Home / Rumah Tangga / Aku Bukan Pembantu Kalian / Nasi Goreng Dari Kulkas

Share

Nasi Goreng Dari Kulkas

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2022-06-23 07:12:20

Nasi Goreng Dari Kulkas

"Aww sakit!"

Terdengar teriakan Mbak  Sarah pagi ini, saat aku tengah menyapu di teras. Berarti kejutan pertamaku sudah sukses.

"Apaan sih Ma? Pagi-pagi udah teriak, ini si Desta jadi kebangun lho! Gangguin tidur papa saja sih!" ucap Mas Rusli kesal.

Haduh jam tujuh kok katanya masih pagi sih? Dasar pemalas kerjaannya cuma makan dan tidur saja!

"Kamu tuh Pa, bukannya nolongin malah marah-marah! Siapa sih yang naruh popok penuh ini di depan pintu? Kan aku jadi kepleset, sakit tau!!"

"Paling juga kamu sendiri, Ma. Udah ah nih si Desta aku mau tidur lagi!" ucap Mas Rusli.

Mendengar ucapan pria benalu itu aku langsung masuk ke dalam.

"Mas Rusli ini sudah siang loh, masak mau tidur lagi? Nggak capek seharian tiduran mulu? Jangan tidur lagi dong, tuh dari tadi di cari Mas Johan, ada kerjaan katanya. Temui sekarang sana, keburu suamiku itu berangkat ke kantor!" Mataku kali ini membulat sempurna ke arahnya.

Dan ternyata dia langsung menuruti permintaanku, walau dari raut wajahnya tetap terlihat ogah-ogahan. Emang gua pikirin! Masak iya suamiku yang harus ngalah terus. Aku pun akan kembali melanjutakan acara menyapu lantai teras yang sempat tertunda tadi.

"Eh, Rin! Mau kemana kamu? Pasti kamu 'kan yang menaruh popok bekas pakai ini di sini?" tuduh Mbak Sarah, yang hanya kujawab dengan gelengan kepala.

"Halah ngaku saja kamu, kalau bukan kamu siapa lagi yang usil kayak gini di rumah ini! Sudah cepat bersihkan ini, gara-gara kamu pinggangku jadi sakit nih karena tadi kepleset," perintahnya tanpa sungkan kepadaku.

"Duh kasihan banget sih kamu Mbak, pagi-pagi sudah kepleset. Malas ah, sono bersihin sendiri!" 

"Ihhh dasar kamu! Pasti kamu 'kan yang sudah sengaja menaruh ini di depan pintu agar aku kepleset? Jahat banget sih kamu!"

"Kalau iya emangnya kenapa? Mau marah? Atau mau ngadu ke Mas Johan? Emang gua pikirin!" ucapku sambil berbalik arah, "ingat ya Mbak Sarah tercinta, mulai hari ini jika ku lihat banyak diapers kotor berserakan di lantai, maka akan kupastikan setiap bangun pagi kamu akan kepleset, hehehe. Udah ah aku mau nyapu dulu, keburu debunya masuk lagi!"

"Eh eh eh terus ini gimana popoknya? Sana sekalian kamu buang keluar!" 

"Buang saja sendiri, punya tangan dan kakikan? Atau biarin saja menumpuk di situ, biar jadi jimat penjaga kamar!" kataku sambil berlalu pergi, saat ku lirik akhirnya Mbak Sarah pun mengambil dan menaruhnya di tempat sampah.

"Nah gitu dong! Semua tinggal pakai saja kok masih malas buang kotorannya!" teriakku dari luar.

Di luar Mas Johan dan Mas Rusli masih saja berbincang.

"Mas sudah pukul tujuh seperempat lho ini, katanya tadi mau ada meeting pagi-pagi di kantor?" ucapku.

"Iya bentar lagi Dek, kau kan sudah siap tinggal langsung masuk mobil dan berangkat deh," jawab suamiku sambil tersenyum.

Betapa bahagianya aku, tadi saat bangun tidur melihat keadaan rumah masih seperti kapal pecah, berarti semalam suamiku itu menuruti keinginanku. Padahal biasanya jika aku tak mengerjakan pekerjaan rumah, maka dialah yang akan melakukan semuanya.

