"Kau pulang lebih awal, Arsen." Sapa Lily dengan lembut dan senyuman manisnya saat melihat Arsen memasuki kamar. Arsen menganggukkan kepala dan mengecup bibir Lily."Kau sudah makan siang?" Tanya Lily sambil membantu Arsen melepas jas dan dasinya."Sudah. Tadi ada undangan makan siang dari Wakil Walikota." Jawab Arsen"Semoga harimu tadi menyenangkan." Kata Lily dengan lembut.Arsen menganggukkan kepalanya."Aku merindukanmu dan Theo. Aku ingin menemanimu bermain dengan Theo." Sahut Arsen."Baiklah. Aku akan membawa Theo kemari," sahut Lily seraya membalikkan badannya dan berjalan menuju kamar Theo.Lily mengambil Theo dari asuhan Charlotte dan Maria lalu menyuruh mereka untuk beristirahat karena Arsen ingin bermain bersama Theo.Arsen berjalan ke kamar mandi untuk mencuci tangannya dulu sebelum bermain dengan Theo.Theo sangat gembira melihat ayahnya keluar dari kamar mandi. Bibirnya berceloteh riang dan segera mengulurkan kedua tangan kecilnya untuk minta digendong. Arsen tersenyum,
Kemudian Arsen menatap Lily. "Kini giliranmu berkenalan dengan mereka."Ucapan Arsen tersebut tentu saja sukses membuat Lily menelan salivanya susah payah.'Tuhan, tolong aku.' Gumam Lily dalam hatinya sambil terus berdoa."Ayo, mendekatlah kemari!" Titah Arsen. Lily sempat memejamkan matanya sejenak, kemudian menenangkan dirinya dan Lily pun milulai berjalan mendekat ke arah kandang Greig dan Winter.Arsen mengulurkan tangan kanannya untuk menggenggam tangan Lily. Tangan Lily terasa dingin dan gemetar di genggaman Arsen."Kau sudah lihat caraku dan Theo berkomunikasi dengan mereka, bukan?" Tanya Arsen berusaha mengalihkan perhatian Lily yang masih saja ketakutan namun ia sembunyikan."Iya," jawab Lily dengan singkat dengan bibir yang sedikit bergetar.Arsen kembali menghadapkan wajahnya pada Greig yang sedang mengamati Lily."Ini Lily, istriku. Ia tidak akan menyakitimu. Kau harus patuh pada istriku jika tidak ada aku!" Seru Arsen dengan penuh wibawa.Lily berusaha menatap mata Greig
Seketika Margaret meronta dan berteriak-teriak. Insting predator Greig dan Winter semakin kuat melihat seseorang bergerak-gerak melakukan perlawanan. Mereka menggeram dan mulai menunjukkan taringnya melihat aksi Margaret diseret oleh Jeofre dan Mike.Arsen sedikit menenangkan Greig dan Winter saat Mike dan Jeofre menyeret Margaret untuk mendekati kandang dan akan memasukkan.Hal itu ia lakukan, agar Greig dan Winter tak menyerang Mike dan Jeofre. Meskipun Mike ikut serta memasukkan Margaret, namun Arsen khawatir jika insting predator Greig dan Winter tak terkendali, karena mereka mulai mencium bau mangsa mereka, Margaret.Arsen terus mengulurkan tangannya untuk menyentuh Greig, Greig yang harus di tenangkan lebih dulu, karena ia adalah Alfa bagi Winter, dan Winter akan menyerang sesuai isyarat Greig.Kunci pintu kandang mulai dibuka, Margaret semakin meronta mengeluarkan semua tenaga dan usahanya.Jantungnya sudah berdetak dengan sangat cepat, keringat terus mengalir di tubuhnya, bahk
Greig mulai memposisikan kaki bagian depannya seakan hendak menerkam, tampak bulu di sekitar leher dan kepalanya mulai berdiri seraya memperlihatkan taringnya yang amat tajam.Dengan taring tajam nya Greig segera menerkam leher Margaret seketika dan mengigitnya dengan kuat.Margaret memekik dengan sangat kencang dan melengking, namun Greig sama sekali tak peduli. Ia terus menggigit leher Margaret dan sedikit menggoyang kan kepalanya untuk mengoyaknya hingga tak terdengar lagi suara pekikan Margaret. Tubuh Margaret bergetar hebat kemudian tampak kejang hingga akhirnya tak bergerak lagi.Lily yang melihatnya langsung memejamkan mata dan menyembunyikan wajahnya di lengan Arsen.Terdengar suara robekan daging, di susul suara 'krek' yang menandakan tulang leher Margaret putus, dan darah mulai mengalir dengan deras.Greig tampak menggoyangkan kepalanya lebih keras sedikit dan menariknya hingga akhirnya kepala Margaret terlepas dari tubuhnya. Begitupula dengan Winter yang terus menggigiti ka
