Share

Wanita culun yang dilukai dunia

Angin kelam yang menghembus di malam yang pekat telah hilang di telan surya, namun peristiwa yang terjadi semalam kan terbawa sampai akhir usia. Dunia kini menghakiminya, seolah-olah Cinta telah melakukan dosa besar. Bukan karena zinah, mabuk, atau sebuah pembunuhan. Hanya karena menendang paras Bintang Alexander Zulkarnsen , si konglomerat tampan dengan sepuluh juta followers. Ada jutaan mata yang siap-siap menerkam nya setiap kali Cinta lewat di lobby kampus.

"Hey cupu, sini lo kalo berani! " Gadis berbadan gempal bak pesumo kontet memaki Cinta di depan lobby kampus. Posturnya bulat dan butek bak ayam Kate keselek bola basket. Dia adalah Kate Anderson, anak jurusan perhotelan yang tergila-gila dengan Bintang. Di matanya, Bintang lebih agung dari Jimin BTS sekalipun. Sudah lima belas menit bibir tebalnya terus saja memaki Cinta. "Harga diri lo tuh, gak lebih mahal dari sepatu Adidas yang gue pake! "

Cinta hanya bisa menunduk. Ingin tertawa tapi takut dosa. Bahkan Mak Erot saja paham bahwasannya sepatu yang dipakai Kate adalah imitasi. Cinta begitu yakin — setelah melihat cetakan sablon nya yang kebalik— Kate membelinya di Shop** dengan biaya gratis ongkir.

"Plak! " Satu tamparan mendarat di pipi kanan Cinta, dan satu tamparan lainnya mendarat di pipi kirinya. Pipinya yang chubby sudah seperti kasur kapuk yang sedang dijemur, bolak-balik Kate menampar nya. Sakitnya tak seberat malu yang ditanggungnya.

"Dasar lo, anak pela—"

Plak! Satu tamparan keras menggampar Kate dengan keras. Dunia begitu gempar karenanya. Tentu saja Cinta yang sadar takkan sanggup melakukannya.  Seorang gadis perkasa melindungi Cinta dari tamparan-tamparan Kate yang menyakitkan. Alexia Zulkarnsen melindunginya bak ajudan pribadinya. "Sekali lagi anda menampar Cinta, ku kubur anda hidup-hidup." Kata-katanya formal sekali seperti sales properti.

"Ampun baginda! " Kate Anderson bersujud di bawah kaki Alexia. Dimatanya yang menuhankan Bintang, Alexia adalah sosok juru selamat yang harus Kate lindungi. Apa yang dicintai oleh Bintang, tak boleh dirusak olehnya.

Mata dunia tertuju ke arah Alexia yang tampil bak pahlawan kala dunia hanya diam melihat. Alexia yang tampil begitu anggun hendak berbincang dengan Cinta yang berdiri di samping. "Cin, aku punya pes—" Cinta menghilang bagai ninja, kala Alexia hendak bertegur dengannya.

****

Di bilik toilet kampus berwarna putih, Cinta nampak begitu hitam. Masa depannya yang cerah, mulai terasa suram, kelam, dan runyam. Selama berjam-jam dia mengurung dirinya bak seekor ayam, menyembunyikan kesedihannya di bilik toilet sendirian. Air mata terus mengalir membasahi pipinya, hanya kesendirian lah yang dapat menghapus kepedihannya. Tangannya menggenggam ponsel pintar miliknya yang lucunya menunjukan video tentang kedunguan nya.

"Bagaimana bisa aku sebodoh ini? " Cinta tak percaya bahwa sosok yang dilihatnya adalah dirinya sendiri. Dari garis keturunannya, tak ada yang menyebutkan bahwa dia titisan dewa mabuk. Sungguh, sosok wanita yang dilihatnya kali ini jauh berkali-kali lebih gila dari gadis gila yang sering mengaduk comberan di samping rumahnya, jam tiga pagi.