"Kamu ngomong panjang lebar kayak gitu, terus Mas Rusli akhirnya mau kerja gitu?" tanyaku kemudian.

"Belum Dek, nanti aku akan carikan pekerjaan lain," jawab Mas Johan singkat.

"Benarkan apa kubilang, sampai lebaran kambing juga Mas Rusli tak akan mau bekerja. Toh meski nggak kerja semua kebutuhan keluarganya sudah terpenuhi, betul begitu kan Mas Rusli?" Kali ini aku menatap tajam iparku itu.

"Bukan begitu Rin, aku juga sebenarnya ingin sekali bekerja dari dulu. Tapi ya pekerjaannya yang cocok untukku gitu," jawab Mas Rusli lirih.

"Terus  pekerjaan yang cocok untuk kamu itu apa Mas Rusli? Jadi bos? Atau jadi kontraktor lagi,  gitu?" 

Kali ini pertanyaanku tak mendapat jawaban dari dua lelaki itu.

"Memang dasarnya saja kamu nggak pingin kerja Mas. Karena sudah terlanjur enak tinggal di sini. Kalau memang Mas Rusli niat kerja, pasti kerjaan apapun akan di lakukan asal halal. Bukan malah kayak gini, dengan alasan kerjaanya nggak cocok, malah tiap hari kerjaanya malas-malasan saja di rumahku!" Kali ini aku sungguh tak bisa merendahkan suaraku.

"Sudah...sudah Dek. Hari ini aku akan carikan kerjaan untuk Mas Rusli. Aku berangkat dulu ya, sudah siang nih. Asalamualaikum," ucap Mas Johan sambil mencium keningku.

"Ya sudah kamu hati-hati ya Mas. Dan ingat waktunya tinggal hari ini saja. Waalaikumsalam," jawabku sambil mencium punggung tanganya.

Kemudian mobil suamiku itu pun melaju meninggalkan pekarangan rumah. Saat aku berbalik arah, ternyata Mas Rusli sudah tak ada lagi di sana. Benar-benar nggak ada akhlak nih orang. Lalu aku pun juga masuk, untuk siap-siap berangkat ke toko.

Melihatku yang telah siap berangkat, Mbak Sarah pun kemudian berkata,

"Loh Rin, kamu sudah mau berangkat ke toko? 'Kan kamu belum masak untuk sarapan kami? Lagian kamu nyapu kok ya cuma di teras saja, di dalam kan belum di bersihkan semua."

Ku tarik nafas panjang, agar aku bisa menahan emosi lagi menghadapi wanita tak tahu diri ini.

"Mbak Sarah 'kan bisa nyapu dan membersihkan semua ruangan ini sendiri. Yang membuat kotor ini kan juga keluargamu Mbak, masak iya aku yang harus membersihkannya. Kalau Mbak Sarah malas membersihkanya dengan alasan capek karena telah mengurus Desta, ya sudah biarkan saja semua tetap begini, paling juga besok lalat dan belatung akan menemanimu di sini," ucapku enteng.

"Kamu kok sekarang tega banget sih sama aku Rin? Padahal aku loh yang dulu membantu....." belum sempat Mbak Sarah menyelesaikan kalimat, aku sudah memotongnya.

"Cukup Mbak aku tahu kata-kata andalanmu, dan kini sudah tak mempan untukku. Dari pada banyak ngomong mending kamu bersih-bersih kan, jadi nanti pas anakmu bangun lantai sudah bersih. Sudah ah, aku mau berangkat ke toko dulu," ucapku sambil berjalan keluar.

"Tunggu Rin! Terus kamu kalau nggak masak, kami hari ini makan apa dong? Mana kami nggak pegang uang sama sekali!" Mbak Sarah menghampiriku ke teras.

"Tenang saja Mbak, aku sudah menyiapkan makanan untuk kalian hari ini kok, aku tak setega yang kau kira. Di kulkas ada tiga bungkus nasi goreng, kebetulan semalam Mas Johan pulang membeli itu untuk kalian

 Karena kalian semalam sudah tidur jadi nasi goreng tersebut akan jadi menu sarapan pagi kalian," kataku sambil tersenyum.

"Kok nasi gorengnya kamu taruh di kulkas sih Rin? Kan jadi keras, nggak enak tahu di makan!" Protesnya.

