"Kita selesai, aku bosan denganmu. Jadi jangan temui aku lagi ini cek untukmu!" "A-aku gak mau uang kamu, Za. Aku sayang banget ama kamu, aku--." "STOP! Kamu cuma sugar baby, bukan kekasihku. AKU SUDAH BOSAN." Rania Juwita Raharja (17th) terjebak dalam cinta terlarang karena keisengannya sendiri bermain-main menjadi sugar baby dari Reza Fletcher Clarke (30th). Sayangnya, cinta Rania bertepuk sebelah tangan. Reza meminta mereka berpisah, dia menghilang bak ditelan bumi, bahkan Rania tak sempat memberitahukannya tentang kehamilannya. Haruskah Rania memberitahukan pada Reza tentang kehamilannya? Tapi bagaimana kalau Reza tak mau bertanggungjawab? Bagaimana nasib bayi Rania jika keluarganya juga menolaknya? Mungkinkah Rania bisa membesarkan bayinya seorang diri dengan usianya yang masih belia? Lalu, benarkah Reza memang tidak punya perasaan apapun pada Rania? Ikuti kisah Rania di novel Aku Bukan Lagi Sugar Baby-Mu
View MoreSiang itu cuaca yang terlihat di luar jendela kaca ruang kerja Andre amatlah cerah. Namun hati Andre yang tetap terasa mendung sejak kembalinya wanita yang sangat ia cintai Azalea, ke dalam pelukan Aaron, semakin terasa mendung saat mendapati surat pengunduran diri sekretarisnya yang selama ini selalu dapat ia andalkan.
Dengan kesal ia membanting surat itu ke atas mejanya,
“Kenapa bisa tiba-tiba Lydia mengundurkan diri? Apa kau bisa handle semuanya seorang diri, Jo?” tanyanya pada Joshua asisten pribadinya.
Sebenarnya Andre tidak menginginkan seorang asisten pribadi yang selalu mengikutinya dengan berbagai agenda yang harus ia lakukan. Melebihi tugas seorang sekretaris yang telah lama ikut dengannya itu. Namun daddynya memaksanya untuk menerima Joshua sebagai asisten pribadinya.
“Hanya menambah job desk pekerjaan saya saja, Tuan. Tentu saja saya sanggup. Sampai saya menemukan sekretaris yang handal untuk menggantikan posisi Lydia,” jawab Joshua.
"Tidak akan ada yang sehandal dia, Jo! Saya bisa pastikan itu! Daripada kau buang waktu mencari sekretaris lainnya, kenapa tidak kau datangi saja Lydia, tanyakan padanya apa yang menyebabkannya mengundurkan diri, kalau masalah salary, saya bisa naikkan dua kali lipat dari yang sebelumnya!" saran Andre.
Jo sedikit menunduk saat menjawab,
"Baik Tuan Andre. Saya akan mencari tahu dan membujuknya untuk mau kembali bekerja di sini lagi."
Dengan gerakan tangannya, Andre meminta Joshua keluar dari ruangannya,
"Pergilah, dan bawa wanita itu secepatnya!" perintahnya.
Joshua baru akan melangkah keluar saat terdengar ketukan pintu, asisten pribadinya itu pun langsung membukanya dan mendapati salah satu anak buahnya tengah menggendong seorang anak perempuan,
"Apa kau lupa ini masih jam kantor? Kenapa kau membawa anak ke sini?" tanya Joshua.
Suaranya terdengar tegas dan berwibawa saat berbicara dengan anak buahnya, tidak selembut saat berbicara dengan Andre.
"Maaf, Pak Jo. Tapi ini bukan anak saya," jawab anak buahnya.
"Kalau bukan anak kamu, kenapa kamu membawanya ke sini? Apa kau mau memancing kemarahan Tuan Andre?"
Apa mereka tidak tahu kalau suasana hati Andre selalu terlihat buruk. Sedikit saja kesalahan maka pria itu tidak akan segan-segan memecat mereka.
"Maaf Pak Jo, saya tidak akan berani. Tapi tadi seseorang menitipkan anak ini pada saya, dan menegaskan kalau anak ini adalah milik Tuan Andre."
"Jangan gila kamu! Sejak kapan Tuan andre memiliki anak? Menikah saja belum! Berhubungan ba ... " Joshua mengibas tangannya dengan tidak sabar,
"Sudahlah, bawa anak itu keluar! Dan kembalikan pada siapapun yang memberikannya padamu barusan!" perintahnya.
"Tapi ... "
"Apa kau sedang mencoba untuk mengabaikan perintah saya?"
Melihat tatapan tajam Joshua seketika itu juga anak buahnya menunduk, entah karena hormat atau ketakutan.
"Baik Pak Jo. Saya akan kembalikan lagi anak ini!"
Anak buahnya balik badan sambil menggerutu pelan,
"Apa Pak Jo tidak melihat mata anak ini sebiru mata Tuan Andre? Bukan anaknya darimana?"
"Apa yang kau ucapkan barusan?"
Pertanyaan Joshua membuat langkah anak buahnya terhenti. Punggungnya menegang karena ketakutannya akan amarah yang akan ia terima dari Joshua nantinya, ia tidak menyangka kalau gumamannya dapat tertangkap telinga atasannya itu.
Perlahan anak buahnya balik badan kembali ke arah Joshua. Dan saat itu, anak yang semula sedang tertidur dengan menyandarkan kepalanya di dada anak buahnya, sekarang mulai terbangun dan perlahan membuka kedua matanya.
Joshua mundur beberapa langkah ke belakangnya, karena apa yang anak buahnya ucapkan tadi ada benarnya juga, mata anak perempuan itu sama birunya dengan mata Andre. Mata yang saat ini amatlah langka.
"Mommy .... Mommy ... " rengek anak itu dengan bibir bawahnya yang bergetar, sebentar lagi pasti akan segera nangis mencari sosok yang anak itu kenali.
"Bawa masuk!" perintah Joshua, ia membuka pintu lebar-lebar dan menutupnya kembali setelah anak buahnya masuk sambil terus menggendong anak kecil itu.
Lebih baik mereka membicarakannya di dalam, untuk menghindari spekulasi buruk dari para karyawannya nantinya.
"Apa-apaan ini?" tanya Andre saat melihat seseorang memasuki ruangannya dengan seorang anak yang sedang merengek sedih.
"Bawa anak itu ke sana!" seru Joshua sambil menunjuk sofa melingkar di sisi jendela kaca besar yang menampakkan gedung-gedung bertingkat yang seolah berlomba-lomba meninggikan bangunannya.
"Jo! Jelaskan padaku sekarang!" geram Andre. Matanya mengikuti gerak langkah anak buahnya yang sedang menuju sofa tempat Andre biasanya duduk santai.
"Seseorang telah menyerahkan anak itu pada anak buah kita, Tuan. Menurut penuturannya, anak itu adalah milik anda Tuan," jelas Joshua.
Andre menyipitkan kedua matanya dengan dongkol,
"Dan kau percaya begitu saja?"
"Tentu saja saya tidak langsung percaya, Tuan. Mengingat saya tahu hidup selibat anda. Tapi, kalau anda melihat mata anak itu, anda akan mendapati mata yang sama dengan mata anda."
Bahkan Thomas adik kandung Andre sekalipun tidak memiliki mata yang sebiru cerah itu. Sama dengan birunya langit saat ini.
Penasaran dengan yang Joshua ucapkan barusan, Andre pun menoleh ke anak perempuan yang sedang fokus memandangi gedung perkantoran, juga lalu lalang mobil yang terlihat di atas jalan layang depan kantor Andre.
"Bawa ke sini anak itu!" perintahnya.
Dan saat anak buahnya melangkah mendekati Andre, anak yang tadinya terlihat merajuk kini wajahnya mulai terlihat ceria. Pandangan Andre pun langsung tertuju ke dua pasang mata berwarna biru sebiru warna mata Andre,
"Memangnya apa yang orang itu ucapkan saat menyatakan anak itu adalah anak saya?" tanya Andre pada anak buahnya itu.
"Tolong serahkan anak ini pada Tuan Beaufort, dia membutuhkan Daddynya, karena Mommynya sudah tidak sanggup lagi merawatnya," jawab anak buahnya.
"Beaufort siapa yang orang itu maksud? Saya, Daddy saya? atau Thomas?" cecar Andre.
Ia sedikit dongkol dengan cara kerja anak buahnya itu. Nanti, ia akan meminta Joshua untuk melatih kesigapan mereka lagi.
"Maaf, Tuan. Hanya itu yang diucapkan sebelum pria itu bergegas pergi dengan sangat terburu-buru."
Andre bisa mencoret Thomas dari daftar ayah anak ini, karena matanya yang tidak sebiru mata Andre dan mata daddy mereka. Thomas memiliki warna mata mommy mereka.
Dan mengingat Andre tidak pernah sekalipun menyentuh wanita, maka bisa dipastikan kalau anak perempuan itu adalah milik daddynya. Kedua tangannya pun mengepal erat,
"Sial! Apa aku punya adik lagi?" geramnya.
Menghadapi keliaran Thomas saja Andre sudah dibuat pusing, ditambah lagi satu orang adik yang masih batita.
Apa anak ini hasil hubungan daddynya dengan Kitty?
Mengetahui hal itu Andre semakin terbakar emosinya. Ia seolah tidak dapat menerima memiliki adik dari wanita yang pernah kedapatan mencoba menggoda dirinya.
"Jo! Segera hubungi Tuan Beaufort!" perintahnya dengan nada tajam.
Delima: Mana ku tahu. Dia baru kembali beberapa jam yang lalu. Mungkin dia ingin memberikan surprise padamu.Shaun, dia menempuh kuliah S1 dan S2-nya di Jepang dan semuanya mendapat beasiswa. Hari ini kepulangannya dan Alila sungguh tak percaya kalau temannya itu sudah datang tanpa meneleponnya.Alila: Berikan teleponnya padanya.Shaun: Hai Alila.Delima pun menurut. Dan kini suara seseorang sudah membuat Alila begitu murka padanyaAlila: Kau. Sahabat macam apa kau pulang tidak bilang-bilang padaku?Shaun: Dengar dulu, aku-Alila: Tak mau. Aku lagi marah padamu Shaun.Yah, sudah terbayang memang bagaimana kesalnya Alila karena tidak diberitahukan tentang kedatangan pria itu. Padahal selama ini komunikasi mereka cukup lancar. Tapi kenapa dia harus tahu dari orang lain tentang kedatangan Shaun?Shaun: Baiklah, aku minta maaf, aku ingin kasih kejutan padamu.Alila: Maafmu tidak diterima. Cepat temui aku di plaza dan bantu aku mengurus empat monster kecil ini. Bawa juga Delima. Dia yang pa
"Alila, kau dengar aku tidaaaak?""Dengaaaar, sabarlah Darwin, kan aku masih berpikir!"Entah kenapa Alila jadi mengingat ini. Sampai dia diam beberapa detik dan Darwin mengomel.Bayangan tentang Arthur memang tidak bisa dilupakannya dengan mudah. Ini yang membuatnya kembali menunjuk pekerjaan pada Darwin."Jangan bilang kau akan menunda lagi. Atau jangan-jangan kau menunda terus supaya aku berpaling dari Delima padamu.""Dih, kau pikir aku menyukaimu Darwin? Ish.""Habis, lama sekali sih. Aku sudah tidak sabar. Apa kau tidak mendukungku bersama dengannya dan hanya menipuku selama ini?"Darwin memang tidak sabaran. Delima memang sangat cantik sekali dan Darwin menyukainya sejak pandangan pertama. Alila jadi terkekeh lagi melihat bagaimana kesalnya Darwin padanya.Hubungannya dengan Darwin tidak se-kaku hubungan antara Reza dengan David. Mereka tak pakai panggilan resmi. Di tempat kerja, panggilan nama seperti ini juga tak masalah. Tak jarang mereka juga ribut satu sama lain di depan k
"Amar, Caca akan melahirkan!"Cuma sebelum siapapun merespon, Alila sadar duluan. Darah segar pun mengalir begitu saja yang membuat Amar cemas, Alila memekik."Kenapa kau diam saja? Cepat bawa istrimu ke dalam!"Reza juga panik. Dia segera mungkin membuka ruangan dan memanggil dokter untuk mempersiapkan operasi kedua yang jaraknya bahkan tak lebih dari seperempat jam dari Rania yang baru selesai.Caca tidak bisa diminta lahiran normal karena masalah di kepalanya dikhawatirkan akan mengganggu kesehatannya.Sekarang saja masalah di otaknya belum sembuh betul. Ya memang kondisinya sudah lebih baik. Caca bisa bertahan mengingat seseorang lebih dari seperempat jam. Bahkan rekor, pernah setengah jam dia tak bertanya dan bisa fokus ke obrolan tanpa gangguan. Tapi tetap saja, lahiran normal ini resiko berat."Papa. Amar. Bisa tidak sih kalian tidak bolak-balik? Mengganggu penglihatanku saja!"Tadi saat Rania melahirkan, Reza masih bisa tenang hanya menggenggam tangan Alila dan merangkul putri
"Aku tidak jadi bicara denganmu. Akan kupikirkan lagi bagaimana aku harus menyingkirkanmu!"Lagi-lagi jawaban yang membuat kepala David pening."Reza kau ingin aku mengundurkan diri kah?"Amar tak mengerti apa yang sedang mereka perdebatkan tapi sepertinya dia melihat sisi positif dari sikap David yang menekan Reza ini."Kau tidak perlu mengundurkan diri kalau Reza memang membenciku, David. Dia masih berpikir kalau aku ingin merebut Rania-""BUKAN HANYA RANIA!" Reza memekik."Kau pikir masalahku denganmu hanya karena itu? Aku membencimu karena kau selalu mengganggu hidupku, selalu mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."Bingung juga Amar mencernanya. Karena dia merasa tidak mengambil apapun dan bahkan dia sudah mengembalikan Rania kepada Reza.Dia tidak mengganggu hubungan mereka selama mereka bersama, dia tidak datang kecuali dia ingin mengecek DNA Caca barulah dia muncul."Sudah Amar, tidak perlu dipikirkan. Reza hanya cemburu tentang Marsha. Kau bersama dengan Marsha dari d
"Kau jaga Marsha. Aku akan bicara dengan suaminya tentu dia sendirian di dalam kamarnya, temani dia."Tapi Reza tidak mengizinkan Alila ikut.Dan putrinya pun menurut meski saat ini David yang melihat ini dia menatap tak suka pada Reza."Kenapa kau?""Aku ikut kau bicara dengannya. Tapi jika kau berani mencoba mengganggunya maka aku akan menyelamatkannya Reza. Kau temanku tapi aku tahu kalau menyerang Amar adalah tindakan yang salah."Ini hanya sebatas kekhawatiran David kalau Reza akan melakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukan oleh kakeknya Frederick dulu. Bersikap baik pada Rania tapi di belakang dia menusuk Rania. Membuat wanita itu kesulitan dan bahkan Frederick adalah orang yang patut disalahkan untuk semua kejadian yang menimpa Marsha.Tidak mungkin Marsha diculik dan mengalami luka di kepalanya yang parah jika Frederick melindunginya."Kau ingin menentangku?"Dan tentu saja pembicaraan ini terjadi setelah Alila keluar dan dia menuju kamar Caca dan Amar. Reza mengingin
"Papa?""Papa Reza, Marsha.""Sssh, Papa Rezanya Marsha, om Amar?""Hm, papanya Marsha. Papanya Marsha juga sudah kangen sekali dengan Marsha dan ingin sekali memeluk Marsha."Ada senyum dari wanita yang sedang ada dalam rangkulan Amar itu dan Reza juga menegang saat Amar mengatakannya.Tidak terbesit dalam pikiran Reza sama sekali kalau Amar akan membahas tentang dirinya pada Marsha dengan cara seperti ini setelah sebulan lebih Reza terus berpikir negatif tentang Amar dan cemburu padanya."Baca ini Reza."Amar memberikan handphone yang diambil David agar Reza baca.[Reza kemarilah. Putrimu yang ini juga ingin dipeluk olehmu. Dia memegang tanganku kencang sekali saat kau memeluk adiknya, Alila.]"Eh tentu Papa, kau harus memeluknya."Alila yang mengintip isi pesan itu, melepaskan diri dan dia khawatir sekali kalau kakaknya akan cemburu padanya.Dia meninggalkan Reza sendiri dan memberikan jarak agar papanya bisa mendekat pada Marsha di mana Amar juga memberikan jarak."Om Amar, dia pa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments