Share

Vika akan dilamar

Aku begitu senang, luka bekas cesar ku akhrinya sembuh juga. 

Namun, tidak dengan luka di hatiku. 

Aku masih terngiang-ngiang cemooh dari kakakku sendiri, kalau saja suatu saat nanti dia merasakan seperti yang aku rasakan, mungkinkah dia akan sadar dengan kesalahannya? Entahlah. 

Sekarang aku harus memfokuskan tenaga dan fikiran untuk si kecil. Aku tak ingin anakku kekurangan kasih sayang ibunya. 

Aku menjalani hari hari di rumah kontrakan kecil bertiga dengan suami dan anakku, meskipun aku capek dan kualahan, namun hatiku dan pikiranku tidak lagi terganggu dengan komentar toxic dari orang lain. 

Sekarang aku sudah biasa menjalankan hari hari sibuk sebagai ibu rumah tangga. Bangun pagi sampai ketemu pagi seolah 24 jam pekerjaan sebagian ibu rumah tangga tak ada habisnya, tapi kunikmati masa masa ini, ku niatkan dalam hati apa yang kulakukan untuk keluargaku adalah ibadah. 

Lima bulan kemudian, tiba tiba ibuku datang kerumahku memberi kabar bahagia. 

"Kakakmu sebentar lagi akan menikah nak" Ucap Ibu kala itu mengabari berita yang membahagiakan untuknya. 

Ya, sudah lama ibu memimpikan kakakku Fika menikah, bahkan pernikahanku dengan mas Fandi sempat ditentang karena menunggu Kakakku menemukan pendamping hidup. 

Namun, empat tahun sudah aku dan mas Fandi menunggu, namun tak ada tanda tanda kakakku akan menikah. Setelah meminta dan memohon pada ibu dan ayahku, akhirnya kami direstui juga. 

Namun, beda halnya dengan Fika. Meskipun aku sudah meminta dan memberinya hadiah pelangkahan( hadiah adik yang melangkahi kakaknya menikah) dia tetap bermuram durja. 

Fika tetap saja marah dan kecewa padaku, karena aku melangkahi nya. Meskipun aku pernah menawarkan calon padanya, dia tak mau, katanya seleraku terlalu rendah. Beda dengan selera dia yang high class, katanya dia mengidamkan lekaki berseragam. 

Entahlah, seragam apa yang dia maksud. 

"Benarkah itu bu? " Tanyaku pada ibu dengan rasa tak percaya. 

"Benar sari, tidak lama lagi kakakmu akan menikah. Rencananya bulan depan fika akan dilamar" Ucap Ibu dengan wajah berseri seri. 

Bagi ibu, Fika adalah anak emas. Apa apa pasti Fika yang lebih dulu diutamakan. 

Aku tak iri, mungkin karena Fika sering memberi ibu uang. Apalah dayaku yang hanya ibu rumah tangga biasa tak berpenghasilan. 

"Syukurlah akhirnya kakak ketemu jodohnya" 

"Iya, udah lama ibu berdoa supaya Fika bertemu dengan jodohnya akhirnya doa ibu terkabul juga"

"Oiya bu, kalau sari boleh tahu, orang mana calon nya? " Tabyaku penasaran. 

"Orang dari kampung sebelah, katanya sih di comblangin sama temennya"

"Oh gitu, kerjannya apa buk? "

"Katanya sih Satpam" Jawab ibu singkat. 

"Apa? Satpam? " Tanyaku kaget. 

Bagaimana tidak kaget, Fika yang berpendidikan tinggi, selera high class, mengidamkan pria berseragam. Tapi,  calonnya ternyata seorang Satpam. 

"Iya, kok kamu kaget gitu sih? " 

"Kaget lah buk, kan kak Fika selera nya yang berseragam, tapi kok bisa dapat satpam sih bu? "

"Loh, kan satpam pakai seragam juga toh? " Jawab ibu membela pilihan Fika. 

"Iya juga sih bu, satpam pakai seragam juga, yang sekarang seragam mirip seragam polisi itu kan buk? "

"Lah itu kamu tau kok"

"Ya tau lah buk, gini gini kan sari up dateng berita" 

Aku ingin tertawa, tapi takut ibu marah. Bayangkan saja, satpam memang berseragam, tapi gaji satpam sebelaa dua belas dengan gaji buruh pabrik seperti suami ku. 

Lalu, apa bedanya penghasilan suami Fika dengan suamiku? Sama sama berpenghasilan rata rata UMR. 

Aku ingin tertawa, kasian sekali Fika. Sudah capek capek menghina penghasilan suamiku, lah sekarang penghasilan calon suami nya sama seperti penghasilan suamiku. Ternyata, Karma begitu cepat menjalankan tugasnya. 

Aku tertawa dalam hati, aku menertawakan kesombongan dan keangkuhan Fika. Tak ada gunanya menghina orang lain, karena bisa saja orang yang dihinakan itu suatu saat doa nya akan terkabul. Maka tamatlah riwayat sombongmu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status