Cinta menonton video viral di Lambe Lurah. Sungguh, dirinya benar-benar dinistakan. Bahkan Fir'aun yang mengaku Tuhan pun akan kena mental jika dihujat sejuta netizen Indonesia. Untungnya, Cinta tak punya I*******m dengan foto dirinya. Dia hanya punya akun kucing dengan feeds Instgr*am yang berisi kucing unyu menggemaskan. Lagian, manusia mana yang sanggup menghujat kucing? Seandainya ada, habislah sudah dia dicakar-cakar sejuta hujatan — seperti Cinta sang majikan.

Di bawah kerlip lampu diskotik nampak seorang gadis cantik yang bergerak  begitu liar. Rambutnya tergurai kusut, dan gerakannya zigzag. Ia menendang satu persatu, penjaga nan kekar yang mencoba menghentikannya. Musik remix nan ajo jing seperti melodi suram yang menghantarkan mereka menuju kematian. Cinta bergerak begitu gesit, tangannya tak henti-hentinya menuangkan miras ke bibir mungilnya, dan kakinya terus menghajar mereka yang berani menghentikannya.

"Bintang di langit tiket ngajuralit, aya awewe genit disangka bandit." Cinta meracau tak jelas. Laura mencoba lari kearahnya, wajahnya begitu memelas, dia memohon pada Cinta. "Wahai budak ku hentika—"

Plak. Satu tamparan mendarat di pipinya, ia terhempas ke atas meja yang dipenuhi kacang dan botol beer. Para kaula muda berteriak, "siapa yang buat gadis gila ini mabuk? "Mendengar mereka yang mulai anarki, Kinan dan Utari langsung pergi dari TKP. Meninggalkan Laura yang terkapar dan Cinta yang menyambar-nyambar bak halilintar. Sungguh besar sekali tanggung jawabnya.

Sesosok lelaki perkasa datang ke arah cinta. Sang Bintang datang dengan tenang. " Sadarlah wahai Cinta, ini bukan diri lo!" Tatapannya yang teduh mencoba menenangkan Cinta.  Cinta tersenyum genit, telunjuknya mengisyaratkan Bintang tuk bergerak lebih dekat.

"Ada apa Ci—"

BAK! Dengkul kecilnya menghantam paras Sang Bintang, kilaunya berhamburan buat gadis-gadis histeris. Wajahnya yang tanpa cacat mendadak pucat kala pelipis matanya berubah keunguan seperti janda.

"Ya Tuhan! " Matanya terbelalak, Cinta begitu soak melihat dirinya menendang pujaan hatinya.

Alexandria Zulkarnsen turun dari meja Djnya, di tangannya dia membawa obat bius. Alexia bergerak ke arah Cinta lalu membius nya dengan sebuah tisu yang dibungkam kan ke wajah teler Cinta. Cinta pun terkapar tak sadarkan diri, dan sorak-sorai gembira terdengar begitu dahsyat. Cinta yang teler digotong ke atas mobil Bumble Bee milik Alexia.

Begitulah sepenggal kisah di mana Cinta yang lugu berubah menjadi seorang gadis buas penegak tuak. Hari-harinya sebagai si culun yang anggun dari kelas sastra telah berakhir.

"Ya Allah, bodohnya aku... " Cinta terus menangis, tanpa seorang pun yang menjadi sandarannya. Bundanya yang jadi tempat berkeluh kesah sedang terbaring koma di rumah sakit, ayahnya sudah pasti menamparnya melihat kelakuannya yang sesat. Sebotol anggur bisa begitu menghancurkan imejnya yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun.

"Katanya kuat, udah gede kok nangis... "

Di bilik sebelahnya, Cinta mendengar suara pejantan. Sosok Sang Berandal yang teramat dikenalnya. Cinta langsung keluar dari bilik nya, dan melabrak bilik di sebelahnya . "Kurang ajar kamu ya! Ngapain di toilet cewek?"