Sebelum Theo bangun, setidaknya permainan 1 ronde harus ia selesaikan dan mandi. Selain Arsen merasa gemas dengan Lily yang selalu bersikap takut-takut namun terlihat sangat sexy saat keluar sisi sadisnya. Jadi Arsen bermaksud membuat Lily bisa melupakan rasa trauma setelah melihat kejadian sadis yang baru pertama kali disaksikannya.Tanpa basa basi Arsen langsung menggendong Lily kembali dan membawanya ke kamar mandi.Arsen berjalan sedikit tergesa karena mengejar waktu Theo yang akan bangun sekitar 1 jam lagi. Dan Lily langsung mengalungkan lengannya agar tak terjatuh.Sesampainya di kamar mandi, Arsen mendudukkan tubuh istrinya di atas wastafel yang terbuat dari marmer, kemudian berdiri di hadapannya."Mandi bersama, agar menghemat waktu.""Tap--hmpht" Mulut Lily langsung dibungkam oleh Arsen yang langsung mendaratkan bibirnya di bibir Lily, ketika Lily hendak bersuara.'Kenapa kau tidak tahu tempat, ada tempat yang lebih layak dari ini, Arsen.' Begitulah keluhan Lily dalam hatin
Mike berjalan cepat menuju mejanya yang ada di ruang rapat. Ia membuka laci dan mengambil sebuah kotak. Dengan ukuran sedang.Sore kemarin, anak buah Mike mengambil paket kiriman dari Richard di suatu perusahaan kurir yang ada di kota New York.Richard sudah memberitahu sebelumnya bahwa kotak tersebut berisi laptop, ponsel, passport dan dompet milik Pierre yang berisi semua identitas Pierre.Anak buah Mike sampai di markas sudah jam 6 sore dan saat itu Pascoe baru saja pulang sehingga Mike memutuskan kemarin hanya menyimpannya saja dulu untuk sementara waktu, namun karena tadi Arsen kembali menginterogasi Giu, membuatnya lupa.Mike segera mengambil cutter untuk membuka kotak yang tertutup lakban berwarna coklat tersebut.Pascoe, Dante, Jeofre dan Camilio tampak memperhatikan Mike, ditambah lagi Arsen yang memasuki ruangan dan berdiri tidak jauh dari Mike yang sedang membongkar isi paket tersebut."Pas, ini laptop dan ponsel milik Pierre." Seru Mike sambil menaruh laptop dan ponsel mil
Mike dan Camilio sudah membawa kembali Giuseppe yang sudah sadar ke ruang eksekusi, dan mengikatnya di kursi.Ia tak terlalu banyak berontak, karena tenaganya sudah habis akibat penyiksaan yang di dapatnya beberapa jam yang lalu, bahkan ia tak sadarkan diri sekitar satu jam lamanya setelahnya.Beberapa luka lebam terlihat di wajahnya, ke dua sudut bibirnya sudah robek dengan darah yang mengering. Hanya untuk meringis saja sudah tak mampu.Bahkan perutnya terasa nyeri karena Arsen tadi sempat melayangkan tinju kerasnya di perutnya. Pasti esok akan terlihat luka lebam di sana.Giuseppe hanya bisa terus mengumpat dalam hatinya. Rasanya ia ingin mati saat ini juga. Ia benar-benar sudah tak kuat untuk terus menerima semua siksaan-siksaan yang Arsen berikan. Ternyata kekejaman seorang Arsen yang santer ia dengar bukan hanya isapan jempol saja.Giuseppe tak suka untuk menyiksa terlalu lama musuhnya atau tawanannya. Ia lebih senang langsung membunuh dan menembaknya begitu saja. Tidak seperti
Mike masih saja tak mengerti dengan barang-barang yang diminta oleh Arsen. Hingga akhirnya Arsen meminta Mike untuk memasang jarum infus di pembuluh darah Giuseppe dan selang infus pada ujungnya.Meskipun bingung, Mike melakukan perintah Arsen tersebut. Begitupula dengan Giuseppe yang merasa heran.Camilio mengambil inisiatif untuk membantu Mike memegangi Giuseppe. Meskipun keadaan Giussepe terikat pada kursi, namun tetap saja tidak menutup kemungkinan ia akan bergerak dan memberikan perlawanan.Mike mengangguk saat Camilio mulai memegangi lengan Giuseppe. Dan benar saja, ia bergerak dan memberikan perlawanan, namun ikatannya cukup kuat. Kedua tangannya diikat pada pengangan kursi tersebut. Hingga gerakan dan perlawanannya hanyalah sia-sia.Jangan bayangkan jika Mike akan mengoleskan alkohol terlebih dahulu di sekitar area insersi agar tidak terjadi infeksi. Atau mengunakan anestesi topical untuk membantu mengurangi rasa sakit.Setidaknya Mike sudah sedikit terlatih untuk melakukan ha
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist