Bab 19 Karin seperti dipaksa berjalan meninggalkan tamu-tamu undangan yang lainnya. “Tolong lepaskan tanganku, tamu-tamu lain sedang memperhatikan kita saat ini! Dan aku masih harus berada di sini sampai akhir acara.“ Wilson hanya tersenyum menanggapi teguran Karin tapi ia tidak mengindahkan permintaan Karin. Ia dan Matthew saling bertukar pandangan aneh lalu sama-sama tersenyum. Karin tidak mengerti apa yang ada di pikiran kedua lelaki dihadapannya itu tapi ia yakin melihat persekongkolan di antara mereka. “Hei, kalian sudah mau pergi?“ tanya Ronaldo dengan heran sambil melirik genggaman tangan Wilson pada Karin. Ia meringgis dalam hati. Rupanya rekan bisnisnya sudah terlebih dahulu memenangkan hati Karin, desahnya dalam hati. "Yah, kami pamit dulu.“ “Terima kasih karena sudah menggunakan jasa kami, semoga …“ Tangan Karin ditarik paksa sehingga Karin tidak dapat meneruskan kata-katanya. Ia merasa kesal sekaligus jengkel. Ia merasa diperlakukan seperti anak kecil dan tidak so
Bab 20 “Karin kau harus mendengarku!“ seru Wilson merasa frustrasi dengan penolakan Karin “Tidak ada yang mesti aku dengarkan. Aku mau pulang!“ balas Karin sambil memanggil Matthew. “Kau harus mendengarku!“ sahut Wilson memaksa Karin untuk mendengarnya. Karin menggandeng tangan Matthew dengan paksa sambil meninggalkan Wilson. Wilson mengejar Karin dan tidak membiarkannya pergi darinya. Matthew tidak bertanya apa-apa dan hanya mengikuti Karin tanpa mengatakan apapun juga. “Karin, please kumohon!“ ucap Wilson menghentikan langkah Karin. “Tolong tinggalkan aku!“ ucap Karin dengan kesal. Air matanya mengalir tanpa bisa dicegah. Ia ingin Wilson segera meninggalkannya agar ia bisa mencegah dirinya luluh. Wilson sadar ia sudah terlalu memaksa Karin. Ia menyesal karena telah menyudutkan Karin. “Maafkan aku, aku …“ “Karin …apa kau tidak apa-apa?“ ta
Bab 21 “Hubungan kita tidak akan mungkin terjadi,“ kata Karin ketika mereka di tinggal berdua. “Apakah kau tidak mencintaiku?“ tanya Wilson dengan sedih. “Masih terlalu dini rasanya untuk bicara tentang cinta.“ “Nyata-nyata kau menginginkan aku.“ “Itu dulu.“ “Bagaimana dengan sekarang?“ “Sekarsng aku tidak menginginkanmu lagi,“ jawab Karin menantang Wilson. Mata Wilson menyipit mencari kebenaran melalui mata Karin. Dengan cepat Karin mengalihkan pandangannya. “Kau bohong!“ “Tidak!“ “Yah!“ bentak Wilson. Karin terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Dalam hatinya mengerang, harusnya ia lebih keras menyanggah kenyataan ini. “Demi Tuhan Karin, aku sangat mencintaimu dan aku ingin menikahimu!“ “Kalau kau merasa bertanggung jawab karena k
Bab 22 Chika tidak menyangka Wilson adalah Paman dari Berri. Ia tidak berkata apapun mengenai rencana Wilson yang ingin menikahi kakaknya, Karin. Ia hanya diam tidak berkomentar. Wilson berjanji akan bicara kepada Berri mengenai Chika dan anak mereka. “Aku tidak perlu belas kasihan bajingan itu,“ ucap Chika dengan dingin. Karin menoleh kearah Wilson. Dengan sabar Wilson berjanji akan mencari jalan terbaik bagi mereka bertiga. Karin mengantar Wilson keluar dari rumahnya. “Jangan putus asa yah, aku akan berusaha mencari jalan keluar atas situasi ini. Jangan menyerah dengan kenyataan ini, oke,“ ucap Wilson sambil membelai dan memeluk Karin sebelum masuk ke dalam mobilnya. Setelah mobil Wilson pergi, Karin segera masuk ke kamar Chika. Chika sedang bermain bersama Wendy. Chika menghela napas panjang saat melihat Karin tapi tidak berkata apapun. “Apa kakak mencintain