Alwinn sedang jongkok di atas sebuah toilet duduk. Tangannya begitu asyik menikmati satu cup eskrim rasa durian. Satu senyuman ia lemparkan pada Cinta yang cemberut. "Ta, kacamata kau gak rusak kan?" Matanya melirik nakal ke plang biru yang melekat di pintu.

Cinta melirik ke arah plang toilet berwarna biru dengan tulisan PRIA terpampang dengan begitu jelas. Hari-harinya yang runyam telah memburamkan matanya yang sudah minus. Dia malu sendiri. Pantas saja toilet yang seharum nafas bidadari, kini tercium bak kerak neraka jahanam. Bau bukan main.

"Ta, sudah kenyang nangisnya?"

"Idih, ngapain aku nangis! " Cinta gengsi mengakuinya, terus saja mencoba menyembunyikan lukanya.  Tetasan yang belum kering di sudut pelipis matanya menjawab sudah duka yang dibendung nya.

"Aku ini sahabatmu,"  ucap Alwinn. "Setelah ibumu, akulah sosok yang paham tentang luka-luka dan hal apa yang kau suka."

Sang Berandal berdiri lalu menghampiri Cinta yang salah tingkah. Jemarinya dengan lembut mengusap Cinta dengan tissue toilet yang baru saja dipakainya. "Jangan pendam air matamu Ta. Bahkan banjir bandang yang besar berawal dari arus kecil yang diabaikan."

"Apaan sih! " Cinta mendorongnya sampai ke belakang. Niat Alwinn yang mau sok romantis gagal total kala Cinta berkata, "jijik tahu tisunya! Mana lengket-lengket lagi!"

"Bekas es krim kok!" Ia tersenyum getir melihat pikiran Cinta yang mulai macam-macam. Dari tatapan matanya, Sang Berandal paham betul bahwa Cinta yang dirundung problema, ia butuh sangat kehangatan. "Sepertinya tak etis jika seorang 'perjaka' berbincang berdua di toilet pria dengan dara sepertimu. Alangkah baiknya kita pindah ke ekosistem yang lebih layak."

Cinta terkekeh mendengarnya. Ia tahu bahwa itu adalah sebuah kode keras untuk ke kantin.

"Ta, aku tahu sekarang kau butuh sebuah kehangatan. " Alwinn merangkul pundak Cinta yang kecil. Dengan ramah ia menawarkan, "Ta, bakso malang yuks? Di kantin."

"Ehm." Cinta berdehem keras. "Haram hukumnya seorang lelaki 'perjaka' memalak gadis dara yang butuh 'kehangatan'." Cinta paham betul kelakuan kawannya yang suka nraktir duluan, lalu kabur duluan kala billnya di tagih. Ia begitu waspada. 

"Tenang saja Ta. Biar hamba yang bayar. " ucapnya dengan penuh keikhlasan.

***

Segelas jus jeruk dingin yang berdiri tegak terasa begitu nikmat kala diteguk. Dahaga yang bersarang di raga, penat yang bersemayam di kerongkongan, lepas kala segarnya perasan jeruk alami masuk ke dalam tubuh Cinta. "Ah, seger banget!"

"Huah, gila pedes banget Ta baksonya, " Sang Berandal takluk dengan bakso Malang yang di pesannya. Kuahnya menendang-nendang lidahnya yang tajam.

"Cuih, baru juga level satu. " Cinta menatap dengan tatapan menyindir.  Bagi Cinta Sang pejuang seblak, pedasnya bakso Malang Buhe tak ada apa-apanya. Dan yang jauh lebih pedas adalah tatapan iri dan dengki gadis-gadis di kantin. Yang membicarakannya diam-diam, menatap penuh intimidasi.

"Eh lihat tuh, lo masuk tipi Ta! " Alwinn menunjuk ke arah tipi yang bersinar terang. Cinta begitu malas menatap layar televisi yang terpampang di dinding kantin. Wajah Bintang yang lebam di expose secara berlebih-lebihan.

"Pemirsa, Bintang Zulkarnsen rugi senilai 5 milyar kala kontraknya dengan perusahaan 'Tolak Kawin' dibatalkan. Asset rupanya yang eksentrik dan bernilai milyaran juta dollar, terluka parah kala dihantam gadis gila di diskotik. " Seorang reporter gosip bicara dengan begitu berlebihan.

Suasana di kantin semakin gerah karenanya.

"Beu edas! Mahal amat 5 milyar, sepatu Adidas KW juga si Cinta mah kagak kebeli! "Alwinn mencoba mencairkan suasana supaya wajah Cinta yang pucat kembali menjadi cerah.

"Ya, seandainya Cinta jadi babu seumur hidup pun dia belum tentu sanggup membayarnya. " Bintang Zulkarnsen mendatangi Cinta dan Alwinn yang sedang sibuk dengan kuah bakso Malang nya. Kata-katanya begitu congkak bagai si kelinci di dongeng kura-kura.

"Selamat pagi umat manusia! " ucapnya dengan angkuh. Kacamata hitamnya menutupi wajahnya yang lebam. Bajunya yang ketat memperlihatkan lekuk tubuhnya yang begitu indah, dan ekspresi nya yang tetap tenang terlihat begitu indah seperti biasanya. Pantas saja dia jadi pusat dunia.

Bintang merampas es jeruk milik Cinta, ia tak bisa mengelak kala sedotan bekas bibirnya diseruput oleh bibir manis Bintang yang cukup tebal dan berpengalaman. Cinta bergumam, "apakah ini sebuah ciuman tidak langsung? Cinta langsung menunduk kala Bintang menatapnya dengan tatapannya yang hangat.

" Lo gak kenapa-napa kan?" Bintang bertanya pada Cinta. Seharusnya dialah yang bicara begitu. Cinta tersenyum palsu padanya.

"Ta, luka di wajah gue akan hilang seminggu dia minggu, tapi luka kecil yang ngegores hati lo belum tentu hilang ditelan waktu." Bintang begitu teduh bicara pada Cinta. Gadis itu terkesima olehnya. Sampai si angkuh akhirnya berkata, "gue males hutang budi sama lo! "

Gadis-gadis di bangku sebelah  menatapcemburu kepada Cinta. 

"Jadi maafin gue ya, Ta? " sahut Bintang. 

Mata Bintang nampak begitu sayu.

"Ada juga aku yang minta maaf, " sahut Cinta dalam batinnya.

Alwinn memandang dua sejoli yang asyik berbincang, tertawa bahagia di atas dunia kala dunia menertawakan mereka. Setelah kedatangan Bintang, kehadirannya di sini seperti angin yang hanya menghempas rambutnya : hadir namun begitu terabaikan. Sang Berandal berdiri dari kursinya lalu berbisik di daun telinga Cinta, " Ta, ingatlah tawaranku. Setiap Sabtu dan Minggu, jam tujuh petang, hanya di Taman Jomblo. " Setelah menepuk bahunya, Alwinn pun pergi meninggalkan  Cinta yang asyik berdua dengan pacar hayalan nya.

Cinta tersenyum kecil, relungnya mulai bertanya-tanya, "haruskah ia mendatanginya sabtu besok?"

Entah lah semuanya nampak semakin runyam kala Sang Bintang menatap Cinta, lalu berkata dengan begitu teduh,  "Ta, besok malam kamu ada acara gak?"

Cinta terdiam.

"Bagus, " kata Bintang. Seolah ia bisa menerawang batinnya. "Besok datanglah ke rumah gue. Ada hal special yang menantikan lo di sana." Ia menyangkal tatapan Cinta yang dalam. "Jangan geer dulu lo. Bukan gue yang nyuruh lo ke sana! "

Cinta tak peduli. Semuanya nampak begitu romantis kala hal dramatis menimpanya. Seorang pramusaji datang dengan tampang datar. Ia bertanya dengan sopan, "maaf teh, ini billnya siapa yang bayar? "

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status