Share

Belajar Mandiri

Part 2

 Belajar mandiri

Aku pulang kerumah kontrakan dijemput mas Fandi, suamiku. 

"Dek.. Kenapa cepat sekali adek pulang? Emangnya adek udah beneran sembuh bekas cesar nya? Apa adek udah sanggup kerjain kerjaan rumah sendiri? "

Tanya mas Fandi ketika kami sampai dirumah. 

Aku tak sanggup lagi membendung air mata yang sudah membuncah, tiba tiba aku menangis di depan mas Fandi. Ia kaget dan terkejut, kenapa tiba tiba aku menangis. 

"Loh dek, kamu kenapa nangis? Ada apa? "

Tanya mas Fandi sambil merangkul tubuhku kepelukan nya. 

Aku memeluk suamiku sangat erat, aku menangis sejadi jadinya. Aku merasakan ketenangan ketika menangis di pelukan nya. Ada kehangatan yang mengalir kedalam relung hatiku. 

"Dek.. Apa ada masalah dirumah ibu? Coba cerita sama mas" 

Mas Fandi mulai curiga mengapa aku tiba tiba menangis tanpa sebab. 

"Mas... " Ucapku pelan sambil terisak, aku ingin cerita padanya, tapi aku tak takut dia akan marah. 

"Kenapa dek, bilang sama mas" Desaknua ingin tahu. 

"Mas... Adek sedih.. Huhuhu... " Air mataku kembali mengalir begitu saja. 

"Iya sedih kenapa sih? Bilang sama mas? "

Sambil menangis aku menceritakan apa yang aku alami dirumah ibu. Aku harus mencurahkan beban di hatiku, kalau tidak lama lama aku bisa gila jika aku pendam sendiri. 

Lama, mas Fandi mendengar keluh kesahku. Ada raut sedih di wajahnya. 

"Astagfirullah kenapa dia setega itu sama adeknya sendiri? Kamu itu baru saja melahirkan, operasi pula. Kok bisa dia menyakiti adiknya dengan kata katanya yang begitu kejam? " Ucap mas Fandi setelah mendengar keluh kesahku. 

"Aku gak tahu mas, setelah aku menikah dia jadi seperti itu. Selalu saja dia mencari kesalahanku, dia juga menjelekkan aku sama ibu, ibu dilarang menggendong bayi kita yang sedang nangis. Ibu dilarang bantu aku mencuci padahal luka cesar ku belum sembuh. Kalau aku banyak uang tak mungkin aku pulang kerumah ibu, pasti aku akan menyuruh orang lain untuk mencuci baju bayiku."

"Yang sabar dek, sekarang adek kan sudah pulang kesini, biar mas yang cuci, maafkan mas kemarin kemarin tidak bisa mencuci baju bayi kita, mas ambil lembur agar bisa beli ayunan sama gendongan bayi kita dek. Kan adek tahu sendiri, Gaji mas sebulan buat bayar kontrakan, bayar cicilan motor, listrik, belum lagi susu anak kita... "

"Iya mas, sari tahu. Sari ngerti mas udah kerja keras buat keluarga kita. Tapi sari sedih keluarga sari sendiri gak ngerti keadaan adiknya, sakit mas, sakit sekali rasanya."

"Yang sabar dek, mulai sekarang adek sudah jadi seorang ibu, adek harus kuat, adek harus tegar, kalau adek nangis terus bagaimana nanti anak kita. Dia butuh ibunya, dia butuh kita" Ucap mas Fandi sbil mengusap pundakku. 

Aku merasa sedikit berkurang beban dihatiku, aku merasa lebih baik setelah berkeluh kesah pada suamiku. saat ini suamiku lah satu satunya tempat yang paling tepat untuk berbagi suka dan duka. 

Mas Fandi mengusap air mata di wajahmu, sambil tersenyum dan mencium kening ku. 

"Adek harus kuat ya, ada mas disini yang selalu ada buat adek. Mas minta maaf belum bisa berikan harta dan rumah yang bagus untuk adek, tapi mas janji mas akan berusaha dan bekerja keras demi adek dan Azka, anak kita." Kata katanya bagaikan air yang menyirami padang pasir, ditengah keringnya hatiku kata katanya menjadi penawar duka lara. 

"Lihat lah sayang, anak kita sedang tertidur, betapa tampannya Azka kita. Azka askana, nama yang indah seindah wajahnya."

Aku memperhatikan bayi kecilku yang sedang terlelap, wajahnya begitu manis dan juga tampan. Kulit nya putih seperti susu, bibirnya yang merah, dan hidungnya yang mancung, perpaduan wajah ibu dan ayahnya. 

"Adek harus bersyukur, kita masih diberi kepercayaan sama Allah mempunyai seorang anak. Lihatlah di luar sana banyak pasangan yang sudah menikah berpuluh tahun, tapi belum diberi amanah ini. Adek beruntung meskipun kita harus menunggu selama dua tahun. Tapi sekarang kita sudah memiliki seorang anak yang akan menjadi penenrua kita nanti nya"

"Iya mas, sari bahagia bisa punya anak yanganis dan tampan seperti Azka. Tapi, kadang adek juga kepikiran, katanya sari manja gak bisa lahiran normal, sari bodoh gak becus urus anak, sari lemah gak bisa nyuci baju bayi padahal udah sebulan pasca cesar, orang lain tiga hari cesar udah nyuci sendiri. "

"Dek... Dengarkan mas. Jangan sama kan orang lain dengan kita, mungkin orang lain tiga hari udah bisa nyuci baju karena dia melahirkan cesar pakai biaya yang mahal, obat yang dikasih obat mahal, obat bagus, jadi cepat pulihnya, sedangkan adek melahirkan pakai BPJS, obat nya generik, mana bisa sama sama yang bayar. Pasti beda hasilnya." Balas mas Fandi sambil memegang tanganku. 

"Terus, kenapa memangnnya kalau lahiran cesar? Kan bidan sendiri yang rujuk, bidan kan sudah tau mana yang baik untuk pasiennya. Apalagi bidan tempat adek berobat bidan senior pasti sudah banyak pengalamannya. 

Dan kalaupun adek maksa harus melahirkan normal, kalau bayi kita kenapa kenapa gimana? Kan ada kasus bayi meninggal karena kelamaan didalam perut ibunya tertelan ketuban lalu meninggal. Terus ada juga ibu yang meninggal saat melahirkan karena pendarahan hebat gak berhenti henti. Ada juga kasus bayi kelilit tali pusat, ibunya maksa melahirkan normal, lama gak keluar keluar bayinya, pas waktu keluar eh udah meninggal sampai biru biru warna kulit nya, adek mau gitu? "

"Enggak mas"

"Lah makanya, jangan dengarkan kata kata orang, biarkan saja orang berkata apa yang merasakan dan menjalankan hidup kita ya kita, apa kalau terjadi apa apa sama bayi kita orang itu akan bertanggung jawab? "

"Enggak mas"

"Terus waktu adek lahiran, apakah mereka ada kasih uang untuk adek? "

"Enggak mas"

"Yaudah, mereka yang julid itu gak ada kontribusi dalam hidup adek, buat apa adek pikirkan. Mereka hanya bisa nyinyirin kehidupan orang lain karena tak sesuai dengan cara hidupnya. Tak usah adek pikirkan kata kata mereka, biarkan saja nyamuk diluar kelambu, hidup ini kita yang jalani, apa yang terjadi itulah yang terbaik untuk kita, ingat apa kata mas"

Kata kata mas Fandi ada benar nya juga, aku terlalu terbawa pikiran dengan nyinyiran orang. Padahal disaat aku sakit, disaat aku butuh uang tak ada yang peduli. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status