Bab 23 “Kurasa kita harus menjaga jarak Wil …,“ ucap Karin setelah mempertimbangkan kenyataan. Kening Wilson mengerut bingung. “Apa maksudmu?“ “Kurasa kita harus belajar untuk saling melupakan mulai dari sekarang.“ “Tidak! Aku tidak mau! Kau tahu aku tidak dapat hidup tanpamu!“ kata Wilson berkeras sambil memeluk Karin dengan cemas. Ia tidak mengerti mengapa Karin memilih untuk melepasnya. “Mengertilah, aku tidak bisa menyakiti Chika untuk kebahagiaanku sendiri.“ “Biarkan mereka yang memutuskan, Karin. Perasaan antara kau dan aku jangan dilibatkan jadi satu.“ “Hal ini memang menjadi satu karena Chika adalah adikku dan kebahagiaan adikku adalah yang terutama.“ “Bagaimana denganku? Lalu bagaimana dengan kebahagiaanmu? Apakah kebahagiaan kita tidak penting bagimu?!“ “Maaf,“ ucap Karin mencoba menjauh dari Wilson tapi Wilson kembali memeluknya. Wilso
Bab 24Jack merupakan investor terbesar di perusahaan Karin. Dia pria kewarganegaraan Amerika yang sedang mengembangkan bisnisnya di Indonesia.Karin sangat menghargai Jack sebagai rekan bisnisnya.Jack juga sangat menghormati dan menghargai Karin sebagai wanita karir yang sukses.Mereka adalah pathner kerja yang solid dan saling mendukung dalam perusahaan mereka.“Kau harus menolongku, Karin! Help me, please,“ seru Jack dengan panik.“Memangnya ada apa sih? Kenapa panik seperti itu?“ tanya Karin sambil tertawa. Ia merasa lucu melihat wajah Jack yang saat ini sedang panik.“Barbara mencariku di Indonesia!“ katanya dengan nada tinggi.“Lalu?“ tanya Karin sengaja menggantung pertanyaannya.“She want to marry me!“ pekik Jack dengan panik.Karin tertawa lepas. Ia merasa lucu mendengar kat
Bab 25Dengan tubuhnya, Jack langsung menghalangi dan memarahi Barbara. Jack memberi peringatan kepada Barbara tapi Barbara tidak mengindahkan peringatan Jack dan terus mencoba memukul Karin.Karin panik dan mengancam akan memanggil petugas keamanan jika Barbara tidak bisa tenang.Barbara mencacinya dengan pedas dan tanpa jeda.Kali pertama Karin membiarkannya tapi kali kedua Barbara mencacinya dan Karin tidak membiarkannya.Sekarang giliran Karin yang berusaha memukul Barbara.Jack kewalahan melerai mereka berdua!Napas mereka terengah. Rambut mereka berantakan. Baju mereka kusut dan wajah Karin perih karena luka cakaran.Dengan kesal Karin mendorong tubuh Jack hingga terjungkal dan meninggalkannya begitu saja.Jack menyesal karena telah membuat Karin terluka.Ia memaksa Barbara untuk minta maaf kepada Karin tapi Barbara terlalu emosi untuk minta m
Bab 26Karin merencanakan makan malam berdua dengan Jack. Ia berencana untuk menghadapkan Jack dengan kenyataan dan memperlihatkan kecantikan Barbara yang tidak pernah dihiraukan Jack.Ia menasehati Barbara agar tidak bersikap manja dan berlebihan memuja Jack. Ia harus bersikap santai dan sedikit cuek terhadap Jack.Jack senang Karin sudah tidak marah lagi dan mengajaknya makan malam.Belum pernah Jack gembira seperti ini sebelumnya, Karin jadi merasa heran. Mungkin karena Jack merasa sangat bersalah kepadanya, pikir Karin dengan acuh.Barbara tampil sangat cantik ditemani dengan seorang lelaki asing yang cukup ganteng juga menurut Karin tapi tetap saja bukan tipenya.Jack sudah melihat Barbara masuk dengan pasangan barunya. Keningnya mengerut lalu memandang curiga kearah Karin.Karin balas memandang Jack berpura-pura tidak mengerti.Jack memberitahu dengan kode