Compartilhar

Bab 9

Autor: ShenShen
last update Última atualização: 2025-10-15 12:20:56

Di tengah pertengkaran antara Callista dan Eric, Steve Hart berusaha bangkit dengan sisa tenaga yang masih ada.

Gerakannya langsung menarik perhatian Callista. Perempuan itu segera memberi tahu Eric, yang saat itu masih sibuk menjelaskan bagaimana uangnya bisa membuat mereka lolos dari jeratan hukum.

“Menurutmu, punya uang berarti bisa melakukan apa pun, ya?” suara Steve terdengar serak tapi tajam.

Eric Daran sempat terdiam, tapi wajah kagetnya segera berubah menjadi senyum sinis.

“Tepat sekali. Karena itu, sampah sepertimu sebaiknya tahu diri dan jangan cari masalah denganku.”

Steve Hart membalas dengan senyum miring yang membuat Callista dan Eric sama-sama terpaku.

“Kau gila?” tanya Callista Cattegirn dengan nada jijik.

“Kalau iya, kenapa? Lagipula, kewarasanku sudah lama hilang—sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di keluarga busuk Cattegirn-mu itu,” balas Steve, bahkan dirinya pun tak tahu dari mana keberanian itu muncul.

Wajah Callista langsung berubah masam. “Eric, lakukan sesuatu. Habisi dia! Atau cacatkan sekalian, aku tak peduli lagi soal konsekuensinya.”

Eric Daran mengangguk pelan, senyum bengis terlukis di wajahnya. Inilah yang ingin ia lakukan sejak awal, sebelum Callista mengintervensi.

“Sampah, ada kata terakhir sebelum kau mati?” tanya Eric sambil melangkah maju.

“Harusnya aku yang nanya itu,” balas Steve datar.

“Dia bahkan belum sadar posisinya,” dengus Eric kesal.

Steve tahu dirinya takkan mampu melawan Eric dalam kondisi sekarang, dan justru itu membuat tekadnya bulat untuk mengubah segalanya.

“Hey, kalian.”

Lima pria berbadan besar yang tadi menghajarnya menoleh.

“Berapa kalian dibayar buat semua ini?” tanya Steve tenang.

Mereka saling pandang, bingung dengan arah pertanyaannya. Begitu pula Callista dan Eric, sama-sama penasaran.

“Bagaimana kalau aku bayar dua kali lipat dari yang kalian terima—asal sekarang kalian balik hajar dia,” lanjut Steve sambil menunjuk Eric.

Kelima pria itu saling menaikkan alis, jelas tergoda.

“Omong kosong! Sampah sepertimu mana punya uang segitu!” teriak Eric Daran.

Steve tak menanggapi, ia hanya menatap kelima pria itu mantap.

“Lima ratus ribu dolar. Cukup buat kalian berpaling?” ujarnya datar, tanpa ragu sedikit pun.

Eric mendecak muak. Ia lelah mendengar ocehan omong kosong dari pria yang separuh tubuhnya sudah babak belur itu. Ia mengayunkan tinju untuk membungkam Steve—

Namun sebelum sempat kena, salah satu dari kelima pria itu menahan pukulan tersebut dan malah mendorong Eric sampai terjatuh.

“Kalian... apa yang kalian pikirkan?!” Eric teriak marah.

Kelima pria itu kini berdiri di depan Steve, membentuk barisan pelindung.

“Gila! Kalian benar-benar percaya omongan sampah itu bisa bayar?!” Eric tak percaya.

“Itu urusan kami. Siapa kau sampai bisa atur-atur kami?”

“Aku yang bayar kalian, dasar brengsek!” Eric meraung.

Kelima pria itu malah tertawa keras. Salah satu dari mereka menukas, “Kau kasih kami dua puluh lima ribu. Sedangkan dia nawarin lima ratus ribu. Menurutmu, kami bodoh?”

Eric tahu betul Steve Hart tak punya uang sebanyak itu, tapi entah kenapa rasa panik mulai menyergap.

“Lakukan saja! Nanti kalian menyesal sudah tertipu olehnya!”

Steve menghela napas panjang. Ironis—orang yang selalu membanggakan uangnya kini justru terpojok karenanya.

“Jadi, apa yang harus kami lakukan, bos?” tanya salah satu dari lima pria itu.

“Buat dia lebih menderita daripada aku,” jawab Steve dingin.

“Tapi... kau benar-benar punya uangnya, kan?”

“Lakukan saja. Kalau aku tak bayar, terserah kalian mau apakan aku.”

Tanpa banyak bicara lagi, kelimanya langsung mengurung Eric, posisi yang sama persis seperti saat mereka dulu menghajar Steve.

“Sialan! Aku, Eric Daran, takkan biarkan ini!”

“Diam. Dan gigit gigi itu.”

Tinju-tinju keras segera mendarat bertubi-tubi. Eric meraung, tubuhnya membentur dinding, terseret, lalu tersungkur.

Steve hanya menatap datar, matanya kosong tanpa emosi. Dalam hatinya, ia menikmati setiap detik penderitaan Eric—rasa puas yang selama ini ia tunggu.

“Bos, cukup?” tanya salah satu dari mereka.

Eric sudah tergeletak lemas, nyaris tak mampu bangkit.

“Sampah... kau akan menyesal...” erang Eric pelan.

Steve menaikkan sebelah alis. Ia sebenarnya sudah mau menghentikan semuanya, tapi ucapan Eric membuatnya berubah pikiran.

“Urus mulutnya. Aku tak ingin dengar ocehan bodohnya lagi.”

“Baik, bos.”

Tinju kembali menghujam. Gigi Eric mulai berjatuhan satu per satu, darah mengucur dari mulutnya.

“Cukup... ampun,” ucap Eric akhirnya, separuh sadar.

Steve mengangkat tangan, memberi isyarat untuk berhenti. Meski dendam, dia tetap tahu batasnya.

“Ada perintah lain, bos?” tanya mereka.

Steve diam sejenak, matanya beralih pada Callista yang berdiri terpaku dengan wajah pucat.

“Kau... jangan macam-macam denganku!” Callista berteriak panik.

“Aku hanya mengikuti permainanmu. Salah?” jawab Steve tenang.

“Bajingan, tunggu saja kau—”

Callista langsung berbalik dan kabur menuju kediaman Cattegirn. Ia tahu, jika tetap di sana, nasibnya mungkin tak akan seberuntung Eric.

“Perlu kami kejar?” tanya salah satu pria besar.

“Tak perlu. Masih ada waktu lain.”

Steve kemudian mengambil ponselnya dan mentransfer uang yang ia janjikan. Kelima pria itu mengecek dan tersenyum puas—ternyata Steve benar-benar menepati ucapannya.

[Misi selesai. Dana yang digunakan Host untuk keperluan misi: $500,000. Sebagai hadiah, Host akan menerima dua kali lipat jumlah tersebut.]

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 70

    Olivia Cattegirn terus memaksakan pendapatnya bahwa Steve Hart harus segera diusir dari rumah, dia berencana membuat seluruh anggota keluarga setuju dengan gagasannya.“Saudara Olivia, bukankah mengusir orang yang sudah membantu kita agak… gimana gitu?” Phillip Cattegirn sedikit menentang usulan Olivia, dia merasa keluarganya tak se-ingkar itu sampai harus melakukan hal itu.“Phillip, kalau begitu kamu ada saran lain yang lebih baik dari milikku?” tanya Olivia.Phillip terdiam sejenak, kemudian mengeluarkan pendapatnya, “Kenapa kita nggak tanya dulu kenapa dia pura-pura selama ini? Kalau memang dia orang yang punya status tinggi, bukankah lebih baik untuk keluarga kita kalau tetap kita pertahankan dia?”Beberapa anggota keluarga Cattegirn setuju dengan apa yang dikatakan Phillip. Mereka merasa lebih baik punya Steve Hart sebagai menantu daripada menjadikannya musuh.Menurut mereka, Steve Hart terlalu berbahaya jika punya dendam pada mereka. Apalagi, Steve Hart adalah orang yang bahkan

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 69

    Setiap anggota keluarga Cattegirn menatap Steve Hart dengan penasaran, ingin tahu apa yang akan dikatakannya sampai berani mengabaikan ucapan Jason.“Sejujurnya, aku sudah dengar percakapan kalian….”Semua anggota keluarga langsung angkat alis, penasaran dengan apa yang dipikirkan Steve.Berbeda dengan keluarganya, Agatha lain. Dia menatap Steve dengan rasa bersalah, merasa tidak enak Steve harus mendengar semua itu meski Steve sudah melakukan banyak hal untuknya dan keluarganya.“Bagus kalau kamu dengar, bakal lebih gampang,” kata Jason tanpa rasa bersalah.Olivia mengangguk puas, senang suaminya langsung ke inti masalah, tujuannya cuma satu: melihat Steve keluar dari rumahnya.Mendengar ucapan Jason dan dukungan keluarga terhadapnya, Steve sadar benar bahwa keluarga istrinya memang tak ingin dia tinggal di sini.Namun, Steve Hart tetap memutuskan untuk mencoba membersihkan kesalahpahaman, meski penjelasannya mungkin tidak akan didengar oleh keluarga besar istrinya.“Aku cuma ingin b

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 68

    Steve Hart berusaha tetap tenang saat setiap anggota keluarga istrinya terkejut dengan kedatangan Derek. Steve lebih memilih meneliti file yang dibawa Derek, sengaja begitu untuk membuat semua orang penasaran.Beneran, Jason, Olivia, dan semua anggota keluarga Cattegirn langsung penasaran melihat file yang dipegang Steve. Mereka melihat Derek sendiri yang membawa file itu, jelas ini bukan sembarang dokumen.Jason Cattegirn, yang tak tahan rasa ingin tahunya, akhirnya bertanya, “Tuan Derek, boleh tahu file apa yang Anda kasih ke menantu saya?”Derek Mitchell cuma menatap Jason sebentar, lalu menoleh ke arah lain, tak tertarik menjawab kecuali Steve yang memintanya.Menyadari Derek mengabaikan Jason, Steve langsung ambil inisiatif jelasin isi file itu, “Ayah, file ini-”“Siapa yang kasih izin bicara? Aku nggak nanya ke kamu, menantu tak guna!” Jason memotong, tak mau dengar apapun dari Steve.“Suamimu benar, lebih baik diam! Jangan sok berani ngomong kalau nggak diminta!” Olivia langsun

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 67

    Steve Hart berusaha tetap tenang saat setiap anggota keluarga istrinya terkejut dengan kedatangan Derek. Steve lebih memilih meneliti file yang dibawa Derek, ia sengaja begitu untuk membuat setiap anggota keluarga istrinya penasaran.Memang benar, Jason, Olivia, dan seluruh anggota keluarga Cattegirn langsung penasaran melihat file yang dipegang Steve. Mereka melihat sendiri Derek yang membawa file itu, membuat mereka yakin itu bukan file biasa.Jason Cattegirn, yang tak bisa menahan rasa ingin tahunya, akhirnya bertanya, “Tuan Derek, boleh saya tahu file apa yang Anda berikan pada menantu saya?”Derek Mitchell hanya menatap Jason sebentar, lalu menoleh lagi, tak tertarik menjawab pertanyaan Jason kecuali Steve yang memintanya.Menyadari Derek mengabaikan kata-kata Jason, Steve Hart mengambil inisiatif menjelaskan isi file itu, “Ayah, file ini-”“Siapa yang memberi izinmu bicara? Aku tidak menanyakan padamu, menantu tak guna!” Jason memotong pembicaraan Steve, ia tak mau sedikitpun me

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 66

    Setelah menghina Steve Hart, Olivia Cattegirn, ibu mertua Steve, menarik tangan Steve ke suatu tempat.Steve hanya mengikuti kemana Olivia menariknya, sebelum melihat Agatha beserta seorang pria berusia sekitar 60 tahun duduk bersama di meja makan.Agatha Cattegirn terkejut mengetahui Steve Hart sudah kembali. Ia menyesal, dari sekian banyak kesempatan, kenapa Steve Hart malah pulang ketika suasana rumahnya begitu penuh dengan keluarga.Agatha khawatir Steve Hart akan menerima banyak hinaan di sana. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa.Jason Cattegirn, pria yang duduk di samping Agatha, menatap Steve Hart dengan tajam, penuh otoritas.Steve Hart hanya membungkuk di depan Jason, pria yang adalah ayah mertuanya, yang selalu tidak suka orang menatap matanya.“Aku dengar dari istriku, kamu sering keluar akhir-akhir ini?” Jason bertanya dingin.“Aku keluar karena ada urusan, Ayah,” Steve Hart mencoba menjelaskan.Jason Cattegirn menatap Steve dengan wajah tak senang, “Urusan apa yang bisa d

  • Aku Bukan Pecundang!   Bab 65

    Setelah urusannya dengan Foster Construction selesai, Steve memutuskan kembali ke rumah untuk memberitahu kabar baik pada warga lingkungan.Mereka menyambut berita yang dibawa Steve dengan penuh rasa syukur, bahkan mereka berterima kasih karena Steve bersedia membantu hingga masalah di lingkungan mereka selesai total.Bagi mereka, Steve adalah pahlawan. Banyak warga setempat datang ke rumah Steve untuk mengucapkan terima kasih dan memberi hadiah.Beberapa bahkan datang membawa uang sebagai tanda terima kasih, yang tentu saja tidak banyak mengingat sebagian besar mereka hidup pas-pasan. Namun, Steve tegas menolak semua hadiah karena ia tahu uang itu jauh lebih dibutuhkan oleh mereka.Steve paham, masyarakat sekitar hidup jauh dari kata kaya. Maka dari itu, Steve hanya mau menerima ucapan terima kasih, bukan hadiah mereka.Pagi itu, Steve sudah berdandan rapi, bersiap untuk pergi. Ia sudah beberapa hari tinggal di rumah ibunya, dan harus segera kembali ke rumah keluarga istrinya.“Anakk

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status