Share

Jangan Tembak!

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2025-12-02 08:00:16

Sebelumnya~

Adrian dan tim tengah berjalan mencari Sasa_wanita yang wajahnya mirip dengan Anggun versi muda.

Saat mereka berada di dekat kolam, Lola menunjuk salah satu lorong di depan mereka.

"Saya lihat tadi Sasa dibawa ke sana sama laki-laki tinggi." Lola mengatakannya dengan wajah penuh keyakinan.

"Ayo kita ke sana, tidak ada waktu lagi." Adrian memimpin tim, berjalan lebih dulu.

Ia melangkah ke arah yang ditunjuk oleh Lola tadi sambil mengarahkan moncong senjata api ke depan.

Senjata api berukuran kecil itu ia ambil dari salah satu saku celana anak buah Marco yang berhasil dilenyapkan.

Bukan hanya Adrian, Dirga dan Barta juga membekali diri mereka dengan senjata yang memiliki peredam suara itu.

"Itu dia!" tunjuk Lola saat melihat seorang pria tinggi sedang membelakangi mereka.

Dari kejauhan, Ad
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tiika Kartikka
lanjut dong kaa mak8n seru aja
goodnovel comment avatar
Aan Morriso N
serius ni cuma segini yakin nih ok klau begitu hrs sabar bener ni baiklah melatih bener nih enggood deh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ah! Enak Mas Dokter   Dalam Perjalanan

    Dor! Dor! Dor!Tembakan dari Polisi Hong Kong berhasil melumpuhkan enam orang anak buah Prams. Tubuh mereka terjatuh dari lantai atas gedung.Darah mengalir dari kepala yang pecah, dengan tubuh terluka parah.Polisi Hong Kong terus mendekati gedung tinggi itu sambil menembak di balik baja pelindung anti peluru.Melihat suasana yang semakin chaos, salah satu anak buah Prams meminta teman-temannya untuk menghentikan serangan. "Jangan menembak! Ayo kita kembali ke Bar!" teriak salah satu anak buah Prams pada teman-teman yang tersisa.Sepuluh orang pria menurunkan senjata. Beberapa dari mereka, meringis, menekan luka yang cukup parah. Suara napas terengah, terdengar. Wajah-wajah pria-pria itu pucat, dengan tubuh bersimbah darah."Kita laporkan penyerangan ini pada Bos Besar," ucap pria berkacamata. "Bos sedang sibuk. Tidak mungkin kita masuk ke ruangan Bos."Pria berkacamata terdiam, berpikir sejenak lalu mengatakan, "Kalau begitu, kita pergi saja dari sini. Kita temui Bos setelah klie

  • Ah! Enak Mas Dokter   Gugur!

    Setelah berjuang hampir satu jam, akhirnya kedua adik-kakak itu berhasil keluar dari Bar melewati pintu belakang. Melihat dua orang temannya berlari menuju gang yang dijaga Polisi Hong Kong. Roni tersenyum, dan bersiap untuk bergabung dengan Hendra dan Edric.Saat ini Roni sudah berada di luar Bar, tetapi ia terjebak di dalam sebuah bangunan kosong, karena hampir kepergok oleh salah satu anak buah Prams.Ketika ia bersiap berlari melewati parkiran luas di depan. Tanpa sengaja sudut matanya menangkap bayangan anak buah Prams yang berada di atas gedung, tepat di samping Bar. Shap!Roni terhenyak kaget saat melihat peluru dari senapan tanpa suara melesat cepat dan berhasil mengenai Hendra yang tengah menggendong Regan."Aaggggghhhh!" teriak Hendra, kesakitan.Peluru tersebut menembus betis Hendra, membuat tubuhnya nyaris tersungkur ke depan. "Bang!" Edric memutar tubuh, berlari mendekati sang kakak.Melihat adiknya mendekat, Hendra menggeleng berkali-kali, "Jangan ke sini! Cepat berla

  • Ah! Enak Mas Dokter   Berhasil?

