Part 3
Pagi ini, mas Fandi sudah bersiap siap berangkat kerja.
"Dek.. Baik baik dirumah ya, jangan kerja yang berat berat dulu, itu baju udah mas cucikan. Tinggal adek jemur saja ya"
"Iya mas, hati hati dinjalan" Ucapku sambil mencium punggung tangan mas Fandi.
"Mas pulang sore, kalau adek mau sarapan itu udah mas goreng telur ya. Nanti siang kalau sempat mas pulang bawa makanan buat adek ya"
"Gak usah mas, nanti ganggu mas kerja"
"Kan siang kami istirahat makan dan sholat, jam setengah dua masuk lagi. Gak apa apa, kan dekat. Nanti mas minta izin pulang sebentar, ya. Pokoknya adek jangan sedih sedih lagi ya"
Mas Fandi pun berangkat kerja, aku melanjutkan menjemur pakaian yang sudah di cuci mas Fandi.
Belum selesai menjemur pakaian, Azka kecilku sudah menangis.
"Huaa... Hua.... Hua... " Semakin lama tangisannya semakin kencang.
Aku berlari dari depan rumah, buru buru menemui bayi kecil ku.
Aku tanpa sadar telah berlari, seharusnya itu tak boleh dilakukan. Apalagi bekas cesar belum sembuh.
"Cup.. Cup.. Cup.. Ini mama sayang.. " Ucapku sambil menggendong buah hatiku.
Tangisan Azka belum juga berhenti meskipun sudah ku gendong. Mungkin anakku kehausan, aku mencoba memberikan ASI pada Azka, dia menolak. Wajar, karena ASI ku tak mau keluar.
Ku coba membuat susu formula, ku letakkan Azka ditempat tidur, namun tangisan Azka semakin kencang. Dia tak mau ditaruh dikasur, mau nya digendong.
Bagaimana aku bisa membuat susu sedangkan Azka menangis, kalau ku gendong Azka, aku tak bisa membuat susu. Kalau membuat susu tangisan Azka semakin kencang.
Akhirnya aku membuat susu sambil menggendong Azka, meski kesusahan harus aku lakukan.
Pada saat menuang Air panas dari termos ke botol susu, Azka melawan, dia tidak nyaman. Akhirnya air panas kena tanganku.
"Aduh.. " Pekikku menahan panasnya air yang jatuh ke tanganku.
"Sayang, jangan rewel ya. Mama lagi buat susu buat Azka. " Ucapku sambil meletakkan Azka di kasur.
Meski Azka menangis cepat cepat aku membuat susu, aku membuat susu secepat mungkin. Dan akhirnya selesai juga.
Aku menggendong Azka ke pelukanku lalu memeberikan susu.
Baru lah tangisan Azka berhenti setelah minum susu.
Syukurlah akhirnya anakku bisa tenang, Azka meminum susu dengan lahapnya. Setelah susu habis, Azka akhirnya tertidur lagi.
Setelah Azka kembali tidur, aku berencana melanjutkan menjemur pakaian yang belum selesai. Namun, pada saat aku bangkit dari tempat tidur.
"Aduh.. " Aku merasakan sakit di bekas luka cesarku.
"Perih sekali ya Allah.. " Aku memegang perut sambil bungkuk.
Ku s***k daster yang menutupi perut, lalu ku lihat bekas cesar. Ya Ampun, betaga kagetnya luka cesarku mengeluarkan darah dan ada yang terbuka.
Aku baru sadar, tadi aku berlari kencang saat azka menangis, aku tak ingat kalau aku punya luka berat yang belum boleh berlari.
Aku terduduk di sudut ranjang. Menyesal apa yang telah ku lakukan tadi.
Seharusnya tadi aku tak usah berlari, jadi luka cesarku tak mengeluarkan darah dan perih begini.
Aku merebahkan tubuh disamping anakku yang sedang terlelap, air mata ku menetes.
Kesedihan menyelimuti hatiku.Tiba tiba aku kembali merasakan kesedihan yang teramat, " Kenapa lama sekali sembuhnya luka cesar ini, aku menyesal kenapa harus operasi, coba saja kalau aku lahiran normal, pasti aku tak akan sesakit dan semerana ini."
Disaat saat seperti ini, aku merasa seperti orang yang tak berguna. Aku merasa menjadi orang yang tidak punya siapa siapa, aku punya keluarga, tapi disaat sakit begini tidak ada yang menolong.
Kesedihan dihatiku semakin lama semakin berat, pikiranku bercabang kemana mana. Aku juga teringat kembali bullyan kakakku yang menyalahkan aku karena melahirkan operasi.
Kembali air mata mengalir begitu deras, aku merasa terpuruk, aku merasa down, aku merasa tak berguna, ingin rasanya aku berteriak sekencang kencangnya agar keluar semua beban di hatiku.
Entah berapa lama aku menangis, hingga tanpa sadar aku terlelap disamping Azka.
Hingga tiba tiba, "sari... Dek... Kamu tidur? "
Tepukam lembut mas Fandi dipipi menyadarkanku.
"Eh.. Mas, kapan mas pulang? "
"Barusan, mas panggil panggil kamu gak jawab, mas masuk saja terus ke kamar. Mas lihat kamu masih tidur"
"Bukan masih tidur mas, tadi sari udah jemur pakaian tiba tiba Azka nangis, sari lari kedalam nengok Azka, sari kasih susu Azka sampai Azka tidur, saat sari mau lanjutin jemur pakaian perut di bekas cesar sari sakit mas, pas sari lihat udah berdarah lagi, mau lanjut jemur pakaian gak sanggup yaudah sari tidur"
"Kan mas udah bilang, adek jaga itu luka nya jangan kerja berat berat, mana boleh lari lari kan belum sembuh luka cesar nya? "
"Iya mas, sari takut Azka menangis takut dia kenapa kenapa sari panik, makanya sari lari. Sari gak ingat luka cesar sari"
"Yaudah biar mas yang lanjutin jemur pakaian ya, adek makan dulu udah siang nih mas bawa pulang makanan tuh di atas meja mas taruh"
"Iya mas... "
Aku senang akhirnya suamiku pulang, tak tahu bagaimana jadinya kalau aku sendiri dirumah dengan perut masih berdarah. Bisa bisa aku menanhis seharian.
"Dek... Ada kawan mas yang bilang, kalau makan ikan gabus bisa mempercepat kesembuhan luka, apalagi luka pasca operasi"
"Yang benar mas? "
"Iya, kawan mas bang warman namanya, istrinya juga operasi waktu melahirkan anak ketiga, katanya dia kasih makan ikan gabus istrinya makanya istrinya cepat sembuh"
"Boleh mas, beli lah ikan gabus"
"Emang adek mau ikan gabus? "
"Sebenarnya sari gak pernah makan ikan gabus sih mas, tapi demi sembuh akan sari makan"
"Ya sudah nanti mas pesan ikan gabus sama kawan mas ya, pulang kerja mas nanti mas bawa pulang"
"Iya mas, tapi mas bisa kan nyiangin ikan gabus? "
"Pasti bisa kok, adek jangan khawatir ya nanti mas masak apa ikan nya? "
"Di panggang aja mas"
"Yaudah nanti tunggu mas pulang kerja ya"
Setelah makan siang dan sholat zuhur, mas Fandi kembali ke pabrik untuk bekerja.
Sore harinya mas Fandi sudah pulang dengan membawa se plastik ikan gabus.
"Dek.. Sari, ini mas bawa pulang ikan gabus nya"
"Coba sari lihat mas" Aku sedikit kaget melihat penampakan ikan gabus "besar besar ya mas? Itu kepalanya mirip... "
Aku tak jadi melanjutkan kata kataku takut mas Fandi jadi tersinggung.
"Iya mas tahu, mirip kepala ular, tapi adek jangan mikir kesitu, nanti kepalanya kita buang, adek makan dagingnya saja. Adek mau cepat sembuh kan? "
"Iya mas... "
Dengan sigap mas Fandi segera menyiang ikan gabus, aku hanya memperhatikan apa yang mas Fandi lakukan,aku tak di ijinkan membantu.
"Adek jagain Azka saja ya, biar mas yang beresin ikan nya"
"Iya mas. "
Mas Fandi agak kesusahan, maklum saja ikan itu licin sekali, banyak lendir di tubuhnya. Pada saat disiangi masih hidup pula, aku bergidik ngeri melihatnya.
Setengah jam kemudian, ikan gabus sudah selesai disiangi, lalu mas Fandi lenjut membakarnya.
"Dek.. Apa kita pakai bumbu atau gimana? "
"Gak usah mas, kan untuk obat, jadi jangan pakai bumbu, bakar gitu aja pakai garam sedikit."
Mas Fandi langsung membakar ikan gabus yang besar besar itu. Setelah selesai shalat magrib, akhir nya ikan itu matang juga.
"Ini dek udah matang ikan gabus nya, makan lah"
Aku mencium aroma ikan gabus yang sudah di bakar, beda sekali aroma ikan ini seperti ada aroma amis bercampur sama bau lumpur.
"Udah jangan di cium baunya, yang penting kasiat nya"
"Iya mas"
Aku lalu mengambil nasi lalu mengambil sedikit ikan gabus dan memakannya. Rasanya aneh, amis, dan banyak tulang nya, aku merasa mual saat suapan pertama.
"Gak apa apa dek, kalau gak suka jangan di kunyah, ditelan saja sedikit sedikit pakai air putih"
Aku mengikuti saran mas Fandi, ku ambil secuil daging ikan gabus lalu ku telan pakai air putih. Berulang ulang kulakukan sampai habis satu ekor ikan gabus.
"Nah begitu kan gampang... " Ucap mas Fandi sambil tertawa.
Ajaib, keesokan harinya aku melihat luka yang kemarin bernanah sekarang sudah kering dan luka yang terbuka jadi tertutup.
"Alhamdulillah mas, luka bekas cesarku sudah kering dan tertutup. "
"Alhamdulillah... Ternyata mujarab juga bukan gabus ya dek"
"Iya mas, coba dari awal adek makan ikan ini, pasti sudah cepat sembuh"
"Gak apa apa dek, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali"
Aku senang sekali akhirnya luka ku sudah kering dan tidak berdarah lagi.
Aku begitu senang, luka bekas cesar ku akhrinya sembuh juga.Namun, tidak dengan luka di hatiku.Aku masih terngiang-ngiang cemooh dari kakakku sendiri, kalau saja suatu saat nanti dia merasakan seperti yang aku rasakan, mungkinkah dia akan sadar dengan kesalahannya? Entahlah.Sekarang aku harus memfokuskan tenaga dan fikiran untuk si kecil. Aku tak ingin anakku kekurangan kasih sayang ibunya.Aku menjalani hari hari di rumah kontrakan kecil bertiga dengan suami dan anakku, meskipun aku capek dan kualahan, namun hatiku dan pikiranku tidak lagi terganggu dengan komentar toxic dari orang lain.Sekarang aku sudah biasa menjalankan hari hari sibuk sebagai ibu rumah tangga. Bangun pagi sampai ketemu pagi seolah 24 jam pekerjaan sebagian ibu rumah tangga tak ada habisnya, tapi kunikmati masa masa ini, ku niatkan dalam hati apa yang kulakukan untuk keluargaku adalah ibadah.Lima bulan kemudian, tiba t
Hari lamaran kakakku akhirnya tiba, rumahku sudah ramai didatangi sanak saudara dan para tetangga.Aku datang lebih awal, ingin bantu bantu masak di dapur. Aku menuju ke dapur, Ada azka dalam gendonganku."Sari...kamu jangan di dapur, temenin azka saja, Nanti dia nangis gimana" Ucap ayahku saat melihatku sedang berada di dapur."Enggak apa apa pak, cuma kupas kentang aja kok, azka juga anteng gak rewel""Nanti kalau azka ngantuk, kamu bawa ke kamar depan aruh di ayunan ya"Ayahku sangat perhatian pada anakku. Mungkin karena dia cucu pertama.Saat asik mengupas kentang, azka mulai menguap tanda ia mengantuk. Aku segera membawanya ke kamar, lalu menidurkan nya di ayun.Kamar depan bersebelahan dengan kamar kakakku, kebetulan dia sedang di rias oleh perias.Setelah azka tertidur, aku hendak keluar kamar. Lalu, tanpa sengaja aku mendengar obrolan Fika dengan periasnya.
Part 6Akhirnya kakakku menikahDelapan bulan berlalu, akhirnya Vika, kakakku menikah juga. Ibu ku tampak bahagia sekali.Pernikahan Vika digelar dengan pesta yang sangat meriah, bahkan tamu undangan nya mencapai ribuan.Begitu juga dengan dekorasi dan pelaminan, semua serba mewah.Aku bertugas di tempat kado dan souvenir, anakku kututipkan pada saudara, tugasku sekarang mencatat setiap kado yang datang dan memberikan souvenir kepada mereka yang membawa kado.Ketika aku sedang asik menyusun kado, tiba tiba datang dua sepupu ku dari pihak ibu, mira dan wirna."Wah meriah banget ya pesta hajatan si Vika, gak ada apa apa dari hajatan kamu sari" Celetuk mira tanpa memikirkan perasaanku."Husssh...jangan bilang sama dia dong" Sahut wirna menyenggol lengan mira."Maksud kamu apa bilang begitu? " Tanyaku pada mira yang suka nyinyir itu."Meskipun aku gak b
Acara hajatan kakaku akhirnya usai, semua tamu dan saudara sudah pulang. Tinggal aku dan suami dirumah ibu yang hendak pulang ke rumah kontrakan ku. "Buk... Sari ijin mau pulang ya" "Tunggu dulu sari, ini bawa pulang lauk untuk kamu sama suamimu makan dirumah ya"Ucap ibuku sambil menyerahkan rantang padaku. "Iya buk, makasih" Aku pun pulang kerumah kontrakan bersama suami dan anakku. *** Dua bulan bulan kemudian, aku mendengar kabar bahwa kakaku sudah hamil. "Yang benar bu? Sudah berapa bulan? "Tanyaku pada ibu melalui telephon. "Katanya sih dua bulan" "Syukurlah kakak sudah hamil, semoga kandungannya sehat ya bu" "Amin... Ya sudah ibuk mau masak dulu ya sari. " "Iya bu, sari juga belum masak ni" Cepat juga hamilnya kakakku, tidak seperti ku yang harus menunggu selama dua tahun baru bisa hamil. Aku turu
Part 8Aku sampai dirumah kontrakan, di tidurkan azka dalam ayunan. Lalu aku mengambil sayur untuk ku masak.Saat sedang memasak, pikiranku masih terngiang ngiang pada ibu dan Vika.Aku merasa sedikit lega, sudah ku keluarkan uneg uneg yang selama ini menyesakkan hatiku. Meskipun ada sedikit sedih karena membuat ibu merasa bersalah.Aku hanya ingin ibu tahu, bahwa ada seorang anak yang hatinya terluka karena sifat ibu yang pilih kasih.Aku hanya ingin ibu mengerti, bahwa aku cemburu dengan kasih sayang ibu kepada Vika yang melebihi kepadaku. Seharusnya akulah yang paling disayang, karena aku anak bungsunya. Tapi, malah anak sulungnya yang lebih ia sayangi.Dan juga Vika, karena ibu lebih menyayanginya, sifat nya semakin semena mena padaku. Ia suka menghina, merendagkan bahkan sombong.Ibu terlalu memanjakan Vika, makanya sifat Vika seperti itu.Karena terlalu asik dengan pikiranku, sayu
Part 9Ke rumah sakit menjenguk VikaPukul 19.15 aku sudah bersiap siap untuk menjenguk Vika ke rumah sakit, ku titipkan azka pada Mas Fandi."Mas... Jagain azka ya, kalau dia bangun jangan lupa kasih susu, terus popok nya juga di ganti. Biasanya kalau bangun azka popok nya udah basah""Iya sayang, adek tenang saja, serahkan saja sama mas. Adek kerumah sakit terus jangan larut ya pulang nya? ""Iya mas, sari berangkat ya." Ucapmu sambil mencium punggung tangan suamiku."Hati hati di jalan""Iya mas"Aku berangkat mengendarai motor matic milikku, niat hati ingin membeli buah tangan untuk Vika. Namun, lagi lagi aku teringat kejadian dua bulan lalu. Dia menolak mentah mentah buah yang ku bawa untuk nya.Maka dari itu, aku tak mau membawa nya buah lagi. Aku ingin membelikan Roti bakar saja, biar bisa dimakan ibu nanti.Setelah membeli roti bakar, aku langsung menuju rumah sakit tempat Vika bera
Part 10Tak terasa sudah setahun umur azka, anakku. Dia tumbuh begitu cepat hingga aku tak menyadari jika beberapa hari lagi hari ulang tahun pertama nya."Mas.. Gak lama lagi azka udah setahun" Ucapku pada mas Fandi saat kami sedang menonton TV."Iya dek, gak terasa ya azka udah setahun aja cepat sekali waktu berlalu""Rasa rasanya seperti baru bulan kemarin adek melahirkan, lah udah setahun aja. Anak kita cepat sekali besarnya ya mas? ""Iya dek, kita juga harus rajin menabung, gak terasa nanti azka akan masuk PAUD, lalu masuk TK, terus masuk SD"Aku begitu bahagia melihat anakku yang sedang terlelap, tak terasa banyak hari hari sulit yang telah kami lewati."Terima kasih ya nak, kamu sudah membuat hari hari mamah begitu berwarna. Jadilah anak yang baik, shaleh, dan berbakti kepada orang tua" Bisikku pada azka ku yang sedang terlelap.Meski terkadang akun merasa lelah dan letih, namun aku selalu bahagi
Part 11Pagi ini, aku tercengang membaca sebuah status whatsapp dari saudari kandungku.- Alhamdulillah telah lahir putri pertama dari pasangan Vika ariani dan Rudi sutadi yang kami beri nama Keisha Aprilia -Begitulah bunyi satu-satunya whatsapp dari kakakku, disertai dengan sebuah foto bayi mungil nanti imut."Selamat ya atas kelahiran putri pertamanya dengan proses CESAR"Balas ku pada status whatsapp Vika.Sengaja aku perjelas kalimat cesar, agar dia ingat ketika itu saat aku habis melahirkan, dia membully ku habis habisan.Aku ingin tahu bagaimana reaksinya.[Apa maksud kamu sari? ]Tak menunggu waktu lama, Vika langsung merespon balasan.Kukira dia tak punya waktu bermain sosial media, apalagi baru semalam dia melahirkan, secara operasi pula.[ aku ngucapin selamat] balasku.[ trus kata kata kamu tulis kalimat CESAR itu buat apa? ]