sungguhan, tapi setelah USG, gak ada apapun di perut wanita itu,"] cerita Dewi.

Mendengar cerita dari Dewi tubuhku terasa sangat lemas, seketika tenagaku menghilang. Aku benar-benar takut, jika yang diceritakan Dewi tentang pasien Emak Asih itu terjadi padaku. Aku tak bisa membayangkannya, bagaimana nasibku nanti jika dalam perutku tak berisi janin bayi?

"Dew, aku takut," kataku lirih.

["Sama, Mbak, aku juga. Padahal, aku sudah sangat lama menanti bayi ini,"] kata Dewi. Terdengar isakan kecil diseberang telepon, pasti Dewi sedang menangis saat ini.

Aku tahu bagaimana perasaan Dewi saat ini, karena akupun juga merasakannya saat ini. Kami sama-sama wanita yang sudah bertahun-tahun lamanya menantikan keturunan. Baru saja, aku merasa terbang tinggi keatas awan karena bahagia, justru kini aku merasa seperti jatuh ke dasar jurang yang dalam.

["Mbak, Mbak Naya ...!"] panggil Dewi.

"Eh, iya, Dew. Gimana?" kataku setelah sadar dari lamunan.

"Ya udah, Mbak. Aku tutup dulu telponnya, kita berdoa aja ya Mbak, semoga janin bayi dalam kandungan kita baik-baik aja," ujar Dewi.

Aku mengaminkan doa dari Dewi. Setelah telepon dari Dewi ku tutup, air mata tiba-tiba sudah lolos dari pelupuk mataku. Aku mengelus perut buncitku yang sudah terlihat membesar. Aku yang awalnya yakin dan percaya dengan perkataan Emak Asih, kini jadi merasa ragu dan juga khawatir.

Sebenarnya, aku sendiri mengakui pengobatan yang dilakukan oleh Emak Asih terlalu aneh, bahkan terkesan mengada-ada karena aku tak diperbolehkan untuk periksa kandungan ke bidan ataupun dokter. Bahkan USG pun sangat dilarang keras oleh Emak Asih. Tapi jika sudah begini, aku harus bagaimana?

Semua orang sudah tahu dengan kabar kehamilanku. Bahkan, aku selalu mengaploud foto-fotoku yang tengah hamil di semua media sosial milikku. Jika benar, tak ada janin bayi di dalam rahimku, mau di taruh dimana muka ini? Belum lagi, aku dan Mas Kenzie sudah mengadakan acara 4 bulanan waktu itu secara besar-besaran, hingga membuat semua orang mengetahui tentang kehamilanku.

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 197 b season 2 Ending

    ☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 196 a season 2

    ☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 195 b season 2

    ☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 194 a season 2

    ☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 193 b season 2

    ☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 192 a season 2

    ☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 191 b season 2

    "Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 190 a season 2

    ☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu

  • Acara Syukuran di Rumah Mertua   Bab 189 b season 2

    ☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status