Share

Bab 8

Author: ShenShen
last update Last Updated: 2025-10-10 19:09:25

Setelah Callista berhasil membawa Steve menjauh dari rumah mewah keluarga Cattegirn, akhirnya tarikan tangannya pada lengan Steve dirinya lepas.

Steve Hart melirik sekitarnya, itu merupakan jalanan dengan pepohonan di sisi kanan dan kirinya. Hampir tidak ada rumah lain, karena wilayah tersebut memanglah kawasan elit yang jarak antar rumahnya cukup jauh.

Steve Hart yang telah mengetahui ada suatu hal buruk ingin dilakukan Callista padanya, langsung menaruh waspada karena hal tidak terduga bisa terjadi kapan saja.

Benar saja, tidak lama dari balik salah satu pohon muncul seorang pria yang tidak lain merupakan Eric Daran.

“Apa dirinya yang akan membantumu untuk membuatku menyesal?” tanya Steve Hart pada Callista.

Callista hanya diam tidak menanggapi, di samping itu, Eric terus berjalan mendekat sebelum mengayunkan tinjunya pada Steve.

Steve Hart yang sedari awal sudsh waspada, bisa menghindari pukulan itu cukup mudah, hal ini membuat Eric semakin gelap mata dengan terus mencoba mendaratkan pukulannya pada Steve.

Di tengah setiap pukulan Eric, Steve mendapat kesempatan untuk balas memukul dan kesempatan ini tidak dirinya sia-sia kan.

Ayunan pukulan Steve berhasil mendarat tepat di wajah Eric yang sedari awal hanya fokus menyerang, membuat Eric terhuyung sebelum meringis kesakitan.

“Sampah, sejak kapan kau menjadi seberani ini?!” tanya Eric Daran penuh amarah.

“Jika yang kau maksud berani adalah dengan memukulmu, orang yang terus menggangguku tanpa alasan, maka itu harus aku lakukan," ucap Steve Hart.

Eric Daran di tengah rasa sakitnya langsung melirik Callista, wanita itu nampak terkejut dengan apa yang baru terjadi di hadapannya.

Callista Cattegirn awalnya tidak percaya ketika Eric menghubunginya dengan mengatakan Steve telah berani mencari masalah dengannya, Eric juga meminta Callista untuk membawa Steve keluar dari rumah mewah keluarga Cattegirn agar ia bisa membalaskan dendamnya.

Callista yang memiliki dendam serupa pada Steve tanpa ragu menyetujui permintaan Eric, berpikir Eric hanya ingin merundung Steve untuk bersenang-senang sehingga menggunakan balas dendam sebagai alasan.

Siapa sangka kalau ternyata sosok sampah macam Steve memang berani pada Eric, membuat alasan balas dendam Eric semakin masuk akal dan bisa jadi merupakan kebenaran.

“Callista, apa kau tau apa yang telah membentur kepala bajingan ini sampai tingkahnya menjadi seperti ini?” tanya Eric Daran, harga dirinya benar-benar terluka.

“Aku tidak tau, dia bahkan juga berani mencari masalah denganku kemarin,” ujar Callista Cattegirn merasakan kebingungan yang sama.

Steve Hart yang keduanya kenal bukanlah orang yang seberani ini, bahkan ketika ditindas begitu parah sekalipun, Steve Hart biasanya hanya akan diam tanpa berani melawan.

“Kenapa terkejut? Apa hanya dengan ini kalian akan membalas dendam?” tanya Steve Hart, mulai muak dengan tingkah keduanya.

Callista Cattegirn juga Eric Daran yang memang sudah merasa kesal, langsung terpancing setelah mendengar ucapan Steve Hart.

“Sampah, jangan pikir semua akan selesai hanya sampai di sini saja!" seru Eric Daran.

Eric Daran yang memang sudah menyiapkan sesuatu jika hal semacam ini terjadi, langsung tersenyum lebar seolah kemenangan sudah pasti akan dirinya dapatkan.

