Karin kaget karena anak dari adiknya diambil paksa oleh keluarga laki-laki yang telah menghamili adiknya secara tidak bertanggung jawab. Karin tidak terima dan memutuskan untuk mengambil kembali keponakannya itu. Pada saat itulah ia bertemu dengan Wilson, yang dikiranya sebagai pria brengsek yang menghamili adiknya dan telah berbuat lancang mengambil paksa keponakannya. Yang membuatnya terkejut Wilson malah berani menciumnya! Bukannya menampar dan mendorong Wilson, Karin malah terlena dengan ciuman Wilson dan malah membalas ciuman Wilson. Seharusnya ciuman itu terlarang untuk Karin nikmati karena Karin sudah bersuami dan memiliki anak. Bagi Wilson desakan untuk mencium dan keinginan untuk memiliki Karin merupakan suatu lompatan liar bagi pria mapan yang sudah memutuskan untuk membujang selamanya. Penghianatan yang dilakukan tunangannya membuatnya alergi untuk berhubungan serius dengan wanita manapun. Bisakah Karin dan Wilson melupakan ciuman yang mempesona mereka berdua? Padahal ciuman mereka itu jelas-jelas ciuman terlarang!
View MoreBab 1
Karin merasa sangat bahagia ketika sampai di kampung halamannya, Bandar Lampung, kota yang paling dicintainya.
Kota Bandar Lampung itu asri, tentram, damai, tidak ada macet, pokoknya kalau secara pribadi Karin ditanyai komentarnya tentang kota pilihan mana yang bisa dijadikan referensi di seluruh dunia dengan yakin ia akan menyebutkan Bandar Lampung is the best in the world!Seluruh keluarganya datang menjemputnya di bandara. Ia sangat merindukan mereka. Karena keadaan, ia harus meninggalkan kampung halamannya. Ia merasa sedih jika mengingat saat itu.Kesedihannya langsung menguap saat melihat keceriaan kedua keponakannya yang berlarian masuk ke dalam pelukannya. Mereka menciuminya dengan gembira dan wajahnya jadi basah karena ciuman basah mereka.“Mereka begitu merindukanmu,“ kata Selina sambil menyerahkan tissue basah kepada Karin.“Aku tahu.“ Karin tertawa sambil mengusap wajahnya dengan tissue pemberian Selina dan memeluk semua saudaranya.Karin merasa sedikit heran melihat Chika, adik bungsunya yang murung dan tampak menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi ia menahan diri untuk mencari tahu, paling tidak setelah mereka sampai di rumah.Meskipun kepalanya sedikit berdenyut karena celotehan ribut kedua keponakannya tapi ia membiarkannya dan hanya bisa tertawa ketika salah satu di antara mereka saling mengadukan saudaranya sendiri kepada Karin.“Pusing yah?“
Karin hanya tersenyum dan menyandarkan kepalanya lalu menggeleng sambil meraih kedua keponakannya.Dengan tenang kedua keponakannya masuk ke dalam pelukan Karin.“Seandainya saja mereka bisa begini setiap hari,“ keluh Selina.Karin sangat sedih mendengar keluhan kakak perempuannya. Beruntunglah Selina masih bisa mendengar celotehan dan keaktifan anak-anaknya. Sementara dia?Selina tahu, ia telah salah bicara. Ia menghela napas sambil menggenggam tangan Karin dan memberinya semangat tanpa sanggup mengatakan apa-apa.Ia sangat merindukan Matthew, putra tunggalnya yang kini tinggal bersama suaminya. Mereka masih berstatus suami istri tapi harus hidup terpisah.Perbedaan prinsip di antara mereka terlalu sulit untuk disatukan. Keinginan Steven untuk menuruti keinginan kedua orang tuanya tinggal bersama mereka menjadi faktor utama perpisahan mereka.
Awalnya Karin mengikuti kemauan Steven dan tinggal bersama kedua orang tua Steven. Tapi Karin tidak sanggup kalau hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja tanpa berkarir.Ia tidak terbiasa hanya seharian menunggui Steven pulang apalagi seluruh penghasilan Steven diberikan semuanya untuk diatur mertuanya tapi yang membuatnya merasa sesak, mertuanya tidak pernah memberinya uang untuk memenuhi kebutuhan Matthew. Ia merasa tidak tahan harus terus-menerus menekan perasaannya.
Berulang kali, ia sudah mencoba membicarakan masalah ini kepada Steven tapi jawaban Steven tidak memberi jalan keluar baginya. Steven tidak mau perduli dengan semua tekanan yang ia alami! Sampai akhirnya ia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk pulang kerumahnya sendiri.
Permintaannya langsung disetujui mertuanya dengan syarat Matthew harus tinggal bersama mereka! Hatinya langsung mencelos dan berharap Steven membelanya tapi yang membuatnya kecewa Steven tidak berani mengatakan apapun dihadapan orang tuanya!
Steven memang mencegahnya pergi tapi tanpa memberikan jalan keluar bagi keluarga kecil mereka. Yang dia mau hanya memiliki rumah tinggal sendiri, meski kecil dia rela, tidak masalah tapi Steven merasa berat kalau harus meninggalkan kedua orang tuanya.Ia merasa sangat kecewa. Ia merasa Steven tidak lagi mencintainya! Akhirnya ia mengalah dan pergi dari rumah.
Lebih kurang satu jam lamanya perjalanan dari bandara kerumahnya. Karin tersenyum ketika melihat bangunan tingkat empat yang menjulang dihadapannya. Rumahnya memiliki sedikit halaman yang kini sudah berubah menjadi kolam ikan yang imut!
Lucu juga menurutnya karena sebelum ia pergi, halamannya masih luas dengan rerumputan.“Siapa yang punya ide?“ tanya Karin sambil menunjuk kearah kolam.“Papi.“Karin mengangguk-angguk. “Gimana usaha penginapan? Lancar?“ “Penuh.“ jawab Papi tiba-tiba nongol.“Puji Tuhan!“ sahut Karin sambil memeluk papinya. “Mami nggak datang, Pi?“Papinya mendengus. “Dia mah orang sibuk, mana sempet liat-liat Papi.“Mami dan papi memang sudah tinggal terpisah. Papinya dan adik bungsunya tinggal bersamanya sementara maminya tinggal bersama Selina, kakak perempuannya. Alasan Karin membawa papi tinggal bersamanya dan mami di rumah lamanya karena Karin sudah capek mendengar pertengkaran dan kecemburuan-kecemburuan di antara mereka yang tidak pernah ada habis-habisnya. Rupanya keputusan Karin membawa papinya tinggal bersamanya adalah keputusan yang tepat, disamping keadaan emosi papinya menjadi lebih stabil dan tidak tertekan lagi, sekarang papi sudah mulai berpikir mengembangkan lagi jiwa bisnisnya dengan membuka bisnis penginapan di samping ruko Karin.Rumah itu terhubung langsung dengan ruko yang sekarang mereka tempati. Rukonya memiliki 2 pintu utama. Satu pintu digunakan untuk masuk ke showroom bridal milik Karin yang sekarang dikembangkan oleh adiknya, Chika. Sementara pintu satunya lagi mengarah ke tingkat selanjutnya yang dibuat studio foto. Sedangkan untuk tingkat 3 dipergunakan untuk rumah persekutuan. Lebih kurang seperti gereja tetapi lebih mengarah ke perkumpulan PA (Persekutuan Alkitab ). Di dalam kegiatan ini sesama jemaat bisa saling sharing tentang masalahnya apapun juga, mulai dari masalah keluarga, keterikatan obat-obatan, atau apapun juga dan mereka bisa dibina dan diajarkan untuk bisa lebih dekat dengan Tuhan agar tidak jatuh lagi dalam dosa yang sama. Sebelum membeli tempat ini, Karin sudah berkomitment untuk membentuk dan membangun Mezbah Tuhan di rumahnya, dan yang jelas sih, setan-setan nggak pernah tuh mau ngelirik untuk ngeganggu tempat tinggalnya. Tingkat 4 dipergunakan untuk tempat tinggal Karin bersama keluarga kecilnya. Kamar Karin masih tertata rapi dan foto pernikahannya dengan Steven masih terpajang dikamarnya. Dia tidak menyangka kehidupan rumah tangganya akan berakhir pahit seperti ini!Steven selalu mempergunakan Matthew untuk membujuk Karin agar mau mengalah dan bersama-sama tinggal di Surabaya dengan mereka. Tapi Karin merasa tidak sanggup kalau harus hidup tanpa bekerja, bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Ia sudah terbiasa untuk hidup mandiri dan tidak terbiasa meminta-minta. Keluarganya dulu hidup sangat sederhana. Itulah yang membuat Karin terus memotivasi dirinya untuk terus maju dalam berusaha dan bekerja sehingga ia bisa membeli tempat tinggal sekaligus tempat usaha yang menguntungkan. Ia juga bisa membantu kedua orang tuanya dalam menjalani masa-masa tua mereka dengan lebih nyaman lagi dalam segi materi. Meskipun mereka telah berpisah lama tapi dalam hati yang paling dalam, ia