    Hendra melirik adik laki-lakinya yang tengah menjual kesedihan di depan Intan.Sepertinya sang adik sudah tahu apa kelemahan wanita yang tengah mengandung itu. Intan memang memiliki hati lembut dan keibuan.Semua terbukti dari perhatian yang ditunjukkan Intan pada Edric. Keduanya kemungkinan memiliki usia yang sama, itu sebabnya Intan merasa kasihan pada Edric yang tengah menceritakan kisah sedih ditinggal sang Ibu. Sementara Hendra yang berhasil mengajak Regan, tengah menyiapkan diri untuk keluar tanpa dicurigai orang-orang.Regan menghentikan langkah kakinya di dekat meja Intan. "Tunggu Paman!"Hendra terdiam. Wajahnya terlihat tegang, takut usahanya gagal. "Tuan Muda mau apa?" Regan mendongak, "Aku ijin dulu sama Kak Intan. Aku takut dia khawatir."Hendra hanya diam sambil menghela napas panjang. Jika ia melarang, kemungkinan Regan akan curiga dan tak mau ikut. "Silakan Tuan Muda." Dalam hati Hendra berharap Intan memperbolehkan.Regan melangkahkan kaki kecilnya mendekati Intan

  • Ah! Enak Mas Dokter   Usaha Hendra

    Kedua adik-kakak itu berhasil masuk ke ruangan khusus Regan. Mereka melangkah perlahan mendekati meja panjang di depan sofa berwarna Maron. Nampan di tangan Edric bergetar, ia kembali gugup hingga membuat piring dan cangkir di atas nampan saling beradu.Suara itu mengundang perhatian Intan yang tengah memainkan ponsel. Wanita muda itu menatap ke arah Edric.Keningnya berkerut saat melihat wajah Pelayan dengan stelan jas hitam putih itu terlihat pucat dan berkeringat.Dua Pelayan berjongkok di depan meja dan meletakkan nampan ke atasnya.Mata Intan masih tertuju pada Edric. Pria itu seperti menahan sakit."Anda baik-baik saja?" tanya Intan dengan ramah.Edric hanya menundukkan kepala sambil mengusap keringat.Melihat adiknya kembali gugup, dengan cepat Hendra mendekat dan merangkul pundak pria muda itu."Dia baik-baik saja Non. Dia hanya gugup, karena baru pertama kali masuk ke ruangan ini. Tadi, kami berdua diminta mengantar cemilan khusus untuk Tuan Kecil." Hendra menatap Regan. Ana

  • Ah! Enak Mas Dokter   Rencana Roni

    TING!Notifikasi dari kiriman video Nila masuk ke ponsel Roni. Senyum kecil terlukis di wajahnya.Ia mengedarkan pandangan, memastikan tak ada yang curiga dengan keberadaannya di dekat ruangan khusus Regan.Saat ingin membuka video bugil Nila, ia dikejutkan oleh seorang pria yang berlari menuju toilet.Takut ada yang melihat kegiatan mesum itu, dengan tergesa-gesa ia langsung melangkah cepat ke tempat yang lebih sepi. Suasana Bar pada siang hari memang tidak seramai saat malam. Namun, beberapa tamu berdatangan untuk sekedar menyewa jasa wanita panggilan.Sambil tersenyum mesum, Roni membuka video tersebut dan menontonnya. Dalam video, terlihat jelas Nila sedang membuka pakaian satu per satu di sebuah kamar bernuansa pink-putih.Hatinya bergetar saat melihat pose menantang Nila. Ia mengusap kejantanan yang mulai berdenyut."Cantik ... menggairahkan," desah Reno sambil menelan ludah berkali-kali.

  • Ah! Enak Mas Dokter   2. Video Bu-gil

    Dengan tangan gemetar, Nila membalas pesan dari Pelayan itu.[Tunggu, aku sedang membuat video khusus hanya untuk kamu. Tolong awasi dulu anak itu, dan pastikan kamu bisa membawanya ke luar dari Bar]Pesan dibaca, dan tak lama pesan itu kembali dibalas oleh Pelayan bernama Roni. [Aku tunggu video darimu. Kalau video belum dikirim, aku tidak akan mengirim foto anak itu dan menyelamatkannya. Dan satu hal yang harus kamu ingat, aku tahu mana video asli dan tidak!]Deg! Mata Nila langsung tertuju pada Adrian, yang juga membaca pesan tersebut lewat laptopnya. Adrian membalas tatapan Nila, lalu mengatakan, "Balas saja, iya."Andi melotot, "Kau benar-benar sudah gila! Kau ingin menjadikan Nila sebagai tumbal? Bagaimana mungkin dia mengirim video aslinya ke laki-laki brengsek itu!"Berdiri di sampingnya, Barta langsung menenangkan, "Jangan khawatir Mas, kami semua akan melakukan cara lain. Kami juga tidak akan memint

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status