LOGINSudah sama-sama memiliki pasangan nyatanya tak membuat Zayn dan Malik puas akan hubungan masing-masing. Hingga ide gila 'bertukar istri' itu muncul membuat Zayn dan Malik tega meninggalkan dan menukar pasangan demi mencapai kepuasan mereka. Pengkhianatan, perselingkuhan hingga terbongkarnya satu per satu rahasia membuat sekelumit masalah hingga para wanita menjadi korban..
View MoreWaktu sudah menunjukkan pukul 04.30 sore, saatnya pulang bagi Malik. Hari jum'at yang begitu melelahkan. Beruntung besok adalah hari weekend sehingga dia tak perlu melihat tumpukan berkas yang begitu menyakitkan mata ini.
"Langsung pulang?" Malik menoleh. "Kenapa memangnya?" "Besok hari sabtu." Malik jadi tersenyum ketika melihat Zayn yang menatapnya penuh arti. "Ayolah! Kita jalan dulu sebentar!" Zayn merangkul bahu Malik seraya berjalan menuju pintu keluar. "Nggak bosen ketemu istri terus di rumah?" "Justru kamu yang nggak bosen nggak ketemu istri di rumah?" Malik menyindir. "Sial!" Zayn tertawa karena ucapan Malik. Malik lalu mengambil ponsel di saku jasnya. "Aku hubungi Shireen dulu." "Bilang aja ada lembur!" Malik hanya menggeleng mendengar ucapan sahabatnya. Dia lalu mengirim pesan ke istrinya. Malam ini dia pulang terlambat karena ada lembur di kantor. Shireen pun percaya. Tak seperti Malik yang harus izin pada istrinya. Zayn beda lagi. Istrinya, Elena mana betah di rumah. Apalagi pekerjaannya sebagai penulis novel terkenal membuatnya selalu keluar. Katanya sih menghindari writer's block. Entahlah, Zayn tak mau tahu urusan. Mau istrinya di rumah atau tidak ya sama saja. Seperti biasa, Zayn membawa Malik ke salah satu club malam di kota ini. Dimana ada kata sandi khusus untuk seluruh pengunjung yang datang. Bisa dibilang club ini bukan untuk orang sembarangan. Hanya pelangganlah yang bisa keluar masuk area ini. Bukan pertama kali tapi kesekian kali mereka berdua melepas penat disini. Sekedar untuk minum, menikmati musik atau visual lainnya yang menyegarkan mata. Untuk sentuhan, tunggu dulu.. Malik tidak seliar Zayn. Dia tidak segan menolak tawaran dari wanita-wanita malam disini. "Aku nggak bisa minum terlalu banyak." Ucap Malik saat Zayn kembali menuangkan minuman di gelas kedua. "Kenapa? Takut ketahuan istrimu?" Selidik Zayn. Tak heran kalau Zayn sering bilang Malik ini suami takut istri. "Bukan. Dia cuma terlalu lurus aja." Malik meraih gelas yang berisi minuman tadi. "Ya.. istrimu itu begitu polos.." Zayn tersenyum. Wajah cantik Shireen terlintas di pikirannya. "Pasti kamu bahagia menjalani pernikahanmu." Malik tersenyum getir. "Tidak seperti kelihatannya." "Aku yakin dia istri yang sempurna." Pancing Zayn. "Dia nyaris sempurna. Sampai aku tak menemukan apa yang kurang darinya. Tapi sebab itulah, aku merasa hubungan kami begitu hambar." "Tidak menantang maksudmu?" "Shireen begitu penurut. Aku sampai... " Ah, Malik jadi sadar dia mulai meracau. Melihat Malik yang memijat keningnya membuat Zayn tertawa. "Istri seperti itu memang membosankan!" "Elena bagaimana?" Malik mengalihkan pembicaraan. "Kamu tahu betul istriku, kan? Kalian bersahabat ketika sekolah." Kebetulan, Malik dan Elena memang teman satu sekolah ketika SMA. "Dia cantik, sexy dan ceria. Tapi sayang tidak bisa diatur." Zayn terkekeh. Elena memang unik. Sebagai perempuan, body Elena impian semua wanita. Tapi sifatnya begitu keras. Zayn kesulitan mendidiknya. "Kamu belum bisa mengambil hatinya saja." Sahut Malik. Zayn sampai menoleh. Sudut bibirnya terangkat sedikit seakan merencanakan sesuatu. "Aku memang belum bisa mengambil hatinya. Elena terlalu keras untukku. Sifat seperti Shireen yang aku suka. Istri polos dan penurut." Giliran Malik yang menatap wajah sahabatnya. "Bagaimana kalau kita bertukar istri?" Ide gila muncul begitu saja dari mulut Zayn. "Kamu terlalu