Beberapa menit yang lalu Arsen dan Lily kembali ke kamar setelah mereka menghabiskan sarapan pagi mereka.Badan Lily sedikit sakit karena akibat percintaan mereka yang panas dan menggebu sore kemarin yang dilanjutkan pada malam tadi.Namun Lily bahagia karena Arsen sudah tidak marah lagi perihal masalah Ken lagi."Aku akan pergi ke markas sejam lagi," ujar Arsen pada Lily yang duduk di sampingnya. Kini mereka berdua telah duduk di sofa di dalam kamar mereka.Mendengar markas secara langsung pikiran Lily tertuju pada Ken. Ia ingat betul Arsen memerintahkan anak buahnya untuk membawa Ken ke markas Black Nostra.Bisa dipastikan Arsen akan memberikan hukumannya pada Ken.Lily mengangguk pelan. "Aku mengerti," jawabnya pelan."Kau jangan kemana-mana selama aku tak ada. Jangan terlalu lelah, sebaiknya kau beristirahat saja hari ini," ucap Arsen penuh perhatian, karena ia yakin Lily pasti kelelahan karena aktifitas panas mereka tadi malam.Dengan kondisi istrinya yang sedang hamil besar mema
Hanya sedikit pembicaraan yang di ucapkan Arsen di dalam rapat bersama anggota inti Black Nostra. Arsen sekali lagi mengenalkan Sasha sebagai anggota inti Black Nostra yang baru kepada semuanya.Kemudian Arsen meminta Mike dan Jeofre untuk menyiapkan ruang biasa tempat ia bermain-main dengan mainan barunya.Yang tentu saja langsung di laksanakan oleh ke duanya. Mereka berdua segera keluar dari ruang rapat terlebih dahulu, sedangkan yang lainnya masih berdiam di tempat masing-masing."Psstt..psstt.." panggil Dante pelan pada Pascoe."Hmm?" jawab Pascoe tanpa menolehkan pandangannya dari layar laptopnya. Pascoe mendapatkan tugas untuk menghapus semua informasi mengenai Kendrick Edbert yang berhubungan dengan Laczano's Corps.Arsen tak ingin menghilangnya Ken, suatu saat akan disangkut pautkan dengan perusahaannya maupun Black Nostra."Siapa Kendrick?!" tanyanya penasaran.Pascoe sudah meretas CCTV saat kejadian Lily, Kendrick dan Anna di lorong saat kejadian. Selain itu Ivanov juga meng
Arsen bangkit dari duduk nya kemudian berjalan menghampiri Ken yang sudah sadar dan menatapnya.Arsen begitu muak menatap Ken dengan wajah menjijikkannya dengan memasang wajah ibanya. Memelas meminta ampunan. Hanya sebuah topeng dan akting yang biasa ia lakukan.Tentu saja Arsen mengetahui siapa Ken yang sesungguhnya karena Arsen sudah menerima laporan secara detail dari Ivanov mengenai Ken. Apa yang ia lakukan, bagaimana kehidupannya dan semuanya.Bahkan Arsen sudah mengetahui jika dulu Lily hanya dijadikan sebuah taruhan olehnya dan teman-temannya.'Oh, itu sungguh memuakkan,' seru Arsen dalam hati.Bahkan Arsen mengetahui jika Ken sering memanfaatkan wanita-wanita yang lainnya, entah sudah berapa banyak dan ia tak peduli."Kau sudah sadar rupanya?" tanya Arsen dengan dingin dan datarnya yang merupakan ciri khasnya.Kemudian Arsen sedikit meregangkan otot-otot di lehernya dan tangannya. Selanjutnya ia mulai mengeluarkan pisau kesayangannya yang tajam.Mata Ken membelalak begitu mel
Efek suntikan penghilang rasa sakit mulai bereaksi. Tidak sampai lima belas menit, Ken menggeliat dan rasa perih di sekujur tubuhnya membangkitkan kesadarannya kian penuh. Ken mulai meringis kesakitan dan semuanya itu terdengar sangat merdu di telinga Arsen.Arsen menyeringai melihat mainannya sudah mulai sadar dan bergerak."Let's continue to the next level," gumamnya seraya menatap Ken yang sudah membuka matanya.Arsen berdiri dan mengambil pedang Damascusnya. Ia langsung mengelus-elus pedangnya setelah mengeluarkan dari tempatnya."Kau membutuhkan pemanasan sebelum mulai bermain-main, buddy!" seru Arsen pada pedang Damascus miliknya itu.Kemudian Arsen menggerak-gerakkan Damaskusnya sebentar. Suara angin yang terbelah oleh keleturan Damaskus terdengar nyaring dalam ruangan itu.Perlahan lahan Arsen bergerak, memainkan Damaskus kian mendekat pada Ken. Wajahnya tampak begitu sangat santai, lain halnya dengan Ken yang mulai bercucuran keringat dan wajahnya yang kian memucat.Beberapa