"Halah tinggal anggetin sebentar juga sudah siap di makan kok, manja banget sih. Lagian kalau semalam nggak kumasukik kulkas, takutnya basi, atau malah menjadi santapan tikus di dapur, dan akhirnya malah kalian pagi ini akan gigit jari tak ada makanan sama sekali," ujarku dengan senyum.

"Iya deh aku angetin habis ini. Terus untuk makan siang kami makan apa dong Rin? Atau bagi duit lah, biar nanti kami  pesan makanan online!" rengek Mbak Sarah tanpa malu-malu.

"Enak aja mau minta duit terus! Kan masih ada tiga mie instant di dapur, di kulkas juga masih ada dua telur dan sayuran. Beras juga banyak tinggal colokin listrik mateng. Apa sih susahnya semua tinggal ambil kok."

"Aduh ribet banget deh Rin, harus masak sambil momong."

"Terserah Mbak Sarah aja, kalau malas ya nggak usah masak, kok repot sih! Sudah ah aku ke toko dulu, sekalian mau beli sarapan nih, soto daging Pak Marto yang mantap itu..Assalamualaikum Mbak Sarah."

Tanpa menunggu jawabannya segera ku lajukan motorku menuju toko.,

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Sebuah Keputusan

    Part 57Semoga Tak Ada Masalah Lagi (Ending)"Aku akan melakukan apa yang kamu mau, jika memang itu bisa mengembalikan rumah tangga kita. Karena aku memang bersalah. Tetapi kamu harus tetap tahu jika hanya kamu wanita yang selalu ada dalam hatiku ini."Beberapa saat aku masih terdiam dengan ucapan dari Mas Johan itu. Rasa sakit hati itu nyatanya terus saja menggerogoti rasa ini."Oke. Sekarang pergilah Mas. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. Entah sampai kapan aku bisa kembali mempercayai kamu. Selama kita tak tinggal satu rumah lagi, aku mohon kamu sama Sekali tak menganggu hidupku dan jangan menunjukkan wajahmu di depanku lagi." Tetap itu yang memang aku inginkan dari tadi.Mas Johan nampak menarik nafas dalam-dalam saat ini, kemudian dia pun menjawab."Baiklah Dek, jika memang sudah menjadi keputusan kamu, maka aku akan menuruti semuanya. Aku Akan selalu mencintai kamu dan memperbaiki kesalahan. Berpisah sebentar aku tak mengapa, asal tak selamanya berpisah dengan kamu. Semoga

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Akhirnya

    Part 55Akhirnya "Biarlah, aku tak peduli lagi dengan Mila. Bagiku saat ini hanya kamu yang paling penting, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Tolong Dek." Mas Johan terus saja merengek saat ini, kami berdua pun saat ini saling menangis.DORRRSuara tembakan itu sontak membuat kami berdua yang sedang bersitegang langsung terdiam."Bunyi tembakan dari mana itu Dek?" Mas Johan yang pertama kali langsung bereaksi."Sudah kubilang bukan jika saat ini polisi telah berada di rumah Mila. Berarti----"Bagai sebuah komando, kami berdua pun langsung beranjak dan pergi menuju ke rumah Mila. Mas Johan menggandeng tanganku saat ini, dan entah kenapa aku yang tadi sedang marah pun tak mengapa jika saat ini dipegang oleh suamiku itu.'Astaghfirullah aladzim! Semoga semua baik-baik saja!' gumamku terus sambil berdoa dalam hati.Siapa sih yang tidak langsung panik jika mendengar suara tembakan? Apa lagi aku tau jika disana ada Mbak Sarah, Desta, Dewi dan juga Desi. Pasti saat ini keponakanku itu j

