Home / Romansa / Adik Ipar Yang Jadi Suamiku / Bab 7 Pertemuan mertua dan menantu

Share

Bab 7 Pertemuan mertua dan menantu

Author: Dhisa Efendi
last update Last Updated: 2025-10-18 14:03:29

Uang duka?

"Apa maksud Anda dengan uang duka?"

Alis Evara bertaut. Ia terlihat bingung. Pimpinan proyek itu segera menyadari kalau Evara belum menerima kabar ini.

"Maaf, Nyonya Brian. Kami dari proyek tempat suami anda bekerja." katanya dengan berat hati.

Evara mulai mengerti.

"Apa yang terjadi dengan suamiku?" Tanya Evara.

Air matanya mulai mengalir turun. Evara sudah dapat menduga tetapi hatinya menolaknya.

Pimpinan proyek itu saling berpandangan dengan kedua anak buahnya.

"Brian.. Mengalami kecelakaan kemarin siang, Nyonnya"

Dunia mulai terasa berputar di mata Evara. Tapi ia masih mencoba bertahan.

'Tidak,' ia mengibaskan kepalanya.

"Apa Brian ada di rumah sakit? Rumah Sakit mana?" Tanyanya dengan bibir bergetar.

Pimpinan proyek itu terdiam cukup lama. Ia tidak tega melihat air mata Evara. Wajah cantiknya terlihat pucat seperti tak berdarah.

"Brian,.. Brian meninggal, Nyonya." Anak buahnya merasa tidak tahan lagi. Ia tidak ingin membuat Evara berharap terlalu lama.

"Tidak." Evara menggeleng - geleng kan kepalanya.

"Tidak, Brian! Kamu dimana sekarang?!" Teriaknya seiring dengan tangisannya yang mulai pecah.

Evara menangis tanpa suara. Bahunya yang berguncang menandakan ia menangis dengan sangat hebat.

"Nyonya Brian!"

Mereka berteriak karena Evara jatuh terkulai. Ia pingsan!

"Bagaimana ini?" Kata pimpinan proyek itu.

Ia mengangkat Evara dan membaringkan nya di sofa.

"Panggil ibunya!" Titahnya.

Itu tidak perlu mereka lakukan. Safira keluar karena teriakan Evara dan kehebohan mereka karena Evara pingsan.

"Evara kenapa?" Tanyanya heran.

Ia melirik amplop yang tergeletak di atas meja. Amplop apa itu?

"Dia pingsan Nyonya." Jawab salah seorang dari mereka.

"Aku tau itu, tapi kenapa?" Tanya Safira gusar.

"Suaminya, Brian, meninggal dalam kecelakaan, Nyonya. Kami kesini untuk mengantarkan uang duka cita. Kami tidak tau kalau Nyonya Brian belum mengetahui kabar ini." Jelas pimpinan proyek itu dengan nada prihatin.

Jadi begitu penjelasan untuk amplop itu. Safira pura - pura terkejut. Ia juga pura - pura sedih.

"Malangnya anakku, Evara." Katanya dengan tangis buayanya.

Ia memeluk Evara dan pura - pura berusaha menyadarkannya. Sejatinya ia tidak mengguncang tubuh Evara.

"Eva, Sayang. Bangun, Nak." Isaknya menghiba.

"Sebaiknya Kami pergi dulu, Nyonya. Biar Nyonya Brian bisa beristirahat. Apa Kami perlu membantu Nyonya membawanya ke kamarnya?" Kata pimpinan proyek itu.

"Tidak, tidak perlu. Biar Kami yang mengurusnya. Atha!" Teriak Safira memanggil Athena.

"Athena!" Teriaknya lagi.

Athena terbangun dengan kepala pusing.

"Athena!!"

Teriakan Safira seperti membobol gendang telinga Athena. Athena memaksakan dirinya untuk bangun. Saking pusingnya ia merasa mual. Ia berjalan ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Safira mendengar Athena muntah dan ia merasa kesal.

'Mabuk aja terus!' umpat hatinya sebal

"Athena! Bantu Ibu!" Teriaknya lagi.

Athena berjalan terhuyung menghampiri ibunya.

"Kenapa Ibu membangunkanku?" Tanyanya gusar.

Pengaruh minuman masih menguasai pikirannya. Ia berhenti melihat ketiga orang asing di hadapannya.

"Tolong angkat kakakmu ke kamar, Sayang." Safira mengedipkan sebelah matanya di belakang para tamunya itu.

"Iya, Bu."

Athena mendekat dan seperti ingin mengangkat Evara tapi Ia justru duduk di samping Evara dan memandangi ketiga tamu Evara itu.

"Kami permisi dulu, Nyonya."

Pimpinan proyek merasa ada yang salah tapi ia tidak tahu apa itu.

Safira mengangguk,

"Terimakasih untuk memberitahu kabar buruk ini." Katanya halus dan lembut, seolah - olah ia adalah seorang ibu yang sangat lembut dan penyayang.

"Ibu, Aku tidak kuat bila harus menggendong Eva." Kata Athena setelah ketiga orang itu pergi dengan mobilnya.

"Kamu nggak perlu menggendongnya. Biar Dia yang bangun sendiri." Sahut Safira dengan senyum culas di bibirnya.

Safira mengambil amplop tebal yang dari tadi sangat menarik perhatiannya.

"Apa itu, Bu?" Tanya Athena.

Matanya berbinar penuh harap. Ia melupakan rasa pusingnya.

"Uang duka cita untuk kematian Brian." Kata Safira enteng.

Athena terperanjat.

"Brian mati? Kenapa?" Tanyanya.

"Kecelakaan." Jawab Safira tak peduli.

Ia mulai menghitung uang dalam amplop.

"Hanya 5 juta. Pelit amat." Gerutunya.

"Buat Aku aja, Bu." Kata Athena bersemangat.

"Buat apa?" Tanya Safira meski ia tau apa yang akan dijawab oleh Athena.

"Ya buat beli minuman lagi, lah!" Jawab Athena tanpa merasa bersalah.

Safira menghela nafas. Kecanduan Athena pada minuman keras semakin parah. Itu gara - gara Viona menjauhinya belakangan ini dan itu karena Evara.

Lagi - lagi ia menyalahkan Evara.

************

Safira dan Athena berlalu ke dalam dan meninggalkan Evara yang masih pingsan sendirian.

Evara bangun tidak lama kemudian. Ia langsung merasakan hatinya yang hampa dan sangat sakit. Ia mulai menangis lagi.

"Brian, dimana Kamu sekarang? Kemana Aku harus mencarimu?" Isaknya.

Ia tidak tau kalau Brian sudah langsung dimakamkan kemarin. Ia menangis sambil bersimpuh di depan sofa. Ia tidak ada niat untuk berangkat kerja lagi. Ia merasa lemas dan tidak bertenaga.

"Kenapa Kamu nggak bawa Aku juga, Brian? Kamu bilang akan membawaku keluar dari sini. Apa Kamu bohong sama Aku, Brian? Kenapa?"

Isakannya semakin keras dan membuat Safira dan Athena merasa terganggu. Mereka langsung keluar untuk mendamprat Evara.

"Berhentilah merengek, Eva! Brian sudah tidak ada, Kamu bisa menikah dengan laki - laki pilihan Ibu!" Semprot Safira tanpa dosa.

"Ibu! Kenapa Ibu tega ngomong begitu?" Sahut Evara sedih dan marah sekaligus.

"Kenapa tidak? Kamu akan bahagia, Eva! Kamu nggak akan menangis lagi!"

"Brian itu tidak ada gunanya, Eva! Berhenti menangis, jangan membuat kepalaku semakin pusing!" Athena ikut bersuara.

Evara terus menangis. Ia ingin mengeluarkan semua duka laranya agar dadanya bisa menjadi lebih lega.

"Eva! Aku pusing mendengar tangisanmu! Apa Aku perlu membungkam mulutmu?!" Teriak Athena tidak sabar.

Telinganya terasa berdengung mendengar tangisan Evara. Safira menatap Evara dengan sinis. Ia menganggap Evara semakin sulit diatur.

"Pergilah menjauh! Pergi sana!" Evara balas berteriak dalam tangisannya.

'Brianku yang malang, kenapa Kamu pergi begitu cepat? Bagaimana dengan anak Kita?'

Memikirkan itu membuat tangisan Evara semakin menghebat.

"Kamu berani ngusir Aku? Sialan!" Athena mengangkat tangannya. Ia akan menampar Evara.

"Tunggu!" Teriakan seorang wanita membuat gerakannya terhenti.

Evara mengangkat wajahnya yang penuh dengan air mata. Siapa yang berteriak tadi? Ia tidak mengenali suaranya.

Ariana berdiri di depan pintu dan langsung mengenali Evara. Entah kenapa hatinya merasa hancur melihat air mata di wajah Evara.

"Anda siapa? Kenapa begitu saja masuk ke dalam rumahku?" Tegur Safira.

"Pintu ini terbuka." Jawab Ariana apa adanya.

"Bukan berarti Anda bisa memasuki rumah orang seenaknya!" Bantah Safira marah.

Ariana tidak peduli. Ia langsung menyadari kenyataan bagaimana posisi Evara di rumah ini dan itu membuatnya kesal. Ia sudah datang dari tadi dan mendengar semuanya.

"Aku ingin menjemput menantuku." Katanya tenang.

Safira, Athena dan Evara terperanjat.

"A.. Apa.. Maksud.. Ibu?" Tanya Evara seraya mengusap airmatanya.

Wajahnya yang bening kini terlihat jelas. Wajah polos yang sangat cantik. Ariana tersenyum menatapnya.

"Panggil Aku Mama, Evara. Aku Mama Brian." Katanya lembut.

Evara tertegun sesaat.

"Tapi.. Tapi.. Brian bilang Ia hidup sebatang kara." Katanya bingung.

Ariana merasa hatinya teriris.

"Oh, jadi Kamu Mama si miskin itu?" Desis Athena seperti ular berbisa.

Si miskin? Kembali hati Ariana terasa teriris.

"Mama menjemputmu, Eva. Mau kan Kamu ikut bersamaku?" Tanya Ariana.

"Jangan mau, Eva! Dia pasti ingin Kamu menafkahinya!" Ketus Safira.

Ia tidak tau kalau Ariana datang dengan mobil mewahnya. Ia memarkirkan mobil nya di ujung jalan karena jalanan menuju rumah Evara terlalu sempit.

Evara mengusap sisa airmatanya.

"Aku akan ikut denganmu, Mama. Kamu mamanya Brian, Aku pasti mau menafkahimu." Katanya tulus.

"Tapi Aku ingin melihat Brian. Di mana Dia?"

Ariana mengusap air mata Evara yang kembali mengalir dengan penuh kelembutan. Ia sendiri lupa kalau air matanya juga kembali mengalir karena terharu.

"Mama akan membawamu ke sana."

Mata Athena berkilat karena marah. Ia siap mendamprat Evara.

************

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 53 Adamis kesal

    Malam mulai datang. Waktu bergulir dengan cepat tapi tidak untuk Adamis dan Evara. Mereka mulai merasa lelah dan ingin beristirahat. Terutama Evara. Ia merasa perutnya nyaris kram tapi ia tetap harus bertahan. Sudah hampir jam sembilan malam saat akhirnya tamu terakhir pulang. Mereka adalah anak - anak buah Adamis di kantornya. Termasuk Robby dan Sony. "Kekasihmu itu.. Tidak datang?" Tanya Evara ketika Adamis mengajaknya beristirahat dan mengganti pakaian mereka. Ia berbicara dengan suara pelan. Adamis menautkan alisnya. "Kekasihku? Siapa maksudmu?"Adamis menatap Evara yang langsung mengalihkan pandangannya. Adamis menjadi gemas. Ia langsung menarik lengan Evara dengan keras. "Aa!" Evara menjerit karena terkejut. Tahu - tahu ia sudah ada dalam pelukan Adamis. Pipi Evara langsung memerah menyadari tatapan tajam Adamis. Wajah mereka begitu dekat. Nafas mereka juga saling menyapu wajah masing - masing. Evara mulai merasa malu dan takut sekaligus. Apa Adamis marah padanya? Evara

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 52 Sah!

    Evara bangun dari sofa yang ia duduki bersama Athena. Ia melihat Ariana tampil sangat cantik dengan gaun yang sama dengan Safira. Ariana melihat Safira dan mencoba menyapa, "Besan sudah datang."Safira memaksakan senyum. Entah kenapa sejak datang tadi ia terus menerus merasa insecure. Ariana mengamati Safira yang sedang dirias. Safira cantik tapi kecantikannya tidak sebanding dengan Evara. Athena juga tampan tapi ia juga tidak mirip dengan ibunya. "Athena itu seperti jiplakan Ayahku, Ma. Dia tampan, kan?"'Meski sayang, kakinya cacat.'Bagaimanapun Evara sangat menyayangi adiknya. Ia tiba - tiba merasa sedih. Ia merasa bersalah karena itu yang dibebankan padanya sejak kecil. Ariana jadi berpikiran aneh. 'Kalau Athena seperti Ayahnya, lalu Eva mirip dengan siapa?'"Ayo Kita turun, Sayang. Banyak tamu yang menanyakanmu."Evara menatap Ariana dengan perasaan gelisah. Ia belum mampu menghadapi tamu - tamu yang datang."Aku menunggu Ibu." Katanya dengan nada memohon. Tiba - tiba Safi

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 51 Pernikahan Evara

    "Eva akan menikah? Bagaimana bisa?" Safira menatap undangan virtual yang baru diterimanya. Evara akan menikah dengan Adamis. 'Bukannya dia itu adik si Brian?'"Atha! Eva akan menikah!" Beritahunya pada Athena. "Aku tau, Bu. Aku juga dapat undangannya." Sahut Athena malas. Sudah hampir seminggu ia menikah tapi Viona tidak mengizinkannya untuk datang ke rumahnya. "Beri ruang dan waktu untukku, Sayang. Aku juga merindukanmu." Bujuk Viona melalui ponselnya. "Aku nggak bisa melawan keinginan bayi ini. Apa dayaku?"Viona pura - pura mengeluh. Athena hampir putus harapan. Ia mulai merasa Viona sedang mempermainkannya. Athena mulai menyesal telah memberikan kartu yang diberikan oleh Evara sebagai hadiah pernikahannya pada Viona. "Aku akan datang untuk mengambil kartu itu, Vion."Viona merasakan suara Athena yang datar. Ia pura - pura tidak mengerti apa yang Athena maksud. "Kartu? Kartu apa maksudmu, Sayang?"Viona membuat suaranya terdengar manja. Athena mendengus, "Kartu yang diber

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 50 Inikah Cinta?

    "Aku berhenti kerja, Leon. Tolong ambil sisa gajiku bulan ini. Semuanya untukmu."Evara sedang menjawab telpon dari sahabatnya, Leoni. "Apa aku nggak salah dengar, Eva? Kamu berhenti bekerja? Bukannya Kamu tidak ingin diam saja di rumah? Kandunganmu juga belum kelihatan."Evara baru hamil 5 minggu saat Brian berpulang. Sekarang sudah 2 bulan sejak kepergian Brian. "Aku akan menikah, Leon. Calon suamiku melarangku bekerja di sana lagi."Leoni langsung speechless. Ia kehilangan kata - katanya untuk beberapa saat. Evara menautkan alisnya. Tidak ada sahutan dari Leoni. "Leon? Kamu masih di situ?"Leoni langsung sadar. "Dengan siapa Kamu menikah, Eva? Selamat, ya. Apa Dia setampan dan sebaik Brian?"Evara yang terdiam sekarang. "Eva? Apa Aku menyinggungmu? Maafkan Aku. Eva?"Suara Leoni makin membuat Evara merasa tidak nyaman. "Aku tutup dulu, Leon." Katanya sambil memutus sambungan telponnya. Leoni menjadi kebingungan. Apa suami Evara yang sekarang itu tidak sebanding dengan Brian

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 49 Penolakan

    Adamis semakin kesal. Di suasana seperti ini mamanya tetap mengingat Evara. Evara sendiri duduk di ruang keluarga. Ia nyaris sampai ke ruang tamu saat hatinya mulai ragu. 'Sebaiknya Aku menunggu di sini aja. Nggak ada kepentingaku sama sekali.' kata hatinya. Adamis bangun dan mengatakan, "Sebentar, Ma."Adamis berjalan ke belakang untuk mencari Evara. Setidaknya sejenak ia terbebas dari gencaran tatapan Alea dan keluarganya. Ia menemukan Evara duduk sendirian di ruang keluarga. Ia terkejut melihat Adamis datang dan menghampirinya. "Kenapa Kamu malah duduk di sini? Mama memanggilmu." Omel Adamis. Tanpa menunggu jawaban dari Evara, Adamis langsung berbalik. Dengan ragu Evara melangkah mengikuti langkah Adamis yang terlihat enggan. Ia mencoba membenahi letak gaunnya. 'Apa Aku tidak akan membuat Mama malu?' kata hatinya gelisah. Pemandangan di ruang tamu membuatnya gugup. Memang tidak ada yang memperhatikan kedatangannya selain Ariana. Semua mata sedang tertuju pada Adamis. "Na

  • Adik Ipar Yang Jadi Suamiku   Bab 48 Rencana Ariana

    Merasa malu karena terpergok, Evara berusaha melepaskan tangan Adamis. Adamis juga langsung melepaskan tangannya. Evara mendekati Ariana. "Tadi Aku mau jatuh jadi Adamis memegangku, Ma."Evara berusaha menjelaskan. Ia takut Ariana salah paham. "Aku mau mandi dulu." Kata Adamis sambil membalikkan tubuhnya dan kembali naik ke atas. "Nggak papa, Sayang. Apa Kamu udah enakan? Mama ingin mengatakan sesuatu padamu dan Dami." Kata Ariana lembut. Evara mulai cemas. Apa yang ingin Ariana katakan? Apa Ariana ingin menegurnya karena ia tadi terlalu dekat dengan Adamis? "Tapi.. Tapi..""Tenang aja, Sayang. Mama nggak akan menggigitmu."Ariana tertawa melihat Evara tersipu malu. Ariana mengajak Evara menuju pantry. Melihat kesibukan di sana dan aroma masakan yang mulai menyebar membuat Evara heran. 'Ada apa, ya?' "Alea ingin melamar Dami. Lucu, ya? Perempuan kok melamar laki - laki?" Kata Ariana seperti menebak apa yang sedang Evara pikirkan. Ariana tertawa geli tanpa menyadari perasaan E

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status