Share

Bab 313: Berdebat

Penulis: Duvessa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-06 00:28:45

Isvara mendongak, tatapannya penuh frustrasi. “Karena aku capek harus selalu nunggu giliran buat ngomong sama suamiku lewat orang lain!”

Suara itu bergetar, tapi jelas. Air mata mengalir ketika Isvara melanjutkan, “Aku capek, Mas! Kamu nggak sadar sebulan terakhir ini kamu jarang ada waktu buat aku dan anak-anak? Oke kalau buat aku nggak ada waktu aku masih bisa tahan, tapi kalau kamu nggak nyempetin buat anak-anak? Itu yang bikin aku marah, Mas.”

Alvano terdiam sepersekian detik, wajahnya sempat berubah kaget oleh letupan itu. Namun segera, tatapannya kembali mengeras. “Aku kerja kayak gini buat kalian, Ra! Buat masa depan kita semua! Kalau aku harus begadang, bolak-balik luar negeri, itu karena aku nggak mau kamu dan anak-anak kekurangan!”

Isvara menggeleng keras, air matanya jatuh satu per satu. “Aku tahu, Mas. Aku tahu semua yang kamu lakukan demi kami. Tapi yang aku butuh itu bukan cuma rumah besar, bukan cuma tabungan, bukan cuma masa depan yang aman. Aku cuma butuh kamu. Suami
Duvessa

Up satu bab lagi yuk?

| 7
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Julaiha Buyong
ya....up segera
goodnovel comment avatar
rana abdi
ayo up lagi thor
goodnovel comment avatar
Memey
Siapsegera up date
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 313: Berdebat

    Isvara mendongak, tatapannya penuh frustrasi. “Karena aku capek harus selalu nunggu giliran buat ngomong sama suamiku lewat orang lain!”Suara itu bergetar, tapi jelas. Air mata mengalir ketika Isvara melanjutkan, “Aku capek, Mas! Kamu nggak sadar sebulan terakhir ini kamu jarang ada waktu buat aku dan anak-anak? Oke kalau buat aku nggak ada waktu aku masih bisa tahan, tapi kalau kamu nggak nyempetin buat anak-anak? Itu yang bikin aku marah, Mas.”Alvano terdiam sepersekian detik, wajahnya sempat berubah kaget oleh letupan itu. Namun segera, tatapannya kembali mengeras. “Aku kerja kayak gini buat kalian, Ra! Buat masa depan kita semua! Kalau aku harus begadang, bolak-balik luar negeri, itu karena aku nggak mau kamu dan anak-anak kekurangan!”Isvara menggeleng keras, air matanya jatuh satu per satu. “Aku tahu, Mas. Aku tahu semua yang kamu lakukan demi kami. Tapi yang aku butuh itu bukan cuma rumah besar, bukan cuma tabungan, bukan cuma masa depan yang aman. Aku cuma butuh kamu. Suami

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 312: Serba Salah

    Isvara tertegun. Hatinya berdegup cemas sekaligus kesal. “Tapi anak-anak lagi tidur, Mas. Tunggu sebentar lagi ya? Kasihan mereka kalau harus dibangunin sekarang,” ujarnya lembut, berusaha menenangkan situasi.Tanpa menunggu jawaban, Isvara melangkah masuk ke dalam rumah. Alvano ikut masuk, langkahnya tenang namun tegas. Adisti yang sedang duduk di sofa langsung menoleh bergantian antara adik dan adik iparnya itu.“Iya, Van. Kasihan anak-anak, mereka baru aja tidur barusan. Seharian main di mall pasti capek banget,” tambah Adisti hati-hati.Alvano berhenti di tengah ruang tamu, menghela napas panjang. Rahangnya mengeras, dan kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Dia tampak lelah, bukan hanya fisik, tapi juga mental. Jasnya sedikit kusut, dasi yang tadi terikat rapi kini longgar, dan mata itu … mata yang biasanya tajam dan penuh keyakinan, malam ini tampak lebih gelap.Isvara yang melihat itu merasa hatinya mencelos. Ada rindu yang mendesak, tapi juga amarah yang tertahan. Dia merind

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 311: Ayo Pulang!

    “Nil, jangan dorong Lingga begitu!” Teriakan Avanira menginterupsi pikiran Isvara.Kedua wanita di kafe itu langsung menoleh bersamaan. Melalui kaca besar, mereka melihat Lingga yang baru saja belajar berlari kini terduduk di atas pasir warna-warni, bibirnya mengerucut siap menangis. Sementara di depannya, Avanil berdiri dengan tangan disilangkan di dada dan wajah tanpa rasa bersalah sama sekali.Adisti sontak berdiri. “Ya ampun! Lingga!” serunya sambil bergegas ke arah pintu.Isvara spontan ikut bangkit, jantungnya berdegup kencang. “Astaga, bocah ini lagi-lagi bikin masalah.”Begitu mereka tiba di area bermain, tangisan Lingga langsung pecah. Bocah dua tahun itu meraih tangan ibunya dengan sedu sedan, sementara Avanira ikut menangis karena merasa marah sekaligus kasihan pada sepupunya itu.“Nil jahat! Nil dorong Lingga!” Avanira memukul bahu kembarannya dengan tangan mungil, tapi Avanil malah memandangnya santai.“Aku nggak dorong dia, Mommy.” Avanil berkata datar, nada suaranya ser

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 310: Playground

    “Mom, Daddy mana? Kenapa masih belum pulang? Kita, ‘kan, mau ke playground hari ini.” Avanira memprotes sambil duduk di sofa ruang keluarga. Gadis kecil itu sudah siap dengan kaus bergambar kelinci dan celana pendek warna pastel, sementara rambut panjangnya diikat dua.Benar-benar tampak menggemaskan, meski wajahnya kini sedang cemberut.Isvara yang baru keluar dari dapur membawa dua gelas susu hanya bisa tersenyum miris. “Sayang, Daddy masih ada pekerjaan. Sepertinya, belum bisa pulang pagi ini.”“Kita memang nggak jadi main ke playground hari ini, Mom?” Kali ini Avanil yang bertanya. Nada suaranya lebih tenang dari adiknya, tapi sorot matanya jelas kecewa.Anak lelaki itu duduk bersedekap di sofa, kaus biru lautnya sudah rapi, sepatu sneakers mungil terpasang di kakinya. Dia memang jarang menangis seperti Avanira, tapi itu tidak berarti dia tidak kecewa.“Maaf, Sayang.” Isvara menunduk, hatinya ikut terasa berat melihat wajah mereka. “Gimana kalau kita tetap pergi, tapi ajak Lingga

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 309: Rindu Daddy

    Hari-hari terasa bergulir begitu cepat. Satu bulan telah berlalu sejak kepergian Giri.Mereka perlahan mulai belajar merelakan, mencoba kembali berdiri dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Atma yang awalnya masih terpukul, kini mulai memimpin Narendra Group, memikul beban tanggung jawab yang sebelumnya berada di tangan sang ayah.Sementara Alvano, selain tetap memimpin Valora, juga mulai masuk aktif ke Narendra Holdings. Beban itu bukan hanya berat, tapi juga memakan waktu.Alvano jarang pulang tepat waktu. Tubuhnya hampir tak pernah benar-benar beristirahat, pikirannya penuh dengan angka, rapat, dan strategi bisnis yang berjalan bersamaan di dua perusahaan raksasa.Pagi itu, matahari mulai menembus tirai ruang makan rumah keluarga kecil mereka. Aroma roti panggang, susu hangat memenuhi udara, bercampur dengan suara sendok yang beradu pelan di atas piring.“Mom, Daddy ke mana? Kok Nira nggak lihat Daddy dari kemarin?” tanya Avanira dengan wajah mungilnya yang cemberut. Gadis kec

  • Akad Dadakan: Suami Penggantiku Ternyata Sultan   Bab 308: Pesan Opa

    “Mas, sini tiduran di kasur,” ajak Isvara kepada sang suami yang sedari tadi hanya duduk di sofa kamar tamu. Mereka masih di kediaman Giri dan berencana untuk pulang esok hari. Giri baru dikebumikan petang tadi, dan rumah itu masih menyimpan aroma bunga tabur bercampur dupa, seolah kesedihan ikut melekat di dindingnya.Anak-anak sudah tertidur pulas di ranjang, tubuh kecil mereka meringkuk di bawah selimut tebal.Karena Alvano tak juga beranjak, Isvara menghampirinya lalu duduk di sebelahnya. Dia meraih tangan suaminya yang terasa dingin, lalu menggenggamnya erat.“Mas, nggak usah pura-pura kuat sekarang. Kalau Mas mau nangis, nangis aja. Nggak ada yang lihat kecuali aku,” ucap Isvara lembut, matanya memandang suaminya dengan penuh rasa sayang.Alvano mengangkat wajahnya pelan. Mata yang biasanya tajam itu kini tampak lelah dan basah. Rahangnya mengeras, tapi tangannya menggenggam balik tangan Isvara, seakan berpegangan pada satu-satunya jangkar yang tersisa.Sejenak mereka hanya diam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status