Steve Hart yang sudah mengetahui perangai Eric sedari lama, segera menaruh waspada akan rencana busuk yang mungkin Eric miliki untuk mengacaukannya.

Tidak lama setelah itu, dari balik beberapa pohon di sekitar, mulai muncul lima orang pria dengan badan besar.

“Jadi ini yang membuatnya percaya diri,” gumam Steve Hart.

Senyum Eric Daran berubah sinis mengethaui kewaspadaan Steve, setelahnya berkata, “Kau pikir dirimu layak bersinggungan denganku? Hahaha, aku hanya harus mengeluarkan sedikit uang untuk menghabisimu. Inilah perbedaan di antara kita, Sampah!”

Steve Hart berdecak kesal menanggapinya, ada 5 orang berbadan besar dengan ukuran tubuh dua kali lipat darinya. Steve sadar tidak akan bisa berbuat banyak jika 5 orang itu benar ingin melakukan sesuatu padanya.

“Kalian, tunggu apa lagi? Cepat habisi sampah ini!” perintah Eric Daran pada kelima orang itu.

Kelimanya langsung mengelilingi Steve Hart, menutup jalannya agar tidak bisa kabur dari sana.

“Jangan salahkan kami, kami melakukan ini hanya untuk uang dengan junlah besar yang akan kami dapatkan,” ucap salah satu dari mereka.

Tepat setelah ucapan itu, kelima orang tersebut langsung bergerak menerjang Steve.

Steve Hart yang tidak memiliki ruang untuk menghindar apalagi lari, pada akhirnya harus menerima pukulan dari mereka.

Bukan hanya satu pukulan saja, melainkan beberapa kali dari banyak arah berbeda.

Pukulan menggunakan kepalan tangan demikian besar dari kelimanya, cukup untuk membuat Steve merasakan ada pergeseran tulang setiap kali pukulan tersebut menghantam.

Tidak butuh waktu lama sampai setiap pukulan tersebut berhasil membuat Steve jatuh ke tanah, membuatnya hanya bisa terkapar sembari terus mencoba melindungi bagian kepala.

Pikiran Steve Hart benar-benar kacau, dirinya tidak tau harus berbuat apa sebab pukulan harus terus-menerus  diterimanya bahkan walau dirinya sudah terkapar tidak bisa melawan.

Setelah cukup lama, kelima orang itu akhirnya berhenti mendaratkan pukulan mereka pada Steve.

“Tuan Eric, kami sudah membuatnya babak belur sesuai perintahmu," ucap salah satu dari kelima orang itu.

“Bagus, sekarang kalian hanya perlu menunggu aku menghabisinya sebelum mendapatkan bayarannya,” ucap Eric Daran sembari menghampiri Steve.

Eric Daran berjongkok di dekat tempat Steve terkapar, tidak lama kemudian, ia menjambak rambut Steve  untuk mensejajarkan pandangan mata mereka.

“Bagaimana? Apa kau sudah merasa cukup menderita sampai ingin memohon ampun?” tanya Eric Daran.

Steve Hart sempat diam tidak menanggapi ucapan Eric, setelahnya Steve melakukan sesuatu yang tidak ada orang di sana menyangka ia akan melakukannya.

“Cuihhh! Itu tanda permohonan ampunku," ucap Steve Hart setelah meludahi wajah Eric.

Ekspresi Eric berubah menjadi begitu geram, apa yang baru Steve lakukan benar-benar berhasil membuatnya amat marah.

“Bajingan, kau akan mati!” seru Eric Daran sembari tangannya meraih batu besar di dekat sana.

Eric Daran benar-benar ingin menghantamkan batu besar itu ke kepala Steve, tetapi belum itu terjadi, Callista sudah lebih dahulu menghentikannya.

“Hei, apa kau benar-benar ingin menghabisinya?” tanya Callista, wajahnya nampak khawatir.

Tentu saja bukan Steve yang Callista khawatirkan, melainkan masalah hukum yang mungkin akan menjerat karena ia ikut terlibat.

“Tentu saja aku akan menghabisinya, kau tidak lihat sampah ini baru saja berani meludahiku?"

“Bodoh, kau pikir kita akan lolos begitu saja setelah hal ini diketahui oleh polisi?” ujar Callista Cattegirn.

Eric Daran langsung tertawa keras, setelahnya berkata, “Kalau itu yang kau khawatirkan, maka tenang saja. Bukankah kita hanya harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membuat polisi bungkam?"

Perdebatan antara Callista dengan Eric benar-benar membuat Steve merasa muak, jika hanya karena uang keduanya berani tanpa ragu melakukan hal semacam ini padanya, maka Steve tidak keberatan untuk melakukan hal serupa.

“Uang? Kalian pikir hanya kalian yang punya?” gumam Steve Hart di tengah amarahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 8

    Setelah Callista berhasil membawa Steve menjauh dari rumah mewah keluarga Cattegirn, akhirnya tarikan tangannya pada lengan Steve dirinya lepas.Steve Hart melirik sekitarnya, itu merupakan jalanan dengan pepohonan di sisi kanan dan kirinya. Hampir tidak ada rumah lain, karena wilayah tersebut memanglah kawasan elit yang jarak antar rumahnya cukup jauh.Steve Hart yang telah mengetahui ada suatu hal buruk ingin dilakukan Callista padanya, langsung menaruh waspada karena hal tidak terduga bisa terjadi kapan saja.Benar saja, tidak lama dari balik salah satu pohon muncul seorang pria yang tidak lain merupakan Eric Daran.“Apa dirinya yang akan membantumu untuk membuatku menyesal?” tanya Steve Hart pada Callista.Callista hanya diam tidak menanggapi, di samping itu, Eric terus berjalan mendekat sebelum mengayunkan tinjunya pada Steve.Steve Hart yang sedari awal sudsh waspada, bisa menghindari pukulan itu cukup mudah, hal ini membuat Eric semakin gelap mata dengan terus mencoba mendaratk

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 7

    Agatha Cattegirn baru membuka mata ketika rasa pening mendera kepalanya, ia mencoba mengingat apa yang baru terjadi hingga dirinya bisa merasa seperti ini.“Apa kamu sudah merasa lebih baik?”Suara familiar terdengar, Agatha langsung menoleh untuk melihat siapa yang berbicara.Steve Hart tengah duduk di samping Agatha seraya mengemudikan mobil, ini membuat Agatha semakin bertanya-tanya terkait apa yang baru terjadi padanya."Kenapa kau ada di sini? Belum lagi ... bukankah sebelumnya sudah kukatakan, kalau aku belum bisa pulang sebab masih ada pesta penyambutan?"Steve Hart mengerutkan dahi, dirinya merasa penasaran apakah Agatha benar-benar tidak ingat tentang apa yang baru terjadi.“Maaf kalau aku lancang, tetapi aku terpaksa menjemputmu dari pesta penyambutan mahasiswa baru,” jelas Steve Hart, mewajarkan jika Agatha tidak ingat sebab alkohol berlebih yang telah dikonsumsinya.Belum lagi, Steve juga tidak yakin apakah Agatha masih akan menaruh kepercayaan padanya jika sadar sepenuhny

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 6

    "Ikut aku, kau pembuat ulah!" seru security bar sembari menarik lengan Steve."Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan!" Steve Hart mencoba memberontak untuk melepas cengkraman tangan security bar di lengannya, tetapi tidak berhasil sebab perbedaan tenaga mereka."Kenapa repot-repot melawan, sampah? Pergi saja sana, Agatha biar aku yang jaga," ucap Eric Daran dengan senyum seringai di wajahnya.Amarah Steve segera terpancing karena hal itu, dirinya mulai memikirkan cara melepas cengkraman tangan security agar dapat menghajar Eric yang telah berani lancang.Di tengah semua itu, sebuah suara familiar seorang wanita terdengar dan membuat segala kejadian yang tengah terjadi tiba-tiba terhenti."Ada apa ini ... Steve, kenapa kau ada di sini?" Agatha beberapa kali mengusap matanya yang nampak sayu, seperti kebingungan dengan apa yang tengah terjadi."Lepas!" seru Steve pada security bar, yang mana ini membuat security bar terkejut sehingga melepaskan cengkramannya.Di tengah itu semua, Eric me

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 5

    Melihat pesan munculnya misi, Steve Hart langsung mengemudikan mobilnya menuju arah Agatha pergi bersama teman-temannya.Meski Steve Hart menyalahkan Agatha akan situasinya di keluarga Cattegirn saat ini, tetapi Agatha bukanlah orang yang ikut memperlakukannya buruk bahkan beberapa kali mencoba melindunginya dari perlakuan tidak pantas keluarga Cattegirn.Kini Steve mengetahui ada hal buruk coba Eric dan teman-temannya yang lain ingin lakukan pada Agatha, tentulah Steve Hart tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja, terlebih Agatha merupakan istrinya.Tidak lama Steve Hart mengemudikan mobilnya, ia akhirnya berhasil menyusul Agatha yang ternyata memasuki sebuah bar tidak jauh dari Universitas Avebury.Bukan hanya mereka saja, tetapi banyak mahsiswa lain juga memasuki bar tersebut. Membuat alasan menghadiri penyambutan mahasiswa baru yang Agatha sempat sampaikan, terbukti benar.“Apa yang kau rencanakan, Eric?” gumam Steve Hart.Steve Hart bukan tidak tau kalau Eric menaruh rasa pada

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 4

    Siang menjelang sore harinya, Steve Hart sudah kembali ke rumah keluarga istrinya. Ia berlari dari halte bis untuk sampai di sana, membuat keringat bercucuran memenuhi dahinya."Sial, aku terlambat," gumam Steve.Di halaman depan rumah mewah tersebut, sudah terparkir mobil sedan yang biasa mertuanya gunakan, tanda mereka sudah sampai di rumah sekarang.Steve Hart sadar tidak ada gunanya menyesal. Jika memang harus menerima hinaan, maka hanya mencoba bersabar yang dapat dirinya lakukan.Steve baru memasuki rumah ketika di sofa ruang tamu, sudah ada wanita berusia 40-an tahun tengah membaca sebuah majalah, kebiasaan yang menurun pada Agatha, istrinya.Olivia Cattegirn, seorang wanita cantik yang tampak jauh lebih muda dari usia aslinya. Wanita yang sama juga merupakan ibu mertua Steve, salah satu orang yang juga bertanggung jawab membuat kehidupan Steve terasa begitu menyedihkan."Aku hanya meninggalkan rumah beberapa hari dan tebak apa?" tanya Olivia Cattegirn tiba-tiba.Steve Hart han

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 3

    Steve Hart terlalu terpaku dengan pesan yang masuk ke ponselnya hingga tidak menyadari perubahan ekspresi Callista, rona wajah wanita itu sudah amat merah tanda ia tengah sangat marah.Tidak cukup hanya dengan menyebutnya bajingan, kini Steve Hart bahkan berani berteriak tepat di hadapannya. Dua hal itu saja sudah cukup membuat Callista berang bukan main."Sampah, bicara apa kau barusan?!" seru Callista Categirn.Steve Hart tersentak, dirinya baru ingat jika Callista adalah seorang wanita yang tumbuh dengan memiliki segala hal tanpa perlu berjuang mendapatkannya.Percaya tidak percaya, hal ini membuat Callista menjadi sosok wanita yang paling tidak bisa tersinggung sedikit saja."Katakan kau ingin melakukan apa jika aku berbuat sesuatu pada ibumu, Sampah?! Jika hal itu benar aku lakukan sekalipun memangnya kau bisa apa?!" seru Callista dengan emosi meledak-ledak.Steve Hart baru ingin mengucapkan sesuatu ketika Callista tiba-tiba mengambil handohone dari sakunya, wanita itu nampak men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status