Lima bulan kemudian.
***"Aduh. Pusing," ujar Tari. Perempuan itu tampak frustrasi dengan pekerjaan yang ada di hadapannya. Duduk pada bayang yang ada di depan kontrakan Nada, lalu menyandarkan punggung pada dinding dan kepala mendongak, mulutnya tampak terbuka dengan lebar.Reno yang kebetulan baru keluar melihat kelakuan adiknya itu mengulum senyum. Dia sedikit menyesap teh yang baru saja dibuatnya itu. Setelahnya dia melompati pagar dan ikut duduk di samping adiknya."Ngapin kamu?" tanya Reno yang berhasil mengejutkan Tari. Ingin sekali dia tertawa jika tidak sedang menikmati tehnya.Entah apa yang membuat Tari pikirannya penuh sampai kakaknya datang saja dia tidak tahu. Tari memukul pundak kakaknya dengan menggerutu. "Kakak mah ngagetin aja. Tari lagi pusing juga.""Kamu kenapa sih emang?" Reno mengangkat dagu menunggu jawaban sang adik."Ini nih." Tari menjawab dengan menunjuk ke arah laptop yang ada di hadapannya.Kedatangan mobil ke rumah Pak Baron tentu saja mendapat perhatian dari beberapa warga yang ada di sekitar sana. Aduh. Kebetulan sekali ada si biang gosip lewat bersama anak dan cucunya. Pandangannya langsung tertuju pada mobil Aska dengan ekspresi yang sangat ingin tahu."Kayak kenal tuh mobil," ujarnya dengan senyum mengembang."Ada apa sih, Bu?" tanya Safira yang baru sadar kalau ibunya tak melanjutkan perjalanan.Pandangan Bu Susi masih mengarah pada mobil di halaman rumah Pak Baron. Dia berujar, "Itu tuh. Mobilnya kayak kenal. Kayak pernah lihat gitu." Tangannya menunjuk ke arah mobil di depan sana.Safira ikut menoleh dan memerhatikan apa yang dikatakan oleh ibunya. "Itu, kan mobilnya Pak Aska," ujarnya kemudian. Ya. Dia memang sering melihat jika pemilik perusahaan itu berkunjung ke perusahaannya."Aska? Atasan kamu?" Bu Susi melihat putrinya mengangguk."Berarti saudaranya pria yang dulu mau nikahi Nada tapi nggak jadi kar
Nada dan Salsa baru saja pulang dari tempatnya bekerja. Mereka masih bekerja di tempat yang sama yaitu rumah makan. Tampak Salsa yang menaik turunkan alisnya beberapa kali ketika mereka hampir sampai di kontrakan. Pasalnya, mereka sudah melihat keberadaan mobil Aska yang terparkir di sana.Salsa menyenggol lengan Nada dengan wajah penuh ejekan. "Cie, udah diapelin aja tuh."Nada menyembunyikan wajah malunya. Entah kenapa akhir-akhir ini dia selalu malu sendiri kalau diejek mengenai Aska. "Apaan sih, Sal? Kak Aska datang itu karena kita mau ke rumah sakit sebab bapak aku hari ini, kan sudah boleh pulang." Nada menjelaskan pada sahabatnya.Tampak wajah bahagia Nada yang terlihat sangat jelas. "Aku seneng banget dengan kondisi keluarga aku sekarang. Akhirnya kita bisa kumpul lagi nggak terpisah kayak kemarin." Dia menggenggam kedua telapak tangan dan menempatkannya di bawah dagu.Tampak ekspresi Salsa yang kali ini berubah menjadi murung. Seperti ad
Suara tawa terdengar dari karyawan Reno yang sedang menangani mobil Rina. Pria itu merasa senang dan juga lucu dengan kalimat polos yang diucapkan oleh gadis kecil yang tak lain adalah anak dari perempuan yang bosnya sukai.Sedangkan Reno sendiri langsung merasa malu dan salah tingkah. Lagi, dia melempar lap kotor yang ada di sampingnya pada sang karyawan kala pegawainya itu terus menertawakannya. Tampak pria itu yang mengalihkan pandangan tak ingin menatap Rina.Sedangkan Rina sendiri mengerutkan kening kala mendengar kata-kata putrinya. Dia sedikit menoleh ke arah Reno dan melihat pria itu yang menggaruk belakang kepalanya sembari menghindari pandangan darinya.Rina menatap putrinya kembali. "Benar Om Reno bilang gitu?" tanyanya kemudin.Zahra mengangguk beberapa kali. "Iya. Om Reno tanya sama Zahra. Katanya, Om Reno pengen jadi papanya Zahra. Kira-kira boleh nggak kalau Om Reno jadi papanya Zahra? Gitu." Zahra menceritakannya dengan detail pada sang mama.Rina mengangguk. Dia pun me
"Rina! Zahra!" Belum juga berhenti motor yang dia kendarai, Reno sudah berteriak memanggil nama dua wanita yang kini masuk dalam kehidupannya. Pria itu menunjukkan ekspresi bahagia yang sangat kentara sekali.Sedang Rina dan Zahra yang baru saja dipanggil langsung menoleh. Mereka sama-sama merasa heran dengan sikap Reno. "Itu Papa, Ma." Ya. Zahra menyetujui keinginan Reno agar dia memanggil pria itu dengan sebutan papa."Kenapa itu?" Rina bertanya dengan penasaran. Mereka pun memutuskan untuk menunggu sebelum memasuki mobil. Memang, saat ini Rina baru saja menjemput putrinya pulang sekolah.Reno segera menurunkan standart motornya dan berlari mendekati Rina juga Zahra. Napasnya memburu seperti baru saja lari. Padahal, kan naik motoor. "Ada apa? Kenapa kamu seperti baru dikejar hantu begitu?" Rina bertanya dengan kerutan di kening yang sedikit terlihat.Reno masih tersenyum dan berusaha mengendalikan napasnya yang tidak beraturan. "Rina. Keluarga aku akan melamar kamu secepatnya. Jadi,
Aska memarkirkan mobilnya di depan rumah makan di mana Nada bekerja di sana. Pria itu sudah memikirkan hal yang akan dia lakukan sejak beberapa hari lalu. Lebih tepatnya sejak dia menjanjikan sesuatu pada Nada.Sedang rumah makan itu baru saja melakukan pergantian shif para pegawai. Nada dan Salsa yang memang kali ini masuk shif pagi akan langsung pulang."Masih nggak nyangka kalau Kak Reno akan menikah dengan mantan istri pria yang menipu kamu dulu," ujar Salsa pada Nada. Kali ini mereka sedang mengambil tas di loker masing-masing."Ya yang namanya juga jodoh. Kan kita nggak ada yang tahu, Sal." Nada mengambil tas miliknya. "Yuk pulang."Salsa mengangguk. Akan tetapi ada yang berbeda dari ekspresinya. Nada yang melihat itu mengerutkan kening. "Kamu kenapa?" tanyanya kemudian.Tatapan Nada memicing. "Jangan bilang kalau kamu bersedih karena Kak Reno akan bertunangan dengan orang lain?" Nada mencoba menebak.Tiba-tiba saja Salsa menoleh dengan ekspresi penuh kesedihan. Dia seperti ingi
"Nada nggak nyangka kalau yang pegang tulisan tadi kalian," ujar perempuan itu ketika Aska mengajaknya untuk menepi setelah acara lamaran tadi. Kini, mereka berkumpul di dekat tenda yaang sebelumnya dia lihat waktu pertama ke sini. Ternyata itu adalah tenda-tenda milik keluarganya. Rencananya mereka akan menginap di sini semalam. Semua tersenyum melihat kepolosan Nada. Nada menyenggol lengan Salsa yang duduk di sampingnya. "Kamu juga ternyata ikutan. Tadi kayak yang nggak tahu apa-apa." Salsa hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya. "Ya maap, bestie. Ini hanya mengikuti arahan komandan." Dia berujar dengan menunjuk Aska menggunakan ibu jarinya. Nada menatap Aska. "Kapan Kakak bilang sama orang tua aku? Kok aku nggak pernah tahu? Aku pikir malah mereka belum tahu." "Ya kali Kak Aska mau ngelamar nggak izin kita dulu, Kak. Bisa-bisa ditendang dia sama Bapak," ujar Tari yang mengu
Pagi-pagi sekali di rumah Bu Mila sudah tampak ramai dengan beberapa ibu-ibu yang berkumpul. Mereka adalah para tetangga samping rumah yang dimintai tolong untuk membuat jajanan oleh Bu Mila. Semua jajanan yang nantinya akan dibawa ke rumah Rina sebagai hantaran acara lamaran dari Reno yang akan dilaksanakan nanti malam.Tentu saja perkumpulan ibu-ibu pastinya tidak jauh dari yang namanya gosip. Topiknya masih sama, masih hangat yaitu tentang Safira di mana anak yang selama ini dilahirkannya ternyata bukan anak kandung dari suaminya saat ini."Masih nggak nyangka ya ibu-ibu kalau anaknya itu bukan anak dari suaminya sendiri." "Iya loh. Saya sampai terkejut kemarin itu. Apalagi melihat kehebohan beberapa waktu lalu itu." Tangannya tak tinggal diam."Yang tidak disangkanya lagi Safira malah minta tanggung jawab sama Reno. Kan lucu, ya." Semua ibu-ibu yang ada di sana pun tertawa ketika mengingat malam itu.Ya. Malam di mana Safira meminta pertanggungjawaban dari Reno, tentu saja hal it
"Kamu yakin nggak mau bareng Kakak?" tanya Rina pada Nada. Dua orang itu baru saja dari butik untuk mengambil pakaian yang mereka pesan untuk acara pernikahan antara Rina dan juga Reno.Membayangkan hubungan mereka sebelumnya dan sekarang rasanya sedikit aneh. Namun, semua harus berubah bukan? "Itu barang bawaan kamu banyak banget loh," ujar Rina sekali lagi dengan menunjuk ke arah beberapa paperbag yang dibawa oleh Nada.Nada tersenyum. Dia menggeleng." Nggak papa kok, Kak. Habis ini ada Kak Aska yang menjemput," ujar Nada dengan malu-malu.Mendengar hal itu langsung saja Rina tersenyum. Dia memberikan tatapan menggoda ke arah Nada. "Pantas saja nggak mau bareng kakak. Sudah ada yang mau jemput toh ternyata."Nada semakin malu. Dia menunduk menghindari pandangan dari calon kakak iparnya ini. Tak lama, sebuah mobil berhenti di depan Rina dan juga Nada. "Hem. Sudah datang rupanya."Seorang pria keluar dari mobil yang baru saja berhenti. Di