Bab 10 Wilson merasa harus merayu dan memohon kepada Karin untuk mempertimbangkan hubungan mereka. Wilson membawakan Karin setangkai mawar holand. Dengan penuh harap, ia berjalan dengan penuh percaya diri ke cottage yang disewa Karin. Ia juga sudah menyiapkan makan malam romantis di tepi pantai hari ini. Dia tidak perduli akan konyolnya rencana yang dia buat hari ini tapi ia bermaksud untuk memaksa Karin menerima cintanya dan memintanya untuk menikah dengannya. Ia mendengar suara tawa Karin dari balik pintu. Ia tidak senang mengira Karin sedang bersama Dani saat ini. Ia memutuskan untuk mencari tahu dengan mengetuk pintu. Tawa ceria Karin menghilang perlahan ketika melihat kedatangan Wilson di cottagenya. Wilson berniat untuk mencium Karin tapi mengurungkan niatnya karena melihat seorang pria yang tidak dikenalnya merangkul mesra pinggang Karin. “Siapa sayang? Apa kau tidak akan memperkenalkan kami?“ sindir Steven sambil melirik bunga yang ada di tangan Wilson. “Ini Wilson, b
Bab 11 Mereka tidak bertemu lagi dalam perjalanan pulang karena memang pada keesokan harinya mereka langsung pulang menuju Bandar Lampung. Sebelumnya Karin sudah menghubungi Dani mengenai rencananya pulang ke Lampung untuk mengurus masalah pernikahannya dengan Steven. Walau bagaimanapun ia masih memiliki tanggung jawab dalam pekerjaannya. Steven mendiamkannya selama beberapa hari setelah kepulangan mereka. Karin tidak mencoba membujuk Steven karena ia sudah mengenal tabiat suaminya itu. Kalau emosinya sudah mereda Steven akan luluh dengan sendiri. “Katakan padaku, apakah kau menikmatinya? “ tanya Steven ketika Karin akan tidur. “Apa kau mencoba untuk melebarkan masalah atau memperkecil? Bila kita begini terus, aku rasa lebih baik kita menjauh dulu sementara.“ “Dan kau akan kembali lagi kepadanya? Apakah sangat nikmat bercinta dengannya sampai kau melupakan kenyataan bahwa kau masih bersuami!?“ 
Bab 12 Jalan yang ia pilih ternyata tidak salah. Steven menggunakan kesempatan yang telah diberi Karin dengan sangat baik. Tambah hari, Steven bertambah romantis dan selalu menyediakan waktu untuk Karin dan Matthew. Rencana untuk menambah momongan menjadi perbincangan yang alot diantara mereka. Karin tidak berencana memiliki anak lainnya selain Matthew tetapi Steven selalu membujuknya agar memberikan adik pada Matthew agar dia tidak kesepian nantinya. “‘kan Matthew banyak sepupu. Dia tidak akan pernah kesepian. Hampir setiap hari mereka ke sini.“ “Beda dong sayang. Coba bayangkan, bagaimana kalau nanti kita sudah tidak ada bersama Matthew lagi, dia akan sendirian?“ “Yah, kalau kita tidak ada 'kan masih banyak sepupu-sepupunya yang bisa menemaninya,“ timpal Karin masih tetap berkeras sambil mengelus dada suaminya. “Sayang, cobalah untuk mengerti,“ kata Steven putus asa. “Aku
Bab 13 Steven membelai pipinya membangunkan Karin dari tidurnya. Karin membuka matanya. Wajah Steven tampak tenang dan sangat bercahaya. Karin merasa sangat lega karena telah mendapati Stevennya telah pulang. Ternyata firasatnya salah! Karin langsung tertawa bahagia dan memeluk tubuh Steven sambil menangis. Ia memeluk tubuh suaminya dengan erat, tanpa mau melepaskannya lagi. Tapi ia tidak mengerti mengapa Steven begitu pendiam saat ini dan ia hanya memandanginya saat ini dengan pandangan yang aneh, Karin tidak mengerti. “Tahu tidak, aku cemas sekali tadi. Papi bilang mobilmu terperosok dalam jurang. Kamu jahat, kenapa kamu tidak memberi kabar padaku. Aku merasa sangat cemas! Rasa mau mati karenanya. Jangan pernah tinggalkan aku lagi,yah!? Aku takut. Aku …“ Steven menenangkan Karin. “Maafkan aku, tapi kita tidak bisa bersama lagi.“ Steven menangkup wajah Karin dengan lembut. Karin bingung mendengar