banyak minum sepertinya!" Malik sampai menggeleng. "Aku serius! Kamu bosan dengan pernikahanmu yang hambar. Dan aku nggak bisa menghadapi Elena yang bar-bar. Kupikir kita salah istri!" "Sadarlah, Zayn!" Malik sampai menepuk bahu temannya. Mungkin saja Zayn sedang setengah sadar. "Aku serius!" Zayn menatap Malik lekat. "Lagipula kamu dan Elena juga mantan kekasih, kan?" "Dulu! Hanya cinta monyet!" Ketus Malik. Dia lalu bangkit dari duduknya dan mengeluarkan uang. "Aku duluan. Istriku pasti menunggu dirumah. Kamu bersenang-senanglah dulu disini sebelum Elena pulang." Malik sampai terkekeh mengatakannya. Meninggalkan Zayn yang tengah menikmati alunan musik di club malam, Malik segera pulang ke rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sebelum turun dari mobil, Malik mengunyah permen rasa mint dan menyemprot parfum sebanyak-banyaknya supaya bau dari club malam ini tak tercium oleh istrinya. Sebab Malik tahu, Shireen ini begitu peka terhadap sesuatu. "Sudah pulang, sayang?" Shireen tersenyum melihat kedatangan suaminya. "Kemarikan." Dia lalu mengambil tas kerja suaminya, membantu suaminya melepas jas dan menaruh sepatu pada tempatnya. "Aku siapkan air hangat untuk mandi. Oh, iya. Kamu sudah makan?" "Belum." Jawab Malik sambil tersenyum. "Nanti aku siapkan makan malam." Shireen berlalu dan menyiapkan air hangat untuk mandi suaminya. Beralih selanjutnya ke baju ganti yang sudah ditaruh di atas tempat tidur. Setelah itu baru ke dapur untuk memanaskan makanan. "Pekerjaan lagi banyak, ya?" Tanya Shireen ketika suaminya sudah duduk manis di kursi makan. Malik berdeham. "Ya, kejar setoran akhir tahun." "Kamu sendirian yang lembur, mas?" Tanya Shireen. Dia lalu menuangkan makanan ke piring suaminya. Menu yang Malik hapal setiap harinya karena itu-itu saja. Hidup Shireen begitu tertata, sangat monoton untuk Malik yang menyukai kejutan. "Sama Zayn." Terpaksa Malik berbohong dan membawa nama temannya. Siapa suruh Zayn yang mengajaknya bersenang-senang tadi? Beralih pada Zayn yang sudah setengah sadar, sebelum cinderella menanggalkan sepatunya Zayn harus segera pulang. Terpaksa pula dia menyewa sopir karena tak mampu menyetir sendiri. Namun ketika pulang, Zayn merasa berhalusinasi. Apalagi ketika wanita yang dihadapannya ini menatapnya dengan tatapan yang tak sedap dipandang. "Elena?" Zayn sampai menyipitkan matanya. "Istri sahmu!" Jawab Elena ketus sambil menyilangkan tangan di depan dada. Sore ini dia sudah pulang dari luar kota. Duduk manis dan menunggu suaminya pulang kerja. Rupanya, Zayn malah pulang tengah malam. "Masih ingat rumah rupanya." Gumam Zayn. Dengan langkah sempoyongan, Zayn berjalan melewati Elena begitu saja hingga membuat wanita itu berdecak kesal. "Kamu pasti dari club malam, kan? Baumu khas sekali!" Elena mengikuti suaminya sampai ke kamar. Zayn tak menghiraukan. Ia membuka kemejanya dan melempar ke sembarang arah. Begitu juga sepatu lengkap dengan kaos kakinya. "Ternyata kamu nggak berubah. Masih aja suka bersenang-senang di luar sana!" Elena memungut pakaian suaminya di lantai. "Mandi dulu!" Bentak Elena saat suaminya main baring saja di seprai yang baru diganti. "Aku ngantuk!" Zayn menarik guling dan menaruhnya di atas kepala. "Bersihkan dirimu dulu!" Elena memandang jijik. Entah apa yang dilakukan suaminya di club malam itu. Elena sudah bisa membayangkan. "Atau kamu mau ku seret ke kamar mandi!" Untung saja reflek Elena masih bagus. Atau dia bisa terkena lemparan lampu tidur dari suaminya. "Aku mau tidur!" Geretak Zayn yang membuat Elena sampai meneguk ludah.Shireen lebih banyak diam di liburan siang ini. Matanya hanya sibuk menatap para rekan kerja suaminya yang bermesraan dengan istri mereka. Ada yang sibuk menghabiskan waktu untuk berbelanja dan ada juga yang sibuk menjelajahi pulau. Tapi, Shireen seperti kehilangan minatnya."Dari tadi kamu cuma diam." Tegur Malik menyadari perubahan sikap Shireen.Shireen hanya tersenyum letih."Kamu sakit?" Malik menyentuh dahi yang sedikit panas itu. "Demam, sayang?""Cuma jetlag.""Ya ampun.." Malik jadi merasa bersalah. Harusnya dia tak memaksa istrinya ikut bergabung dengan rekan yang lain tadi."Mau pulang ke kamar?"Shireen mengangguk. "Kalau boleh.""Nggak apa-apa. Istirahat aja. Nanti makan siang, aku pulang."Sekali lagi, Shireen hanya tersenyum. Tak ingin membuang waktu, Shireen memilih pulang ke kamar dan beristirahat. Kepalanya pusing.Elena juga betah berada di kamar. Membuat Zayn jadi gerah saja."Harusnya tidak usah ikut kalau kamu cuma mau bersemedi disini.""Memangnya kenapa? Nggak
Rasa bosan itu akhirnya melanda, dengan menggunakan sweater Elena keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Berkeliling pantai di malam hari sepertinya mampu mengusir kalut yang sedang berkutat di hati dan pikirannya.Baru saja keluar dari koridor kamar, Elena ditegur seseorang."Malik?" Elena tak salah mengenali. Walau minim pencahayaan tapi wajah tampan itu tetap bersinar. "Sedang apa kamu disini?""Baru menemui Pak Bram." Kebetulan kamar Bram satu area dengan penginapan Elena."Oh.. sama Zayn?" Elena memastikan."Tidak. Dia lagi ikut pesta barbeque. Kamu mau kemana? Bukannya pesta ada di sebelah sana?"Elena jadi canggung. "Aku cuma mau nyari angin aja.""Kamu nggak apa-apa? Apa kamu dipukuli lagi?"Elena memandang Malik lalu menggeleng."Seharian kamu nggak bergabung dengan yang lain. Sejujurnya aku sedikit khawatir." Jujur Malik.Elena hanya tersenyum pahit. "Aku cuma ingin sendiri. Sudah, ya! Aku mau kesana dulu.."Elena melewati Malik begitu saja dan pria itu hanya bisa mema
"Mas Malik, Jangan!"Mendengar suara Shireen membuat Malik melepas kerah baju yang sempat ditariknya itu. Sontak, Zayn langsung merapikan pakaiannya.Melihat Shireen dan Elena yang terkejut. Malik langsung menuju ke arah Shireen dan menggenggam tangannya."Kita cari tempat lain saja." Malik langsung membawa istrinya pergi dari restoran.Sedangkan Elena tertegun. Ada apa? Kenapa Malik begitu marah hingga hendak memukul suaminya? Mungkinkah itu karena dia telah melihat kondisi Elena yang menyedihkan seperti ini? Sehingga membuat Malik murka dan menyerang Zayn? Elena berkecamuk dibuatnya."Ada apa, mas?" Tanya Shireen lembut saat mereka sedang dalam perjalanan.Shireen memandang suaminya yang tengah fokus menyetir. Setelah menunggu dan tak mendapat jawaban. Pandangan Shireen beralih keluar jendela.Dia dan Elena baru saja keluar dari toilet dan terkejut saat melihat Malik tiba-tiba mencengkram kerah baju suami Elena.Hening. Tak ada percakapan selama di perjalanan. Shireen mengerti mungk
"Silahkan, mas."Dengan anggun Shireen menaruh satu cangkir teh lemon di hadapan Zayn."Terima kasih."Tak peduli teh tersebut masih panas, Zayn menyesap minuman tersebut perlahan."Sungguh menyegarkan. Enak sekali, Shireen." Pujinya."Mas Zayn memang pandai memuji." Senyum Shireen jadi mengembang karena dipuji oleh Zayn."Zayn!" Tegur Malik. Pria ini baru keluar dari kamar.Tadi dia menenangkan dirinya sebentar. Siapa tahu Zayn datang untuk memakinya. Menuduhnya berselingkuh dengan Elena. Jadi, Malik harus menyiapkan jawaban."Hai, Malik!" Sapa Zayn hangat."Ada apa malam-malam kemari?" Malik lalu duduk di hadapan Zayn, tepat di samping istrinya. Dia harus bersikap biasa saja, seolah tidak tahu apa-apa."Aku ingin memberikan ini. Aku sengaja nggak menghubungimu karena aku sekalian keluar."Zayn lalu mengeluarkan sebuah map dari tas kerjanya."Tadi Pak Bram menitipkan ini pada sekretarisnya. Katanya ini untukmu. Tapi, karena kamu pulang terburu-buru jadi berkas ini dititip padaku."Ma












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.