Share

Antara Cinta, Bintang, dan Zulkarnsen Family

Perahu-perahu kertas berenang renang dengan teduh, tak tahu kapan kan bermuara. Terus berputar, berputar, dan berputar di sebuah ember berisi air putih. Cinta tenggelam dalam lamunan memikirkan yang terlalu tangguh untuk nya. Ini semua tentang perasaan yang terlalu lama dipendam sampai akhirnya berkerak.

Nyonya manis berponi kuda sedang duduk di kursinya, Dia sedang menikmati sebatang rokok yang perlahan membunuhnya. Asapnya mengepul dengan begitu pekat, berkerumun di depan wajahnya yang yang sudah lama berkerut. Tante Agartha duduk manis semalaman menunggu Cinta yang tak kunjung pulang. Kini, gadis lancang itu berdiri sempoyongan di depannya.

Cinta masuk ke dalam kandangnya (rumah) tanpa satu kata pun ia curahkan. Agartha kembali menghisap rokoknya, suara tegasnya mulai menyapa, "sudah puas mabuknya semalam? "

"Maaf Tan—"

"Tante? Panggil saya nyonya. Yang terhormat nyonya Agartha. " Kata-katanya penuh penekanan, meremas mental Cinta yang kecil.

"Iya nyonya..." ucap Cinta penuh canda. "Nyonya Agar-agar!"

"Berita kau nendang anak orang sampai ke telinga tetangga loh Ta, " curhat si tante tomboy.  Dia merapikan rambut kuncir kudanya.

Cinta terhenyak sejenak. "Coba Cinta gak dugem ini pasti gak bakalan terjadi!"

"Sudah lah gak usah kau sungkan, dugem itu hal yang lumrah di kota. Justru aneh sekali rasanya kalo kamu tak pernah mabuk seperti petapa atau pun orang suci. " Agartha membela keponakan culun nya tersebut. Dia paham masalah apa yang hinggap di pundaknya.

"Tapi Cinta sudah mengecewakan Mama, Tan."

"Jangan khawatir soal Mama mu, " Agartha memeluk erat Cinta. "Sekarang pikirkan saja dirimu sendiri. Fokus ke hal yang kau suka, yang berlalu biarlah jadi sejarah. Petik pelajaran darinya. " Senyumnya menyentuh hati Cinta yang terluka.

"Ia makasih tan— nyonya."

Kring. Satu panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Seratus kali Cinta merejectnya, seratus satu kali pula nomor misterius menelepon. Cinta begitu enggan menerimanya, terakhir kali dia menerima nomor misterius, dompetnya terkuras deras karena gendam. Tiga ratus ribu buat beli buku Harry Potter, sirna disantap penipu.

"Sini biar tante yang angkat! " Agartha merampas HP milik Cinta.

"Woy, angkat napa! Gue sibuk banget bego! " Terdengar suara di speaker telepon.

"Eh, ngomong tuh yang sopan!" Nada suara tante Agartha dinaikan. Geram dengan tingkah budak jaman sekarang. "Kamu tahu tatakrama gak sih?"

"Bwa hahahhaa. Ta, suara lo kayak nenek-nenek bengek, " balasnya. Dia menyindir, "penuaan dini lho ya? " Haram hukumnya bilang 'gendut' apalagi dengan terang terangan menyindir tua sebelum waktunya. Si Tante semakin geram.

"Bintang? " Cinta merebut hpnya dari tangan tantenya, tante Agar shock bukan main. Cinta mulai sadar bahwa dia adalah Bintang Zulkarnsen, dia tak paham darimana dia dapat nomornya tapi yang jelas hari ini dia terasa bahagia. "Aya naon atuh?"

"Ta, lo harus datang ke rumah gue hari ini juga. Kalo enggak, jangan harap lo bisa hidup tenang! " Ancamannya seperti penjahat-penjahat kelas teri di film Hollywood kasta kedua. Tentu saja Cinta takkan tenang. Wanita dungu mana yang menolak undangan dari Bintang? Jelas bukan Cinta. Keinginan tahuannya bergelora di dalam dada, penasaran seperti apa megahnya rumah artis yang bisa ia lihat lewat YouTube akun-akun gosip.

"Ta, cek rumah lo sekarang. Gue punya surprise buat lo."Bintang mendadak menutup teleponnya. 

Ting ting tong, satu kiriman paket. Di balik jendela Cinta melihat kurir ojol datang kerumahnya. Cinta turun dari tangga lalu membuka pintu rumahnya. Dengan wajah terheran-heran dia bertanya, "ini teh paket buat siap ya Mas? Saya gak pesan paket kok."

" Ini paket dari Tuan Bintang tuk nyonya Cinta,"  jawab sang kurir. Dia memperlihatkan sebuah note bertuliskan: Gue tahu lo miskin jadinya gue beliin lho busana pesta. Ada tulisan kecil yang menjemukan : plis pake dress ini, jangan malu-maluin keluarga gue.

"Makasih banyak Mas, " Cinta tersenyum menawan.

"Dari siapa Cin? " Si Tante kepo. "Anak siapa sih, gak tahu tata krama. Pasti bapaknya orang susah! " Tante Agartha terus menggerutu. Dia yang lebih suka nonton Smackdown, daripada acara gosip tak terlalu kenal dengan Bintang.

*****

Cermin, cermin, cermin katakanlah padaku siapa yang paling cantik? Tentu saja bukan Cinta. Dia memang bukan yang tercantik tapi dialah yang diundang pertama kali ke rumah keluarga Zulkarnsen. Cinta tak punya gaun biru seperti Elsa, sepatu kaca Cinderella, atau pun tangisan berlian seperti Arielle, yang dia miliki hanyalah cinta pada Bintang, dan itu tak cukup untuk Sultan Raja Zulkarnsen, ayahanda Bintang yang terkenal tegas. Karenanya gaun biru langit nan indah dari Bintang, ia pastikan bakalan mempesona keluarga Zulkarnsen. Walau faktanya, ia tak paham caranya berdandan.

*****

Cinta dijemput bak seorang dewi. Kereta kencana — Mercy hitam— sudah menunggunya di depan rumahnya. Kala Cinta masuk ke mobil dengan gaun anggunnya, bisik-bisik tetangga terdengar begitu medu, menebak perkara apa saja yang terjadi antara Cinta dan Bintang.

"Eh, aya naon itu neng Cinta di undang  Bintang?" kata Tetangga Satu.

"Kayaknya sih mau dipidanakan, " kata Tetangga Dua sok tahu. Dengan sewot ia berkata, "yeuh beritanya mani viral. Si Cinta kerasukan di disktokit." Beritanya terdengar semakin ngaco.

Tetangga Tiga menimpal, "iyah. Mana wajahnya ampe lebam lagi di tendang si Cinta! "

"Tapi kalo mau dipidana, kenapa gayanya bak putri Cinderella ya? " Kala itulah tetangga-tetangga gila itu sadar. Bahwasanya Cinta sedang ngedate dengan Bintang, manusia sepuluh juta followers. Cinta tak punya waktu mengurusi mahluk kurang penting seperti mereka.

*****

Malam telah berkunjung, kembali melukis langit dengan gelap. Satu-satunya Bintang yang terlihat terang adalah Bintang Zulkarnsen yang duduk berdua di mobilnya bersama Cinta.Bintang menahan tawa melihat makeup Cinta yang blepotan.

Bintang mengajak Cinta mengarungi istananya. Halamannya  begitu besar seperti taman Bollywood. Kala pagi, pohon-pohon sawit nan tinggi berbaris rapi di pinggirnya melindungi petani-petani jelata yang mengais rejeki, kala malam jangkrik-jangkrik nan merdu berokestra menghibur mereka. Mata Cinta  terbelalak memandang kemegahan yang disuguhkan di depannya. Sebuah rumah mewah dengan nuansa Eropa berdiri kokoh. Pagar rumahnya yang begitu tinggi seperti sosok Bintang yang angkuh. Dan tamannya yang dihiasi aneka bunga surgawi, jauh lebih rapi dari kebon bapak si Cinta yang hanya dihiasi kotoran kucing.

"Ta, biasa aja lihatin rumahnya, " Bintang risih dengan Cinta yang norak. "Kelihatan banget lo miskinnya."

Cinta terdiam. Ingin rasanya menjerit, tapi kegantengannya membuat Cinta memaafkan.

Pintu gerbang terbuka. Mereka masuk ke dalam rumah yang gagangnya saja dari emas. Suara melody biola nan merdu, dan alunan musik Jazz yang indah mengiringi kedatangan Cinta dan Bintang."Lo tahu gak ini musik apa? " Bintang bertanya dengan nada meremehkan. 

Cinta langsung menjawab, "lagunya Michael Bubble kan? "

"Buble ta bukan bubble, lo kira tukang balon!" Bintang menjelaskan.

"Gila, gue kira orang susah kayak lo, tahunya  dangdut koplo doang" Bintang begitu takjub.

Lelaki tua berkumis putih berdiri membelakangi Cinta. Tampilannya begitu stylish  dengan kemeja putih yang selaras dengan celana putihnya. Dasi berwarna merah menambah kesannya yang perkasa. Inilah Raja Zulkarnsen, sosok saudagar tiada tanding yang kekayaannya takkan habis walau seribu tahun. Di sampingnya ada Ratu Saraswati, ibunda Bintang dan Alexia yang berasal dari kasta socialita. Diusianya yang sudah kepala enam, tubuhnya glowing-glowing bagai kunang-kunang, kerutan wajahnya tertutupi oleh perawatan canggih nan mahal. Sekali tatap pun Cinta paham, batik pinky yang membalut tubuhnya bukanlah kain batik murahan.

Bunda Saraswati bertanya, "mau minum apa? The Winston cocktail, Penfolds Ampoule (red wine) atau Mendys Coconut Brandy? "

Ludah Cinta mendadak kering mendengarnya. Coca cola saja dia jarang meminumnya, apalagi ini minuman kaum Elit global. Mendys Coconut Brandy adalah salah satu minuman termahal di dunia yang harganya 14x harga Alphard — 14 milyar. Cinta yang tertarik dengan kelapa langsung bilang, " Men—"

"Mending kasih air putih aja Mah, kalo gak ya jus jeruk saja! " Bintang memotong pembicaraan. Cinta tersenyum kecut, ia mencoba ikhlas minuman 14 milyar memang tak cocok dengan gadis kasta pembantu sepertinya.

Mereka makan bersama di sebuah meja nan mewah. Cinta begitu canggung melihat aneka makanan mewah tersaji di depan kepalanya. Dia makan pelan-pelan takut salah makan.

"Papah, sesuai perintah, kaka sudah membawa Cinta  ke rumah." Bintang membungkuk di depan Sang Sultan, tutur katanya jauh lebih bersahabat dari biasanya.

"Ok Ta, kalo gitu gue pergi dulu. " Bintang mendadak berpamitan, Cinta kebingungan. Ia ditinggalkan bersama ayah dan bundanya. "Jangan-jangan aku sedang dilamar?" pikir Cinta. Kehadirannya disini tak lebih dari sebuah barang yang diantar kurir tampan.  Bintang pergi meninggalkannya.

"Ada perlu apa ya Tuan Sultan memanggil saya?" Cinta gemetaran.

"Jadi kamu anak Pudjiastuti..., " Sang Raja menyebut nama ibunda Cinta yang sedang terbaring koma."Darimana bapak tahu? "

"Huh, " Raja tersenyum tipis.

Bunda  Saraswati menatap dengan penuh cemburu. Dengan keras ia bertutur, "pantas saja walau kau cantik, tapi tak tercium aroma parfum mewah dari tubuhmu. " Bu Saras mengendus-ngendus aroma Cinta. 

"Jauhi Bintang sebelum kau menyesal. Sadarlah gadis jelata sepertimu gak pantas untuknya!" Bunda memotong pembicaraan. Hati Cinta hancur kala mendengarnya. Seumur hidupnya baru kali ini ia merasa teramat begitu kecil. Asanya diremas begitu saja. 

Raja Zulkarnsen malu sendiri mendengar tutur katanya yang kasar. 

"Ya Tuhan, keluarga macam apa ini? " Cinta mengelus-ngelus dadanya. Seandainya dia menerima kontrak Alwinn, dia mungkin bisa tahu cara mengatasi sultan nan kaya. Jujur, sosok Bunda Saraswati ternyata tak seanggun dan magnetik seperti di layar kaca — pencitraannya benar-benar nampol. 

"Haha!" Bunda Saras tertawa keras. Ia merangkul Cinta yang mulai layu, sambil menepuk-nepuk bahunya ia berkata, "Bunda gak peduli Bintang mau berteman dan pacaran ma siapa aja. Hanya satu yang terpenting... "

"Apa itu? "

"Dia harus dapat restu Bunda Saraswati."

Melihat tatapannya yang sinis, rasanya mustahil Cinta bisa mendapatkan restunya dengan mudah. Kini, seperti bait puisi yang dia buat, Bintang terasa semakin sulit digapai. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status