Sasha mengikuti langkah Mike yang berjalan dengan membawa ember yang berisi potongan tangan pria yang bernama Ken tadi menuju kandang peliharaan Tuan mereka, lebih tepatnya kandang singa, sesuai dengan perintahnya tadi.Saat berada di dalam mobil Mike sempat menceritakan pada Sasha mengenai siapa pria tersebut. Mike mengatakan bahwa pria tersebut adalah mantan kekasih Nyonya dulu. Sasha memperhatikan dengan seksama penuturan Mike tersebut.Sampai ia merasa paham benar mengapa Arsen melakukan hal yang kejam seperti tadi. Sampai saat ini Sasha masih merasa sedikit mual. Perutnya terasa seperti diaduk-aduk."Kau mau mencoba memberi mereka makan secara langsung?" tawar Mike pada Sasha ketika mereka sudah berada di depan kandang singa.Kedua singa tersebut masih berada di dalam gua mereka, terlihat salah satu ekor milik singa tersebut menjulur keluar gua. Sasha menolehkan wajahnya pada Mike, sedangkan kedua tangannya ia peluk karena suhu begitu dingin."Hmm..., sepertinya tidak, kau saja,"
Pendaftaran pernikahan Alonzo dan Maria sudah dilakukan kemarin.Booking hotel untuk out door party, lengkap dengan dekorasinya pun sudah dipilih oleh Alonzo dan Maria, termasuk makanan, lengkap dengan dessert dan minuman.Alonzo juga sudah booking beberapa kamar untuk teman-teman Black Nostra dan keluarga Maria yang akan datang dari luar kota.Tamu undangan dari pihak Maria diperkirakan tidak lebih dari seratus orang.Minggu pagi tadi Maria dan Alonzo pun sudah melakukan fitting baju pengantin. Mereka akan kembali ke Palmer dua hari menjelang tanggal pernikahan. Mereka akan menikah pada hari Minggu berikutnya.Selesai makan siang, Maria dan Alonzo berpamitan pada Luisa dan Estes untuk kembali ke New York. Mereka harus kembali bekerja dan mengambil cuti lagi minggu depan.Di dalam mobil, Alonzo dan Maria boleh bernafas dengan lega karena segala sesuatu berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.Sepanjang perjalanan, sambil menyetir mobil, satu tangan Alonzo terus menggenggam j
Arsen masuk ke dalam kamar sambil membawa segelas susu yang sudah ia buat untuk Lily."Minumlah," seru Arsen seraya mengangkat gelas susu tersebut untuk memperlihatkannya pada Lily."Iya," sahut Lily kemudian bangkit dengan perlahan dari sofa dan meletakkan buku bacaannya di atas meja.Lily melangkah menghampiri Arsen. Ia kemudian meminum susu tersebut dengan perlahan, dalam empat kali jeda tegukan. Arsen tersenyum mengambil gelas kosong dan meletakkannya di meja kecil di dekat tempat tidur."Kau tampak kekenyangan padahal tadi porsi makanmu biasa saja," ujar Arsen merasa heran dengan kondisi Lily seperti yang kewalahan, searaya menyusul Lily yang duduk di pinggir ranjang."Perutku makin besar. Aku mudah kenyang tapi juga mudah lapar lagi. Aku tidak bisa makan tiga kali sehari dengan porsi banyak. Mungkin tiga kali sehari saja ditambah cemilan buah atau biskuit satu atau dua jam kemudian," jelas Lily sambil mencari posisi duduk yang nyaman.Arsen meraih bahu Lily dan memeluknya seolah
"Aku berangkat!" seru Arsen kemudian memberikan satu kecupan di bibir istrinya."Hati-hati," ujar Lily dengan lembut melepas Arsen untuk berangkat ke kantor.Lily langsung bersiap-siap untuk senam hamil di lantai lima, ditemani oleh Charlotte dan Maria.Charlotte dan Maria pun sudah berganti pakaian olah raga untuk bersiap memulai olah raga yang dipimpin oleh Sasha."Selamat pagi!" sapa Sasha dengan riang.Semua menoleh ke arah pintu sambil tersenyum menanggapi sapaan Sasha.Sasha langsung mengambil posisi menyiapkan peralatan menembak selagi menunggu Lily menyelesaikan senam hamilnya.Selesai senam, Lily duduk santai mengamati Maria, Charlotte dan Sasha melakukan pemanasan, dilanjut dengan teknik dasar bela diri. Setelah satu jam, mereka berhenti untuk beristirahat sambil mengobrol."Tiap hari kau semakin baik Maria. Tidak kepayahan seperti pertama kali latihan!" puji Sasha sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil."Iya, karena saat itu aku sudah lama tidak berolah raga," sahu
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist