Nasi Goreng Dari Kulkas
"Aww sakit!"Terdengar teriakan Mbak Sarah pagi ini, saat aku tengah menyapu di teras. Berarti kejutan pertamaku sudah sukses."Apaan sih Ma? Pagi-pagi udah teriak, ini si Desta jadi kebangun lho! Gangguin tidur papa saja sih!" ucap Mas Rusli kesal.Haduh jam tujuh kok katanya masih pagi sih? Dasar pemalas kerjaannya cuma makan dan tidur saja!"Kamu tuh Pa, bukannya nolongin malah marah-marah! Siapa sih yang naruh popok penuh ini di depan pintu? Kan aku jadi kepleset, sakit tau!!""Paling juga kamu sendiri, Ma. Udah ah nih si Desta aku mau tidur lagi!" ucap Mas Rusli.Mendengar ucapan pria benalu itu aku langsung masuk ke dalam."Mas Rusli ini sudah siang loh, masak mau tidur lagi? Nggak capek seharian tiduran mulu? Jangan tidur lagi dong, tuh dari tadi di cari Mas Johan, ada kerjaan katanya. Temui sekarang sana, keburu suamiku itu berangkat ke kantor!" Mataku kali ini membulat sempurna ke arahnya.Dan ternyata dia langsung menuruti permintaanku, walau dari raut wajahnya tetap terlihat ogah-ogahan. Emang gua pikirin! Masak iya suamiku yang harus ngalah terus. Aku pun akan kembali melanjutakan acara menyapu lantai teras yang sempat tertunda tadi."Eh, Rin! Mau kemana kamu? Pasti kamu 'kan yang menaruh popok bekas pakai ini di sini?" tuduh Mbak Sarah, yang hanya kujawab dengan gelengan kepala."Halah ngaku saja kamu, kalau bukan kamu siapa lagi yang usil kayak gini di rumah ini! Sudah cepat bersihkan ini, gara-gara kamu pinggangku jadi sakit nih karena tadi kepleset," perintahnya tanpa sungkan kepadaku."Duh kasihan banget sih kamu Mbak, pagi-pagi sudah kepleset. Malas ah, sono bersihin sendiri!" "Ihhh dasar kamu! Pasti kamu 'kan yang sudah sengaja menaruh ini di depan pintu agar aku kepleset? Jahat banget sih kamu!""Kalau iya emangnya kenapa? Mau marah? Atau mau ngadu ke Mas Johan? Emang gua pikirin!" ucapku sambil berbalik arah, "ingat ya Mbak Sarah tercinta, mulai hari ini jika ku lihat banyak diapers kotor berserakan di lantai, maka akan kupastikan setiap bangun pagi kamu akan kepleset, hehehe. Udah ah aku mau nyapu dulu, keburu debunya masuk lagi!""Eh eh eh terus ini gimana popoknya? Sana sekalian kamu buang keluar!" "Buang saja sendiri, punya tangan dan kakikan? Atau biarin saja menumpuk di situ, biar jadi jimat penjaga kamar!" kataku sambil berlalu pergi, saat ku lirik akhirnya Mbak Sarah pun mengambil dan menaruhnya di tempat sampah."Nah gitu dong! Semua tinggal pakai saja kok masih malas buang kotorannya!" teriakku dari luar.Di luar Mas Johan dan Mas Rusli masih saja berbincang."Mas sudah pukul tujuh seperempat lho ini, katanya tadi mau ada meeting pagi-pagi di kantor?" ucapku."Iya bentar lagi Dek, kau kan sudah siap tinggal langsung masuk mobil dan berangkat deh," jawab suamiku sambil tersenyum.Betapa bahagianya aku, tadi saat bangun tidur melihat keadaan rumah masih seperti kapal pecah, berarti semalam suamiku itu menuruti keinginanku. Padahal biasanya jika aku tak mengerjakan pekerjaan rumah, maka dialah yang akan melakukan semuanya."Kamu ngomong panjang lebar kayak gitu, terus Mas Rusli akhirnya mau kerja gitu?" tanyaku kemudian."Belum Dek, nanti aku