Bab 14 Karin semakin bersemangat membantu menjalankan kembali usahanya yang telah lama dikelola oleh Chika. Ia sangat menikmati pekerjaannya karena ia bisa meluangkan waktu untuk menemani Matthew kapanpun dia mau. Ia selalu ada untuk Matthew, di setiap saat Matthew membutuhkannya, itulah yang membuat Karin merasa bahagia. Semangatnya kembali menyala dalam mengembangkan konsep bisnisnya. Dia mulai merambah usaha wedding planner yang menawarkan konsep one stop wedding shoping jadi calon pengantin bisa mengurus sendiri segala keperluan pengantinnya di dalam satu tempat. Sedangkan Chika tetap mengurus showroom bridal besar miliknya. Saat ini ia memiliki janji temu dengan seorang klien yang ingin dibuatkan jas pengantin dan jas pendamping desain terbaru karena sudah melewati jam kerja, akhirnya Karin mengijinkan karyawannya untuk pulang duluan sementara dia sendiri yang akan menunggu kliennya datang. Untuk membuat kliennya nyaman ia tetap menyalaka
Bab 15 Wilson menangkap tangan Karin dan memeluknya dengan cepat. “Aku merindukanmu, yah Tuhan. Jangan bergerak! Atau kau berniat membuatku bergairah?“ bisik Wilson di telinga Karin. Karin langsung berhenti berontak dan tidak berani bergerak. “Bisakah kau melepaskan aku? Aku sudah terlambat pulang. Matthew sedang menungguku saat ini,“ pinta Karin dengan pelan. “Maaf.“ Wilson melepaskan pelukannya. “Terima kasih.“ Karin berusaha menyelesaikan tugasnya dengan cepat lalu mempersilahkan Wilson mengenakan kemejanya kembali dan langsung beranjak meninggalkan Wilson tanpa memberi kesempatan pada Wilson untuk bicara lagi. Ia melarikan diri! Karin berusaha menguasai dirinya lalu tersenyum kepada Cattherine dan Jason. “Pembuatannya akan memakan waktu lebih kurang satu bulan. Saya akan menghubungi anda saat fitting terakhir untuk pengepasan.“ Wilson sudah mengenakan kembali jaketnya ketika keluar dari ruang fitting. Karin bersalaman dengan mereka termasuk dengan Wilson dan mengucapkan
Bab 16 Karin menyibukkan dirinya dengan segudang kegiatan untuk mengisi setiap detik dalam hidupnya agar bisa hidup normal lagi dan menjadi ibu yang terbaik bagi anaknya. Matthew selalu diikutsertakan kemanapun ia melakukan pergi, pengecekan gedung atau apapun juga jika dia sudah pulang dari sekolahnya. Karin selalu menjaga jarak dengan lawan jenisnya dan memberitahu dengan tegas bahwa ia tidak sedang tertarik untuk menjalin hubungan kasih selain hubungan bisnis. Edward menyukai tantangan dan yang pasti ia menyukai tantangan yang diberikan Karin kepadanya. Baru kali ini dia ditolak tanpa basa basi. Seharusnya ia menjauhi Karin tapi ia tidak bisa melupakan Karin. Ia ingin Karin menerimanya sebagai kekasih. Tadinya ia mengajak Karin makan malam hanya iseng-iseng saja karena mendengar sikap dingin Karin dalam urusan asmara dari teman-temannya dan mereka menantang Edward agar bisa menaklukan hati Karin.
Bab 17 Karin tampil memukau dengan balutan gaun malam panjang berwarna silver. Di sampingnya tampak setia Matthew dengan balutan jas resmi lengkap dengan dasi kupu-kupu mini-nya. Dengan diam-diam Edward menunjukkan Karin kepada Tia. Tia mengangguk dan bersiap dengan sandiwaranya. “Pantas saja Paman kelepek-kan, dia memang benar-benar sangat cantik rupanya!“ kata Tia berlagak dewasa. Edward hanya meringgis sambil terkekeh. Tia duduk di bangku sendirian dan dia mulai menangis ketika Karin menoleh ke arahnya. Edward tersenyum bangga akan bakat akting keponakannya itu dan melihat dari kejauhan. Karin mengajak Matthew mendekati Tia. “Halo Anak Manis, siapa namamu?“ Karin mendudukan Matthew di sebelah Tia dan berlutut menghadap Tia. “Namaku Tia!“ katanya sambil mempertahankan isakan sedihnya. “Nah, Tia kenapa kamu menangis?“ tanya Karin dengan lembut sambil mengusap air mata Tia. “Pamanku