Share

Sudah Cukup!

Penulis: Ri Chi Rich
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-21 17:28:25

"Kalau kamu memang serius denganku, Aku ingin kamu menikahiku paling lambat di akhir bulan ini," akhirnya Rania memberikan kesempatan

"Pasti aku penuhi syarat tadi Rania! Dan terima kasih ya untuk kesempatan yang sudah kamu berikan padaku. Aku akan berjuang untuk menjadi papa yang baik bagi Marsha!"

Wajah kegembiraan dari Amar yang sudah berjuang bertahun-tahun untuk meluluhkan hati Rania memang tidak bisa ditutupi lagi.

Dia sangat senang karena perjuangannya akhirnya membuahkan hasil. Tapi tidak dengan Rania yang merasa dirinya seakan sangat kejam pada Amar. Rania bahkan kesal pada dirinya yang seakan ingin menolak tubuh amar dan mendorongnya saat pria itu mengecup dahinya dan memeluk Rania untuk mengungkapkan semua rasa bahagianya.

"Pulang Mar. Udah malam nih. Aku nggak enak kalau kamu ada di sini malam-malam begini karena kita udah sama-sama dewasa."

Rania tahu Dia kejam dengan menyuruh Amar seperti itu karena memang dia tidak memiliki rasa apapun di dalam hatinya untuk seseorang yang sangat baik sekali padanya. Tapi Rania butuh waktu untuk sendiri dulu

"Hmm. Aku pulang dulu ya! Aku mau bilang sama mama dan papa tentang rencana pernikahan kita. Aku yakin mereka akan senang sekali karena mereka juga menyukaimu dan Marsha!"

"Iya, Tolong sampaikan maafku ya karena aku belum datang ke sana udah lama banget. Mungkin weekend ini aku akan datang sama Marsha."

"Sip. Nanti aku jemput ya! Selamat tidur sayang!"

Rania tahu dirinya belum bisa menerima kata-kata sayang dari pria yang tidak dicintainya itu. Tapi Amar sudah sangat baik sekali padanya dan Marsha. Bertahun-tahun Rania menolaknya dia tetap ada di sisi Rania dan berusaha menunjukkan ketulusannya.

Amar mencintai Marsha dan Rania melihat sendiri bagaimana kedekatan Amar dan putrinya bahkan pria itu rela kehilangan waktunya untuk bekerja demi menemani Marsha.

'Lalu apa aku harus membiarkan rasa sakit hati dan traumaku pada laki-laki menjadi penghalang kebahagiaan Marsha? Padahal ayahnya sudah bahagia dengan wanita yang dinikahinya Febry Swastika.'

Rania menatap berkas yang pernah diberikan Pak Bagus CEO sementara SSG di Light Up tapi belum pernah dicek oleh Rania.

Dia hanya membuka sepintas di bagian halaman depan berkas tapi tidak melihat sampai ke belakang sehingga Rania baru tahu kalau di sana lengkap bukan hanya terdapat profil tentang Bos barunya tapi juga apa makanan kesukaan bosnya, minuman kesukaannya, Siapa saja keluarga bosnya dan tentang rekaman medis dari bosnya juga terlampir dan selalu di update setiap setegah tahun, semua lengkap di dalam berkas itu, termasuk siapa nama istrinya.

Rania merasa bodoh karena tidak mengecek berkasnya sampai dia tidak tahu kalau bosnya sudah menikah.Ini yang membuat Rania menertawai dirinya sendiri.

Reza sudah punya kehidupan bahagia dengan wanita lain tapi dia sengsara sendiri memikirkan masa lalunya. Apa-apaan dirinya?

'Aku tidak menyesali pertemuanku denganmu karena aku tidak mau menyesali kehadiran Marsha! Yang kusesali hanya kebodohan hatiku yang terus saja memikirkan dirimu padahal sudah seharusnya aku melupakanmu!'

Rania tak mau lagi memikirkan masa lalunya. Dia lelah. Rania menutup berkas itu, menaruhnya di nakas dan berusaha untuk tidur. Rania tidak mau menangisi semua yang sudah menjadi kenangan buruk dalam hidupnya dan menyisakan luka batin untuknya.

'Sudah cukup!'

Rania tidur. Berusaha melupakan semua beban dan rasa sakitnya. Rania memutuskan kalau saat ini adalah terakhir kalinya dia memikirkan Reza

"Selamat pagi Marsha sayang! Wah tidurnya pula sekali! Pasti mimpi indah ya tadi malam?"

"Mama!"

Dan pagi itu Rania memulai harinya dengan bangun lebih awal karena dia tidak lagi insomnia. Rania bisa menyapa putrinya, menyiapkan lebih awal makanan untuk Marsha baik untuk sarapan maupun cemilan untuk di sekolah juga pakaian Marsha.

Rania lebih ceria menemani putrinya mandi dan dia bisa memaksimalkan waktunya di pagi itu yang sangat terbatas dengan mendengarkan semua cerita Marsha.

Tak ada lagi rasa khawatir dan cemas Apa yang akan terjadi nanti di kantor. Tak ada lagi bayang-bayang tentang bosnya yang galak yang akan memakinya dan selalu tidak puas dengan pekerjaannya. Dan yang paling penting tak ada lagi rasa khawatir kalau dirinya akan dipecat.

"Om Amaaaal!" Marsha juga terlihat sangat bahagia pagi ini dengan kehadiran sosok pria yang datang selepas mereka sarapan pagi.

"Kamu emangnya nggak ngantor apa?"

Marsha sih sudah senang dan ada di pelukan Amar tapi Rania sangat merasa terganggu melihat kehadiran pria itu pagi-pagi begini.

"Happy birthday Rania!"

Bahkan Rania sendiri lupa dengan hari ulang tahunnya tapi pria itu malah ingat dan membawakannya seikat bunga.

"Acha udah bilang belum selamat ulang tahun buat Mama?"

"Belum. emang mama ulang taun juga kaya Acha?"

Sampai usia anaknya lima tahun, memang Rania tidak pernah merayakan ulang tahunnya sendiri makanya Marsha bingung.

"Iya dong. Nanti kita rayain ulang tahun mama ya! Nanti ada coklat dan kue juga buat Acha! Kita jalan-jalan dan makan yang Acha suka, terus kita main Timezone lagi!"

"Yeaaay!"

Jelas saja anak itu senang dan sudah bersorak-sorai setuju dengan rencana Amar barusan. Marsha bahkan tidak berhenti berceloteh membahas lagi tentang agenda mereka Nanti sore selama di perjalanan menuju sekolahnya.

Amar memaksa Rania untuk naik mobilnya. Dia juga memaksa Rania supaya nanti pulang kerja dirinya yang menjemput.

Untuk saat ini memang Rania agak sulit menolak Amar apalagi setelah tadi malam dia mengatakan akan memberikan kesempatan pada Amar.

"Seharusnya kamu tuh nggak terlalu memanjakan Marsha, Mar!" tapi meski Rania setuju dengan rencana yang dibuat Amar nanti sore, tetap dia mengajukan protesnya setelah mereka tinggal berdua di dalam mobil dan menuju ke kantornya.

"Ya nggak apa-apa lah! Nanti juga dia jadi putriku kok! Dan Aku bakal sayang banget sama putri manjaku yang satu itu. Sudahlah jangan terlalu banyak dipikirkan. Katanya mau memberikanku kesempatan?"

Kalau sudah di jawab seperti ini bisa apa Rania?

"Oh Iya aku juga udah bilang sama mama papaku. Mereka seneng banget dengan keputusanmu itu dan mereka udah punya rencana buat kita!"

"Rencana apa?"

Belum beres Rania membicarakan tentang Marsha dia sudah dikagetkan lagi dengan penjelasan Amar barusan. Makanya refleks bertanya.

"Seminggu lagi hari ulang tahun pernikahan mama papaku. Dan di acara itu mereka memintaku untuk mengumumkan tentang pernikahan kita."

"Eh apa? Kenapa buru-buru?"

"Loh, bukannya kamu yang bilang kalau akhir bulan ini kita harus menikah? Dan aku sudah merencanakan kalau dua minggu lagi pernikahan kita. Berarti seminggu setelah ulang tahun pernikahan mama papaku!"

Yah, Rania memang mempunyai alasan kenapa dia ingin menikah dengan Amar sebelum akhir bulan itu. Rania ingin memastikan kalau Marsha tetap akan mendapatkan kehidupan yang layak setelah dirinya dipecat dari Light Up.

'Tapi aku berjanji untuk menyerahkan diriku seutuhnya padanya. Aku akan mencintainya dan hidup dengannya. Kurasa itu setimpal bukan?'

"Kok diem? Jangan bilang kamu masih ragu padaku! Katanya kamu mau memberikanku kesempatan kan?"

"Aku cuma nggak tahu apa kamu akan menyesal atau tidak nanti kalau sudah menikah denganku."

"Hei, jangan mikir kayak gitu! Aku justru merasa sangat bahagia sekali karena kamu mau menerimaku!" Amar menggenggam tangan Rania dengan satu tangannya masih ada di setir mobil.

Risih, karena sudah lama sekali Rania tidak berpegangan tangan dengan laki-laki dan membahas masalah hati. Tapi dia tidak berani melepaskan tangan Amar mengingat dirinya sendiri yang sudah memutuskan untuk mencoba menjalankan ikatan serius dengan Amar.

"Uhm, kalau nanti aku nggak ada lemburan aku jam lima juga sudah pulang kok. Nanti aku kabarin ya kapan ngejemputnya," lagi-lagi Rania mengalihkan topik karena tidak mau membahas tentang hubungan mereka! Rasanya jengah dalam dirinya

"Tenang aja nggak usah dipikirin kalau kamu belum pulang nanti aku ajak Acha main dulu. Sampai jumpa nanti sore ya!"

"Hmm, nggak usah dibukain pintu mobilku, Mar. Makasih ya, Udah nganterin aku!"

"Ran, langsung keluar nih dari mobil? Yakin ga da yang lupa?"

"Lupa apa?" Rania memang sudah membuka seatbelt-nya dan berencana langsung turun dia tak tahu apa yang diinginkan Amar sampai memanggilnya makanya dia menatap Amar yang tersenyum penuh makna sambil bicara:

"Nggak kasih aku kecupan selamat pagi dulu kah?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
putri eka
amar maksa bnget sich elu.........
goodnovel comment avatar
putri eka
...salah masuk
goodnovel comment avatar
putri eka
maksa bngettt sich mar elu.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Bukan Lagi Sugar Baby-Mu   SLICE OF LIFE

    Delima: Mana ku tahu. Dia baru kembali beberapa jam yang lalu. Mungkin dia ingin memberikan surprise padamu.Shaun, dia menempuh kuliah S1 dan S2-nya di Jepang dan semuanya mendapat beasiswa. Hari ini kepulangannya dan Alila sungguh tak percaya kalau temannya itu sudah datang tanpa meneleponnya.Alila: Berikan teleponnya padanya.Shaun: Hai Alila.Delima pun menurut. Dan kini suara seseorang sudah membuat Alila begitu murka padanyaAlila: Kau. Sahabat macam apa kau pulang tidak bilang-bilang padaku?Shaun: Dengar dulu, aku-Alila: Tak mau. Aku lagi marah padamu Shaun.Yah, sudah terbayang memang bagaimana kesalnya Alila karena tidak diberitahukan tentang kedatangan pria itu. Padahal selama ini komunikasi mereka cukup lancar. Tapi kenapa dia harus tahu dari orang lain tentang kedatangan Shaun?Shaun: Baiklah, aku minta maaf, aku ingin kasih kejutan padamu.Alila: Maafmu tidak diterima. Cepat temui aku di plaza dan bantu aku mengurus empat monster kecil ini. Bawa juga Delima. Dia yang pa

  • Aku Bukan Lagi Sugar Baby-Mu   ROMEO

    "Alila, kau dengar aku tidaaaak?""Dengaaaar, sabarlah Darwin, kan aku masih berpikir!"Entah kenapa Alila jadi mengingat ini. Sampai dia diam beberapa detik dan Darwin mengomel.Bayangan tentang Arthur memang tidak bisa dilupakannya dengan mudah. Ini yang membuatnya kembali menunjuk pekerjaan pada Darwin."Jangan bilang kau akan menunda lagi. Atau jangan-jangan kau menunda terus supaya aku berpaling dari Delima padamu.""Dih, kau pikir aku menyukaimu Darwin? Ish.""Habis, lama sekali sih. Aku sudah tidak sabar. Apa kau tidak mendukungku bersama dengannya dan hanya menipuku selama ini?"Darwin memang tidak sabaran. Delima memang sangat cantik sekali dan Darwin menyukainya sejak pandangan pertama. Alila jadi terkekeh lagi melihat bagaimana kesalnya Darwin padanya.Hubungannya dengan Darwin tidak se-kaku hubungan antara Reza dengan David. Mereka tak pakai panggilan resmi. Di tempat kerja, panggilan nama seperti ini juga tak masalah. Tak jarang mereka juga ribut satu sama lain di depan k

  • Aku Bukan Lagi Sugar Baby-Mu   HATI SIAPA YANG TAHU?

    "Amar, Caca akan melahirkan!"Cuma sebelum siapapun merespon, Alila sadar duluan. Darah segar pun mengalir begitu saja yang membuat Amar cemas, Alila memekik."Kenapa kau diam saja? Cepat bawa istrimu ke dalam!"Reza juga panik. Dia segera mungkin membuka ruangan dan memanggil dokter untuk mempersiapkan operasi kedua yang jaraknya bahkan tak lebih dari seperempat jam dari Rania yang baru selesai.Caca tidak bisa diminta lahiran normal karena masalah di kepalanya dikhawatirkan akan mengganggu kesehatannya.Sekarang saja masalah di otaknya belum sembuh betul. Ya memang kondisinya sudah lebih baik. Caca bisa bertahan mengingat seseorang lebih dari seperempat jam. Bahkan rekor, pernah setengah jam dia tak bertanya dan bisa fokus ke obrolan tanpa gangguan. Tapi tetap saja, lahiran normal ini resiko berat."Papa. Amar. Bisa tidak sih kalian tidak bolak-balik? Mengganggu penglihatanku saja!"Tadi saat Rania melahirkan, Reza masih bisa tenang hanya menggenggam tangan Alila dan merangkul putri

  • Aku Bukan Lagi Sugar Baby-Mu    MARBLE DEVAN

    "Aku tidak jadi bicara denganmu. Akan kupikirkan lagi bagaimana aku harus menyingkirkanmu!"Lagi-lagi jawaban yang membuat kepala David pening."Reza kau ingin aku mengundurkan diri kah?"Amar tak mengerti apa yang sedang mereka perdebatkan tapi sepertinya dia melihat sisi positif dari sikap David yang menekan Reza ini."Kau tidak perlu mengundurkan diri kalau Reza memang membenciku, David. Dia masih berpikir kalau aku ingin merebut Rania-""BUKAN HANYA RANIA!" Reza memekik."Kau pikir masalahku denganmu hanya karena itu? Aku membencimu karena kau selalu mengganggu hidupku, selalu mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."Bingung juga Amar mencernanya. Karena dia merasa tidak mengambil apapun dan bahkan dia sudah mengembalikan Rania kepada Reza.Dia tidak mengganggu hubungan mereka selama mereka bersama, dia tidak datang kecuali dia ingin mengecek DNA Caca barulah dia muncul."Sudah Amar, tidak perlu dipikirkan. Reza hanya cemburu tentang Marsha. Kau bersama dengan Marsha dari d

  • Aku Bukan Lagi Sugar Baby-Mu   SHADOW COMPANY

    "Kau jaga Marsha. Aku akan bicara dengan suaminya tentu dia sendirian di dalam kamarnya, temani dia."Tapi Reza tidak mengizinkan Alila ikut.Dan putrinya pun menurut meski saat ini David yang melihat ini dia menatap tak suka pada Reza."Kenapa kau?""Aku ikut kau bicara dengannya. Tapi jika kau berani mencoba mengganggunya maka aku akan menyelamatkannya Reza. Kau temanku tapi aku tahu kalau menyerang Amar adalah tindakan yang salah."Ini hanya sebatas kekhawatiran David kalau Reza akan melakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukan oleh kakeknya Frederick dulu. Bersikap baik pada Rania tapi di belakang dia menusuk Rania. Membuat wanita itu kesulitan dan bahkan Frederick adalah orang yang patut disalahkan untuk semua kejadian yang menimpa Marsha.Tidak mungkin Marsha diculik dan mengalami luka di kepalanya yang parah jika Frederick melindunginya."Kau ingin menentangku?"Dan tentu saja pembicaraan ini terjadi setelah Alila keluar dan dia menuju kamar Caca dan Amar. Reza mengingin

  • Aku Bukan Lagi Sugar Baby-Mu   BIAR WAKTU YANG MENJAWABNYA

    "Papa?""Papa Reza, Marsha.""Sssh, Papa Rezanya Marsha, om Amar?""Hm, papanya Marsha. Papanya Marsha juga sudah kangen sekali dengan Marsha dan ingin sekali memeluk Marsha."Ada senyum dari wanita yang sedang ada dalam rangkulan Amar itu dan Reza juga menegang saat Amar mengatakannya.Tidak terbesit dalam pikiran Reza sama sekali kalau Amar akan membahas tentang dirinya pada Marsha dengan cara seperti ini setelah sebulan lebih Reza terus berpikir negatif tentang Amar dan cemburu padanya."Baca ini Reza."Amar memberikan handphone yang diambil David agar Reza baca.[Reza kemarilah. Putrimu yang ini juga ingin dipeluk olehmu. Dia memegang tanganku kencang sekali saat kau memeluk adiknya, Alila.]"Eh tentu Papa, kau harus memeluknya."Alila yang mengintip isi pesan itu, melepaskan diri dan dia khawatir sekali kalau kakaknya akan cemburu padanya.Dia meninggalkan Reza sendiri dan memberikan jarak agar papanya bisa mendekat pada Marsha di mana Amar juga memberikan jarak."Om Amar, dia pa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status