mengakui meskipun Steven telah mengecewakan hatinya, ia masih sangat mencintai Steven.Ketika memutuskan berpisah dari Steven, Karin merasa seperti separuh napasnya diambil dari raganya. Ada kehampaan ketika ia harus menjalani hidup tanpa Steven dan juga anaknya. Selama ini, kehidupan rumah tangga mereka sangat baik-baik saja juga dibumbui dengan kehidupan seks yang hebat dan mereka bisa saling mengisi satu sama lain, Karin merasa sempurna sebagai wanita saat bersama Steven. Tapi keadaan berubah saat mereka harus pindah ke Surabaya karena orang tuanya sedang sakit. Sampai pulihpun mereka tidak diperbolehkan kembali ke rumah orang tua Karin di Bandar Lampung, tempat mereka merajut keluarga kecil mereka. Karin merasa sendirian karena Steven merasa serba salah. Hanya Matthew penghiburnya saat berada dirumah orang tua Steven tapi itupun kebanyakan Matthew selalu diajak jalan-jalan oleh mertuanya.Dia merasa sangat kesepian. Dia juga menyalahkan dirinya sendiri kenapa begitu tertutup dan tidak bisa berlama-lama untuk mendekatkan diri dengan keluarga Steven. Ia tidak mengerti kenapa mertuanya selalu saja bersikap sinis dan selalu menyalahkannya.Apapun yang ia lakukan selalu salah dan kurang! Tidak ada satupun yang bisa ia lakukan yang bisa menyenangkan mertuanya. Ia merasa frustrasi dan putus asa menghadapi semua tekanan yang ia alami selama tinggal bersama orang tua Steven.
Ia terbiasa menghasilkan uang dan tidak terbiasa meminta kepada orang lain. Meskipun ia sudah berumah tangga dengan Steven, Karin tetap terbiasa mencari penghasilannya sendiri. Ia memiliki usaha penyewaan gaun pengantin, studio foto dan wedding organizer yang cukup sukses dan diakui di Bandar Lampung. Keputusan Steven menuruti keinginan kedua orang tuanya dan memisahkan dia dengan anaknya membuat Karin sakit hati dan semakin tidak respek dengan sikap orang tua Steven. Terlebih lagi sepertinya Steven lebih memilih hidup bersama kedua orang tuanya dibanding membentuk keluarga mandiri bersamanya. Karin seperti mau mati rasanya. Kebahagiaan yang ia rasakan bersama keluarga kecilnya tiba-tiba terengut begitu saja darinya. Dia marah dan meratapi keadaannya. Tapi ia tahu semua itu tidak akan mengubah apapun dan malah akan menghancurkan dirinya! Ia mulai bangkit dan mulai membuka dirinya kepada lingkungan bisnisnya. Terlalu banyak kenangan manis dirumah itu, maka ketika Dani teman satu kuliahnya menawarkan kepada Karin untuk memimpin salah satu perusahaan percetakan milik orang tuanya, Karin menerimanya dengan konsekuensi ia harus meninggalkan Bandar lampung.Bab 66Air mata Gabriel bercucuran dengan deras. Hatinya serasa melambung begitu hebat karena pertanyaan Karin kepadanya. Ia mengangguk-angguk dengan bahagia. “Ya, ya, ya! Aku bersedia menikah denganmu! Oh, sayangku, cintaku.” Gabriel menciumi wajah Karin secara bertubi-tubi sampai Karin menertawakannya.“Kau boleh menertawakanku tapi saat ini, aku benar-benar merasa bahagia karenamu.”Karin menghentikan tawanya lalu tersenyum dan mengangguk. “Kalau begitu apa kita akan mengundang orang tuaku dan...““Samantha,” sela Gabriel mengingatkan.Karin menghela napasnya lagi merasa sedih. Ia ingin keluarganya bisa hadir dipernikahannya meski mungkin mereka akan menolak undangannya tapi ia berharap keluarganya saat ini akan menerima kehadirannya.Sekarang ia bukan bayi yang menyusahkan lagi. Sekarang ia telah memiliki keluarga yang bisa menolong me
Bab 65Segera setelah ia menekan panggilan jawab terdengar teriakan histeris dari balik ponsel. “Siapa wanita itu? Kenapa bisa ia begitu mirip denganku dan menggantikan posisiku sebagai istrimu!?”“Apa kau masih ingat, kau adalah istriku?” ejek Gabriel dengan santai.“Kau tidak perlu kembali lagi ke sini. Kami tidak memerlukanmu lagi. Teruskan pertualanganmu dan jangan pernah kembali lagi dan merusak kebahagiaanku dan Kemmy.”“Apa maksudmu? Kau ingin wanita palsu itu menggantikan kedudukanku sebagai istri dan ibu dari anakku!? Kau membuatku tertawa, Gabriel.”“Apa kau kehabisan uang? Berapa yang kau butuhkan!? Aku akan menyiapkannya untukmu, hanya saja satu hal yang kuminta darimu. Jangan pernah kembali lagi ke sini selamanya.““Aku akan kembali kalau aku mau! Kau tidak bisa melarangnya untuk itu! Aku heran, kenapa kau berubah se
Bab 64Karin memutuskan untuk permisi pergi ke toilet.Gabriel bergegas menemaninya.Karin tertawa. “Menemaniku ke toilet? Untuk apa? Aku hanya akan pergi sebentar dan akan segera kembali. Berbincanglah dengan santai bersama tamu-tamumu.”Gabriel tidak mau melepaskan pegangan tangannya sambil tersenyum jahil kepada Karin.Karin melotot sambil tersenyum menghadapi kejahilan suaminya.“Jangan lama-lama yah,” ucap Gabriel tanpa suara kepada Karin.Karin tersenyum sambil mengangguk kepada Gabriel.Karin menanyakan toilet dan petugas yang berjaga mengarahkan Karin ke toilet khusus Vip. Ia mengikuti petunjuk yang diberikan petugas wanita itu dan tersenyum lega setelah menemukan logo toilet wanita didepannya.Ia segera masuk dan membereskan keperluannya. Setelah selesai ia menambahkan lipstik di bibirnya dan merapikan dan
Bab 63Gabriel mencium dahi Karin dengan penuh kasih sayang, “Aku akan menunggumu, jangan terlalu dipikirkan. Aku mencintaimu, istriku.”Karin tidak mampu menjawab Gabriel dan hanya bisa memaksakan diri untuk tersenyum.Hati Gabriel terasa teriris karena Karin belum bisa membalas pernyataan cintanya.Hari ini ia mendampingi suaminya untuk menghadiri gala dinner pemegang saham di perusahaannya. Gabriel selalu menawarinya untuk menemaninya tapi tidak sama halnya dengan gala dinner perusahaannya. Dia banyak membuat alasan agar Karin tidak menemaninya di acara gala dinner perusahaannya.“Apa ada hal yang kau sembunyikan padaku? Biasanya kau yang antusias mengajakku ke berbagai acara tapi kenapa setiap kali pertemuan dengan pemegang sahammu, kau selalu melarangku ikut?” tanya Karin tidak mengerti.Gabriel terdiam sambil menatap Karin dengan cemas. Ia berusaha meng
Bab 62Gabriel membuka matanya dan merasa lega melihat Samanthanya telah kembali. “Kau dari mana saja?” tanya Gabriel dengan khawatir.“Aku menyiapkan kejutan di kamar hotel tapi mungkin pelayan tidak menemukanmu, sehingga kau tidak kunjung datang sepanjang malam.” Malah pria asing yang datang dan bercinta denganku, tambah Samantha mengeluh dalam hati.“Kamar hotel? Apa kau sudah bisa mengingat cinta kita?” tanya Gabriel dengan lambat-lambat.Samantha menggeleng. “Belum, tapi aku mencoba untuk membuka diri untukmu.”Gabriel mencoba mencium Samantha tapi Samantha menutup mulut Gabriel. “Sikat gigi dulu,” ucapnya sambil terkekeh.“Maafkan aku, ayo kita ke kamar kita.”Samantha mengangguk. Ia harus segera menggantikan bayang pria asing itu dengan suaminya sendiri! Hanya membayangkannya saja, &nbs
Warning adegan 21+, anak dibawah umur skip aja yahBab 61Saat lampu dimatikan tampak bintang-bintang stiker menerangi langkahnya. Ia mengikuti arahnya dan menemukan dikeremangan seorang wanita dengan mengenakan lingerie seksi dan juga topeng mata.Ia perlahan mendekati suaminya dan memasangkan topeng yang sama dengannya. “Maaf aku masih malu tapi aku akan mencobanya menjadi istrimu yang sesungguhnya.”Tubuh Wilson bergetar mengenali suara itu. Ini benar-benar Karinnya! Apa dia sedang bermimpi? Karinnya masih hidup!Samantha mencegah Gabriel untuk berbicara dan ia merangkul suaminya itu dengan berani kemudian menciumnya.Tubuh Wilson bergetar karena ciuman Karin dan ia membalas ciuman istrinya itu. “Istriku, istriku, oh istriku, betapa aku merindukanmu,” desah Wilson dengan penuh kerinduan.Telinga Samantha mendeng
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments