Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.
Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit.
"Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra.
"Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya.
"Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?"
"Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur."
"Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar."
"Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."
Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann
Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih
Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti
Setahun yang lalu. Ada sebuah geng motor yang selalu menguasai jalanan. Geng motor tersebut bernama Heaven. Dipimpin oleh seorang laki-laki bernama Evan Leon. Tidak ada kelompok lain yang berani berhadapan dengan Heaven, dengan begitu geng tersebut menjadi raja jalanan. Semakin lama Heaven memiliki banyak personil, membuat Evan kewalahan mengurus kelompok tersebut. Akhirnya Heaven pun dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, Laskar. Kelompok ini dipimpin oleh Elvano Fachrazi. Kebanyakan dari mereka adalah orang yang ahli dalam bidang parkour. Jumlah mereka 10 orang. Walau jumlah mereka tidak banyak, kelompok ini selalu bisa menang melawan kelompok lain yang jumlahnya dua kali lipat dari mereka.Kelompok kedua, Salamander. Kelompok ini dipimpin oleh Cakra Ardiansyah. Sebuah kelompok yang mempunyai anggota yang selalu semangat kalau ada kegiat
Saat di perjalanan pulang Aksa dari rumah temannya. Ia melihat ada seorang perempuan yang sedang berhenti di pinggir jalan sambil melihat ke kanan dan ke kiri, seperti orang sedang menunggu ojek. Perempuan yang sangat berpenampilan rapi seperti orang yang akan menghadiri sebuah pesta, padahal jam masih menunjukkan pukul 05.00 dan ini hari Minggu. Karena Aksa merasa kasian dengan gadis itu, ia pun memberhentikan motornya tepat di depan gadis itu."Lo ojek?" tanya Pitaloka. Dengan penampilan Aksa yang sangat sederhana dan menggunakan motor matic tidak menutup kemungkinan ada orang yang akan mengira kalau dirinya adalah tukang ojek."Iya, butuh tumpangan?" Aksa bertingkah seperti tukang ojek. Ia ingin membantu gadis ini, tetapi ia juga tidak ingin berurusan dengan gadis yang ada di hadapannya ini."Anterin gua ke Gereja yang ada di depan komplek.""Oke."
Sekarang Pitaloka ada di depan toko roti Mahendra bersama dengan kedua sahabatnya, yaitu Azkia Salsabila dan Fanny Aprillia. Seperti yang ia rencanakan sebelumnya, ia ke sini untuk menemui laki-laki yang tadi menolongnya."Lo yakin mau beli kue di sini?" tanya Azkia. Ia tidak yakin kalau di dalam toko kue ini ada sebuah kue yang bisa menarik perhatian seorang Pitaloka."Gua di sini cuma mau cari informasi tentang laki-laki yang tadi nganterin gua, nggak ada sedikit pun niat buat beli roti di sini." Pitaloka sama sekali tidak tertarik dengan rasa roti di toko ini, alasan ia ada di sini hanya karena laki-laki itu."Seorang Pitaloka repot-repot datang ke sebuah toko roti kecil, hanya karena seorang laki-laki, ada yang salah dengan otak lo?" Fanny sangat tidak tau apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Pitaloka. Ia sangat penasaran dengan laki-laki yang bisa membuat Pital
Hari pertama masuk sekolah. Sudah banyak siswa-siswi baru SMA Nusa Bangsa yang sudah berbaris di tengah lapangan. Masa MOS adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para senior, dengan adanya masa MOS mereka bisa melakukan kemauan mereka terhadap murid-murid baru.Para murid baru mengira kalau MOS kali akan mudah, tapi ternyata tidak. Banyak hal yang tidak masuk akal yang harus mereka lakukan, banyak permintaan yang harus mereka turuti."Maaf, pasti MOS kali ini berat, karena ada gua," ucap Raka. Ia tau kalau ini bukan lah MOS, tapi adalah sebuah balas dendam."WOI, CAKRA! KALAU LO DENDAM JANGAN KAYAK GINI CARANYA!" Raka sudah muak dengan perlakuan semena-mena Cakra. Hanya karena dirinya para murid lainnya juga karena imbasnya."Akhirnya lo sadar." Cakra menatap Raka dengan tatapan sinis. Terpancar aura kebencian dari mereka berdua.Ra
Mata Aksa perlahan memulai terbuka. Suara-suara sorakan mulai terdengar jelas. Sedikit demi sedikit ia mulai berdiri. Ia melihat kalau Raka sedang melawan dua orang. Senyuman terukir jelas di wajahnya."Geng Salamander, waktunya gua balas dendam," ucap Aksa. Memang benar kalau itu adalah raga Aksa, tetapi jiwa yang terdapat di dalam raga itu bukan lah jiwa Aksa.Aksa mulai berlari dengan cepat. Ia langsung menendang tubuh Tio dengan keras, membuat lawannya itu terhempas ke belakang dengan cepat. Ia tersenyum saat melihat Tio merintih kesakitan.Aksa mulai menghadap ke arah Raka. Ia tersenyum sinis melihat laki-laki itu sudah tidak bisa mengontrol nafas. Aksa lalu mendorong Raka sampai keluar dari area pertarungan."Raka, di-diskualifikasi," ucap Gani selaku wasit di pertandingan ini."WOI GOBLOK, KOK LO MALAH NGELUARIN GUA DARI ARENA!" b
Pitaloka sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia terlihat begitu cantik dan anggun menggunakan seragam itu. Tetapi, hanya ada satu yang kurang, yaitu mukanya. Mukanya terlihat seperti orang yang sedang kecewa."Kenapa muka kamu kayak gitu?" tanya Gino. Ia adalah ayah Pitaloka, sekaligus pimpinan sebuah mafia terbesar yang ada di kota ini. Nama kelompok mafia itu adalah Dragon."Kemarin pas Pitaloka nggak masuk, ternyata ada anak baru yang nantang butterfly, dan katanya anak baru itu menang." Pitaloka menyesal karena memilih membolos kemarin. Ia menyesal karena tidak melihat siapakah sosok anak baru itu."Cuman itu? Kan di kamar ayah ada rekaman CCTV-nya lihat sana gih.""Oh, iya. Pitaloka lihat dulu."Pitaloka langsung berlari ke kamar ayahnya. Ia menyalakan laptop ayahnya, ia mencari sebuah rekaman CCTV. Ayahn