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Pergilah Dariku

    Part 54Pergilah Dariku[Mas, jadi kamu masih tidur di rumah Mbak Sarah? Ketemuan yuk! Aku kok rasanya sudah nggak kuat lagi ingin bersatu dengan kamu. Selama ini kita hanya melakukan hal itu lewat video saja. Yakin deh jika secara langsung pasti akan lebih nikmat. Dijamin pasti kamu akan ketagihan deh. Karena aku akan melayani kamu lebih baik dari pada si Rini itu.][Mas, kamu kok nggak balas chat aku sih? Ngapain sih kamu itu masih terus mencoba setia pada Rini. Ayo lah Mas, kamu itu lebih pantas dengan aku dari pada Rini yang jelek itu!]Membaca pesan dari sahabatku pada suamiku itu sungguh membuat darahku mendidih. Coba saja posisikan diri kalian menjadi aku, apa yang akan kalian lakukan? Ya, aku pun begitu, saat ini rasanya saat ini juga aku ingin marah semarah-marahnya pada Mas Johan. Bahkan sekarang juga aku ingin menghajar Mila hingga wanita cantik itu menjadi tak berbentuk lagi. Saking marahnya aku. Karena dia telah menusuk dari belakang dan menghianati kepercayaanku.Tetapi

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Akan Segera Berakhir

    Part 53Akan Segera BerakhirSengaja aku memang tak mengatakan semua ini pada Mas Johan, karena aku sangat yakin jika dia tak akan pernah mempercayai hal ini. Begitupula dengan Mbak Sarah, dia pun menyarankan jika tak perlu mengatakan semua ini dulu pada Mas Johan."Lalu menurut kamu, langkah apa yang kini harus kita Ambil? Aku ingin Desta segera kembali ke pelukanku Sin. Aku takut kedua setan itu akan mencelakai dia!"Aku dan Mbak Sarah kini berada di dalam kamar dan kunci kami tutup dari dalam. Agar Mas Johan tak bisa mendengarkan apa yang sedang kami perbincangankan."Aku pun sebenarnya bingung Mbak, kalau kita langsung mendatangi rumah si Mila. Tetapi aku takut nanti malah mereka tahu dan membawa Desta pergi Mbak. Mereka itu sepertinya sudah sangat nekat sekali. Apa pun akan bisa mereka lakukan Mbak."Saat ini aku memang tak tahu apa yang harus dilakukan. Rasanya serba salah semuanya. Apa lagi saat ini hatiku pun terbagi antara keselamatan Desta dan kecurangan Mas Johan. "Begini

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Terlalu Jahat

    Part 52Terlalu Jahat"Kamu jahat Mas! Cepat kembalikan Desta! Jika sampai terjadi sesuatu pada dia, aku pastikan kamu akan kembali membusuk di penjara!"Mbak Sarah semakin meradang, sekarang semua sudah jelas. Yang sedang menelepon Mbak sarah saat ini adalah Mas Rusli, lelaki yang sama dengan yang semalam berbincang dan kurasa dia pula yang membuat tanda merah di leher Mila itu."Siapa?" Mas Johan dengan amat polosnya menanyakan hal itu pada Mbak Sarah dengan suara yang amat lirih.Beberapa saat Mbak Sarah menatap wajah adiknya itu. Tetapi kemudian dia kembali memalingkan muka tanpa memberi jawaban. Rasanya itu sebuah pertanyaan yang tak lagi perlu dijawab. Aku pun tak mau ambil pusing dan terus berusaha menajamkan telinga."Hahaha! Sarah-sarah kamu ini memang bodoh sekali! Baru tahu ya jika aku ini memang jahat? Hahaha! Jika kamu melaporkan aku ke polisi, maka aku tak akan segan-segan menyakiti Desta!" Mas Rusli kembali mengancam. Semakin yakin aku jika saat ini ternyata Mila itu

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Saling Berhubungan

    Part 51Saling Berhubungan"Yang sabar ya Mbak!" Satu hal lagi yang kurasa janggal pada Mila. Pada leher janda cantik itu ada dua tanda merah, yang tadi sore aku belum melihatnya. Bukankah dia sendirian tadi? Ah apa mungkin tanda itu buatan Mas Johan? Atau mungkin ---?"Mas Rusli itu jahat sekali Mil." Suara Mbak Sarah terdengar amat menyedihkan."Kamu yang sabar ya Mbak. Pasti Desta akan cepat ketemu." Mila masih juga terus berusaha menenangkan.Aku dan Mas Johan hanya diam melihat Mila masih berpelukan dengan Mbak Sarah. Sungguh aku sebenarnya seperti masih belum percaya jika semua ini terjadi. Seperti sebuah benang kusut yang terasa sulit sekali untuk di urai. Rumah Mbak Sarah pun mulai sepi, beberapa warga saja yang masih ada sedangkan yang lain sudah pulang."Mila itu sangat cantik dan sexy ya Mas. Semua mata lelaki pasti akan sangat senang saat melihat dia," ucapku lirih sambil menyenggol bahu Mas Johan, karena beberapa saat tadi kulihat suamiku itu terus saja mencuri pandang

