Share

HMT 4 - Complicated Love

Setelah Jeremy pergi Darren segera mengunci pintu apartemennya. Dia langsung menghapiri Angela yang tengah duduk di sofa sambil menikmati wine. Gadis itu tampak menggodanya dengan senyuman nakal. Jemari lentiknya mulai naik ke bagian bawah lehernya lantas membuka kancing teratas gaunnya. Darren hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah nakal pacarnya itu.

"Katakan, sejak kapan kau ada di sini? Bukankah kau akan kembali ke Paris?" Darren mendaratkan bokongnya di samping Angela. Tangan kanannya meraih jemari Angela, dengan bibirnya yang menyentuh bahu gadis itu. Angela sedikit bergeming atas sentuhannya.

"Aku tak jadi berangkat ke Paris. Bosku memintaku untuk tetap di sini, dan mulai besok aku akan bekerja di perusahaan Altano Group. Hebat, kan?" jawab Angela tampak sangat berbangga. Darren tersentak mendengarnya. Altano Group? Bukankah itu perusahaan ayahnya Xavia? Dan perusahaan yang akan menjalin kerjasama dengan Hawk Company Group. Darren segera mengendurkan ikatan dasinya. Peluh dingin tiba-tiba saja mengucur di punggungnya.

"Darren, kau tahu? Perusahaan fashion tempatku bekerja di Paris juga milik Altano Group. Wah, mereka memang sangat kaya. Dan aku dengar, puteri Tuan Altano akan segera bertunangan. Hm, sungguh beruntung sekali pria itu. Iya, kan?" lanjut Angela, kemudian menyesap dari gelas winenya.

Darren merasa tak nyaman dengan obrolan ini. Pria beruntung yang dimaksud Angela itu adalah dirinya, bukan?

"Satu lagi, Darren. Nona Xavia Price sangatlah cantik. Kau pasti akan jatuh cinta saat melihatnya, dan ..."

"Sudahlah, hentikan. Aku tak akan jatuh cinta pada siapa pun, selain dirimu. Dan berhentilah berbicara yang tak penting itu," cela Darren. Dia sudah tak tahan mendengar ocehan Angela tentang Xavia. 

"Hei, kenapa kau tampak kesal begitu? Baiklah, aku minta maaf. Bagaimana bila kita berolahraga saja?" Angela melingkarkan kedua tangannya pada leher Darren. Senyuman nakalnya langsung menghilangkan rasa penat pria itu.

Darren tersenyum padanya. Ya, itu lebih baik daripada membicarakan model itu.

Darren menatap Angela dengan lembut. Wajahnya mulai maju perlahan, meraih bibir Angela yang merah dengan pewarna. Disapunya bibir ranum itu sembari mengigitnya pelan. Angela memejamkan matanya dan sengaja membuka sedikit mulutnya agar Darren dengan mudah memasukkan lidahnya. Tangan Darren mulai menjelajah ke bagian depan Angela.

Dibukanya empat kacing gaunnya yang masih mengunci. Jemarinya mulai menelusup dan meremas payudaranya dengan gemas. Angela mulai melenguh. Darren segera menggendong gadis itu menuju kamarnya. Tanpa melepaskan pangutan bibirnya, Darren menghempaskan Angela ke tengah ranjangnya. Ditindihnya tubuh gadis itu sembari menikmati ceruk leher jenjangnya.

"Aah, Darren..," desah Angela sambil meremas rambut dark brown Darren. Hasratnya mulai bergelora meminta lebih

Daren menelusupkan tangannya ke punggung Angela, dan meraih tubuh telanjangannya semakin mendekat. Kulit hangat keduanya saling bersentuhan secara alami. Jemari Angela menjelajah dada bidang Darren yang terpampang di depannya. Kulit pria itu sangat licin dan mulus.

Darren merasakan rangsangan atas sentuhan itu. Dia segera mendesak miliknya pada kewanitaan Angela. Wanita itu mengerang pelan.

Namun ciumannya segera membungkam suara-suara itu. Senyap seketika. Hingga yang terdengar hanya lenguhan dan deru napas yang tidak teratur mendominasi ruangan itu.

***

Saat itu pukul delapan malam. Darren dan Angela sedang duduk santai di sofa sambil menonton televisi. Sebuah drama romantis yang sedang ditayangkan. Keduanya tampak saling berangkulan mesra, seolah dunia ini hanyalah milik mereka saja. Namun tiba-tiba ada yang datang.

Darren segera bangkit dari sofa untuk membukakan pintu. Astaga, mengganggu saja! Darren tampak sangat kesal. Lagipula, siapa yang bertamu malam-malam begini?

Darren menarik knop pintu ke dalam usai membuka kuncinya lebih dulu. Matanya membulat sempurna saat mendapati seorang gadis yang sedang berdiri di depan pintu.

Xavia?

Darren mulai panik. Tentu saja dia kebingungan. Di dalam sana ada Angela, dan kini Xavia datang dengan Nyonya Hawk. Dunia ini rasanya seperti sedang kena Tsunami saja. Darren mulai memutar otaknya. Jangan sampai Xavia dan ibunya itu melihat Angela.

"Hai," sapa Xavia sambil tersenyum manis.

Darren hanya mengangguk

"Darren, apa yang terjadi? Kau tampak pucat." Nyonya Hawk yang cerdas mulai curiga padanya.

Darren segera mencari alasan,

"Tidak, bukan apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku hanya habis berolahraga," jawab Darren dengan gelagat anehnya. Xavia hanya tersenyum. Sedangkan Nyonya Hawk merasa mencium bau Angela di apartemen itu. Wanita itu tersenyum miring pada Darren

"Berolahraga di malam hari? Apakah itu Passion barumu, hh? Aku sengaja mengajak Xavia ke sini. Lagipula, kalian akan segera bertunangan. Xavia harus tahu dimana kau tinggal." Nyonya Hawk sengaja meninggikan suaranya. Syukur-syukur bila Angela mendengarnya. Ya, dia tak perlu capek-capek menegaskannya pada Jalang itu. Jika Darren akan segera bertunangan.

"Mah, pelankanlah suaramu." Darren tampak mulai panik. Tentu saja dia takut Angela akan mendengarnya.

"Memangnya kenapa? Kenapa aku harus berbisik? Apakah ..." Nyonya Hawk tak jadi meneruskan ucapannya. Benar, dia tak mau Xavia sampai tahu jika Darren punya seorang kekasih. Menyebalkan! Nyonya Hawk memalingkan wajahnya dari Darren sembari mengatupkan bibirnya.

"Bolehkah aku masuk?" kali ini Xavia yang bicara. Darren membulatkan matanya dengan mulutnya yang menganga. Dia mulai kebingungan. Nyonya Hawk tak kalah paniknya, dia segera menerobos masuk melewati Darren untuk menastikan semuanya. Sedangkan Darren tetap menahan Xavia di depan pintu.

Langkah Nyonya Hawk terayun cepat sambil menyapu pandangannya ke semua arah. Dimana Jalang itu? Nyonya Hawk tampak sangat geram mencari dimana Angela bersembunyi. Ya, bersembunyi seperti seekor tikus! Nyonya Hawk menghentikan langkahnya di depan pintu kamar Darren. Wanita itu menghela napas kasar sebelum meraih knop pintu dan mendorongnya masuk.

BRAAK!

Pintu terdorong dengan kasar. Angela yang sedang berdiri di depan cermin sangat kaget, dia segera memutar lehernya.

Astaga!

Nyonya Hawk?

Mata Nyonya Hawk tampak berapi-api melihat Angela berada di kamar Darren. Rupanya gadis itu tak kapok juga meski dia sering mencelanya. Hils-nya teranyun cepat menuju Angela, dengan emosinya yang nyaris meledak. Angela hanya berdiri dengan perasaannya yang sudah tak karuan. Dia tampak sangat ketakutan seperti sedang melihat hantu.

PLAAK! PLAAK!

Tamparan keras Nyonya Hawk mendarat di kedua pipinya secara beruntun. Angela masih terdiam dengan wajahnya yang berpaling. Tangan kanannya meyentuh pipi kirinya yang kemerahan akibat ulah Nyonya Hawk. Dia tak tahu harus apa. Wanita kaya itu memang sering mengingatkan dirinya untuk menjauhi Darren. Namun dia tak bisa, dia sangat mencintai Darren.

"Jika tamparan itu masih kurang untukmu, aku akan melakukan yang lebih. Tinggalkan Darren atau kau akan menghilang dari dunia ini dengan sendirinya," ucapan Nyonya Hawk mengandung ancaman.

Angela segera menegakkan kembali kepalanya. Dia sedang berdiri di depan wanita yang telah melahirkan pria yang sangat dicintainya. Dia tak bisa bersikap tak sopan padanya.

"Nyonya Hawk, maafkan aku. Aku tak bisa meninggalkan Darren. Aku sangat mencintainya," lirih Angela berusaha meraih jemari Nyonya Hawk. Namun wanita berdarah Jerman itu menepisnya dengan kasar.

"Katakan, berapa yang kau butuhkan? 200 juta? 500 juta? Atau satu milyar?" Nyonya Hawk sedang menghinanya. Angela mulai menumpahkan air matanya yang sudah membendung sedari tadi. Dadanya terasa sesak. Ini bukan yang pertama kainya. Dia hanya bisa menggeleng lesu. Nyonya Hawk mendekat lalu mencondongkan wajahnya pada Angela dengan tatapan tajam

"Tinggalkan Darren atau hidupmu akan dalam masalah besar. Mengerti?" Nyonya Hawk menunjuk wajah Angela lantas mendorong bahunya dengan kasar.

Angela hanya terdiam dengan wajahnya yang tertunduk. Air matanya semakin deras membasahi pipinya. Nyonya Hawk tersenyum remeh sambil menyalakan api rokoknya.

"Dasar, Jalang."

Fuuhh!

Dengan angkuhnya dia menghembuskan asap rokoknya ke wajah Angela sebelum meninggalkan kamar Darren. Angela menjatuhkan lututnya ke lantai. Punggungnya bergetar hebat. Bathinnya menjerit luar biasa.

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status