Share

Affair with CEO
Affair with CEO
Penulis: Kaitani_H

Prolog

DEMI jumlah mantannya yang masih bisa dihitung dengan jari, kenapa juga dia mendapat promosi tapi harus dimutasi?

Pekerjaannya selama ini memang memuaskan, tapi naik jabatan saja tanpa perlu mutasi, kan, bisa? Kenapa dia harus repot-repot dibuang ke Jakarta hanya demi pekerjaannya saja?

Jeanne tidak rela. Benar, dia sangat tidak rela.

Jeanne orang asli Bandung. Kedua orang tuanya ada di sana. Walaupun dia sekarang tinggal sendiri, karena mau mencoba mandiri, tapi berulang kali Jeanne masih mengunjungi kedua orang tuanya yang cerewet bukan main itu. Apalagi dia memang anak satu-satunya yang mereka punya.

Belum lagi soal pacarnya. Jeanne sudah punya pacar. Namanya Fredy alias si bebek sawah. Sesuai julukannya, dia adalah bebek yang cueknya bisa mengalahkan gunung es di kutub utara.

Tidak percaya? Baca pesan mereka berdua ini!

J : Gue mau berangkat ke Jakarta. Lo nggak mau datang buat peluk cium gue sebelum kita berdua LDR-an apa?

F : Lebay.

J : Serius, Bek! Abis ini gue bakal jarang gangguin lo lagi!

F : Malah bagus.

J : Gue putusin lo!

F : Canda.

J : Gue serius. Makin ngeselin banget lo sekarang, Bek!

F : Gue ada rapat nanti, jadi nggak bisa nganter. Lagian cuma Jakarta - Bandung, gue bisa langsung ke sana kalau udah kangen.

Jawaban panjang pertama setelah perdebatan hampir seminggu mereka. Tentu saja perdebatan itu diisi penuh oleh Jeanne seorang, karena Fredy hanya akan membalas satu dua kata saja saat bicara ataupun mengirim pesan padanya.

Jika bukan karena sayang isi kantongnya, Jeanne pasti sudah membuang pacar bebek sawahnya yang cuek banget itu.

F : Jadi putus?

J : Nggak.

F : Kirain.

J : Kenapa? Kok kayaknya kecewa?

F : Nggak.

Jeanne melempar ponselnya ke atas ranjang sambil mengembuskan napas kasar. Berat. Fredy memang orang sabar, tapi Jeanne berani sumpah kalau dia tidak sesabar pacarnya.

Dia baru mulai belajar namanya sabar setelah bertemu dengan Fredy. Itu pun karena dia terpaksa harus mengimbangi sifat sang calon suami. Kalau tidak? Sudah dia lempar ke jurang aja kali model cowok kayak gini?!

Siapa juga yang bilang kalau punya cowok dingin itu enak? Gue pengen tampol mukanya biar dia sadar dan nggak kebanyakan berkhayal!

Jeanne menghela napasnya sekali lagi, kemudian mengambil ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas. Dia sudah bersiap sejak beberapa saat yang lalu. Orang tuanya bahkan turut membantu sembari mengucap salam perpisahan karena mereka takkan bertemu dalam beberapa waktu.

"Jaga diri baik-baik di Jakarta nanti, Je!" Pesan ayahnya.

Jeanne mengangguk patuh.

"Inget kalau kamu sudah punya pacar, sudah jadi calon suami juga. Jangan macam-macam di sana kalau kamu masih mau nikah tahun ini, ya!" Peringat ibunya yang tampak khawatir sekali kalau Jeanne bakal berbuat nakal selama di Jakarta nanti.

"Ayah sama Ibu tenang aja. Emangnya aku mau ngapain di sana? Orang aku mau kerja, bukan mau cari calon suami baru karena calon yang ini terlalu kaku."

Kedua orang tuanya hanya bisa memasang senyuman masam setelah mendengar ucapannya. Sedangkan Jeanne menunjukkan senyum terbaik andalannya.

"Kaku-kaku gitu juga pilihanmu sendiri, Je," sindir ibunya yang terasa menusuk tepat ke ulu hatinya.

"Iyain!" Setelah berpamitan dengan cara salim hormat pada kedua orang tuanya, Jeanne masuk ke dalam taksi yang akan membawanya pergi.

___

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status