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Kerisauan Hati

    Part 50Kerisauan HatiAku kembali sangat penasaran dengan si lelaki pemilik suara itu. Kenapa dia mengenal aku dan juga Mas Johan? Bukankah itu berarti lelaki itu bukan orang jauh? Atau bisa saja dia adalah orang dekat yang ada di sekitar kami? Dari pembicaraan itu, aku bisa menarik kesimpulan jika mungkin apa yang mereka obrolkan itu bisa saja berhubungan dengan aku dan keluargaku. Tetapi tentang apa kah itu? Hal ini malah membuat kepala ini menjadi makin pening. Apa lagi kurasa aku pernah mendengarkan suara lelaki itu sebelumnya."Hey, kamu kok malah bengong ngelihatin aku terus sih? Kenapa kangen ya? Hahaha dasar kamu itu memang kalau kangen nggak pernah tahu waktu. Sudah cepat sana matikan dulu telepon itu. Jangan cari masalah lebih baik kita menikmati indahnya hidup. Aku pun sudah sangat kangen sama kamu Mil.""Kamu tahu aja sih Mas, jika aku ini semua ingin sama kamu. Hehehe. Iya-iya aku matiin deh, pasti kamu cemburu kan sama si Johan? Hayo ngaku! Lagian Johan yang payah it

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Tak Menyangka

    Part 49Tak Menyangka"Mas Rusli tadi datang seperti pencuri, dan saat ini dia membawa pergi Desta, Rin! Dia menculik Desta!""Mas Rusli menculik Desta?" tanyaku dengan tak percaya."Iya Rin. Aku nggak ingin si Desta kenapa-kenapa. Hiks hiks hiks.""Astaghfirullah aladzim ....!"Mbak Sarah terdengar terus saja menangis, dan tentu saja saat ini aku pun menangis. Tak menyangka jika semua ini akan terjadi."Mbak Sarah yang sabar ya. Sekarang Mbak Sarah sedang berada dimana?" tanyaku setelah beberapa saat tadi kami saling terdiam dan hanya menangis saja."Aku masih berada di rumah, dan para tetangga pun tengah berada di sini. Polisi juga sedang meluncur kesini," jawab Mbak Sarah lirih."Oke kalau begitu aku kesana sekarang ya Mbak. Mbak sabar dulu ya."Aku pun langsung berdiri dan menyambar kerudung apa saja yang ada di lemari. Tak kusangka jika semua akan jadi seperti ini. Baru saja tadi kami membicarakan tentang Mas Rusli, nyatanya sekrang dia telah bertindak cepat."Rin, Johan kemana?

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Tak Terduga

    Part 48Tak Bisa Diduga"Mas apa kamu sudah dengar jika Mas Rusli telah keluar dari penjara?" tanyaku pada Mas Johan ketika kami berada di ranjang.Obrolan sebelum tidur seperti ini memang sering sekali kami lakukan, karena kadang hal ini bisa membuat kami sharing hal yang sepanjang hari belum usia. Tetapi seminggu terakhir ini, Mas Johan selalu tidur lebih dulu, atau bahkan dia menonton tivi di luar. Intinya kurasa suamiku itu akhir-akhir ini memang sedikit berbeda. "Ya. Aku sudah mendengarkan hal itu dari Mbak Sarah," ucapnya sambil fokus pada ponsel.Posisi Mas Johan agak miring sehingga aku tak bisa melihat apa saja yang dia lakukan saat ini dengan ponselnya itu."Lalu, menurut kamu siapa yang membebaskan dia dari tahanan Mas?" Aku masih terus bertanya meski dia sepertinya sedikit malas berbincang denganku malam ini."Ya aku nggak tahu Dek. Tetapi jika keluarganya aku rasa hal itu tak mungkin sekali. Memangnya kenapa? Kamu takut?" Mas Johan kini menoleh dan menatap wajahku."Jel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status