akan carikan pekerjaan lain," jawab Mas Johan singkat."Benarkan apa kubilang, sampai lebaran kambing juga Mas Rusli tak akan mau bekerja. Toh meski nggak kerja semua kebutuhan keluarganya sudah terpenuhi, betul begitu kan Mas Rusli?" Kali ini aku menatap tajam iparku itu."Bukan begitu Rin, aku juga sebenarnya ingin sekali bekerja dari dulu. Tapi ya pekerjaannya yang cocok untukku gitu," jawab Mas Rusli lirih."Terus pekerjaan yang cocok untuk kamu itu apa Mas Rusli? Jadi bos? Atau jadi kontraktor lagi, gitu?" Kali ini pertanyaanku tak mendapat jawaban dari dua lelaki itu."Memang dasarnya saja kamu nggak pingin kerja Mas. Karena sudah terlanjur enak tinggal di sini. Kalau memang Mas Rusli niat kerja, pasti kerjaan apapun akan di lakukan asal halal. Bukan malah kayak gini, dengan alasan kerjaanya nggak cocok, malah tiap hari kerjaanya malas-malasan saja di rumahku!" Kali ini aku sungguh tak bisa merendahkan suaraku."Sudah...sudah Dek. Hari ini aku akan carikan kerjaan untuk Mas Rusli. Aku berangkat dulu ya, sudah siang nih. Asalamualaikum," ucap Mas Johan sambil mencium keningku."Ya sudah kamu hati-hati ya Mas. Dan ingat waktunya tinggal hari ini saja. Waalaikumsalam," jawabku sambil mencium punggung tanganya.Kemudian mobil suamiku itu pun melaju meninggalkan pekarangan rumah. Saat aku berbalik arah, ternyata Mas Rusli sudah tak ada lagi di sana. Benar-benar nggak ada akhlak nih orang. Lalu aku pun juga masuk, untuk siap-siap berangkat ke toko.Melihatku yang telah siap berangkat, Mbak Sarah pun kemudian berkata,"Loh Rin, kamu sudah mau berangkat ke toko? 'Kan kamu belum masak untuk sarapan kami? Lagian kamu nyapu kok ya cuma di teras saja, di dalam kan belum di bersihkan semua."Ku tarik nafas panjang, agar aku bisa menahan emosi lagi menghadapi wanita tak tahu diri ini."Mbak Sarah 'kan bisa nyapu dan membersihkan semua ruangan ini sendiri. Yang membuat kotor ini kan juga keluargamu Mbak, masak iya aku yang harus membersihkannya. Kalau Mbak Sarah malas membersihkanya dengan alasan capek karena telah mengurus Desta, ya sudah biarkan saja semua tetap begini, paling juga besok lalat dan belatung akan menemanimu di sini," ucapku enteng."Kamu kok sekarang tega banget sih sama aku Rin? Padahal aku loh yang dulu membantu....." belum sempat Mbak Sarah menyelesaikan kalimat, aku sudah memotongnya."Cukup Mbak aku tahu kata-kata andalanmu, dan kini sudah tak mempan untukku. Dari pada banyak ngomong mending kamu bersih-bersih kan, jadi nanti pas anakmu bangun lantai sudah bersih. Sudah ah, aku mau berangkat ke toko dulu," ucapku sambil berjalan keluar."Tunggu Rin! Terus kamu kalau nggak masak, kami hari ini makan apa dong? Mana kami nggak pegang uang sama sekali!" Mbak Sarah menghampiriku ke teras."Tenang saja Mbak, aku sudah menyiapkan makanan untuk kalian hari ini kok, aku tak setega yang kau kira. Di kulkas ada tiga bungkus nasi goreng, kebetulan semalam Mas Johan pulang membeli itu untuk kalian Karena kalian semalam sudah tidur jadi nasi goreng tersebut akan jadi menu sarapan pagi kalian," kataku sambil tersenyum."Kok nasi gorengnya kamu taruh di kulkas sih Rin? Kan jadi keras, nggak enak tahu di makan!" Protesnya."Halah tinggal anggetin sebentar juga sudah siap di makan kok, manja banget sih. Lagian kalau semalam nggak kumasukik kulkas, takutnya basi, atau malah menjadi santapan tikus di dapur, dan akhirnya malah kalian pagi ini akan gigit jari tak ada makanan sama sekali," ujarku dengan senyum."Iya deh aku angetin habis ini. Terus untuk makan siang kami makan apa dong Rin? Atau bagi duit lah, biar nanti kami pesan makanan online!" rengek Mbak Sarah tanpa malu-malu."Enak aja mau minta duit terus! Kan masih ada tiga mie instant di dapur, di kulkas juga masih ada dua telur dan sayuran. Beras juga banyak tinggal colokin listrik mateng. Apa sih susahnya semua tinggal ambil kok.""Aduh ribet banget deh Rin, harus masak sambil momong.""Terserah Mbak Sarah aja, kalau malas ya nggak usah masak, kok repot sih! Sudah ah aku ke toko dulu, sekalian mau beli sarapan nih, soto daging Pak Marto yang mantap itu..Assalamualaikum Mbak Sarah."Tanpa menunggu jawabannya segera ku lajukan motorku menuju toko.,Anak dan Ibu Sama SajaSore ini aku pulang sedikit telat, karena tanggal muda jadi banyak yang belanja sembako di tokoku. Sengaja aku mampir untuk membeli roti bakar, meski aku jahat, namun aku masih ingat makanan kesukaan keponakan kembarku itu. Apalagi hari ini, aku mendapatkan penghasilan yang cukup banyak, jadi tak ada salahnya 'kan kalau sedikit berbagi dengan orang-orang sekitar kita.Ku pesan dua buah roti bakar dengan isian coklat keju, nantinya satu untukku dan satu untuk keluarga Mbak Sarah. Tak lupa kubelikan dua minuman alpukat kocok kesukaan Dewi dan Devi. Juga buskuit dan susu bayi untuk Desta. Pasti mereka semua sangat senang melihatku pulang membawa makanan. Untuk Mas Rusli memang sengaja tak kubelikan apapun, karena aku masih sangat kesal dengan kelakuan mereka.Tepat saat adzan magrib berkumandang, aku sampai rumah, dan ternyata mobil suamiku sudah terparkir rapi di teras. Tebakanku tadi memang benar, ketika aku baru sampai di ruang tamu, kedua gadis kecil itu langsu
Aku Hamil?Kumandang adzan subuh membangunkanku, segera kuambil wudhu dan menunaikan shalat subuh. Kali ini aku shalat sendiri, karena jujur hati ini masihlah kesal dengan Mas Johan.Maafkan aku ya Allah jika mungkin bersalah karena berkata tidak sopan kepada kakak ipar dan suamiku. Namun aku tahu Engkau maha tau, apa yang benar dan apa yang salah.Sebenarnya aku melakukan semua ini bukan hanya karena kesal dengan sifat mereka, tapi juga karena aku menyayangi mereka. Jika tetap kubiarkan mereka begini, bagaimana jika hingga nanti anak-anaknya juga memiliki sifat yang sama dengan mereka.Tok tok tokk"Dek, tolong bukain pintu. Aku mau shalat subuh nih." Suara panggilan dari Mas Johan membuatku sedikit kaget.Segera kubuka pintu itu, kemudian kucium punggung tangannya, hal yang biasa ku lakukan setelah kami melaksanakan shalat berjamaah."Loh Dek, jadi kamu sudah shalat duluan? Duh maaf banget ya aku agak kesiangan dikit ini, kamu sih nyuruh aku tidur di luar, jadinya semalam nggak bis
Pov Johan"Jo, semua yang ku miliki kini telah habis. Bolehkan kami sekeluarga menumpang sementara di rumahmu? Sampai Mas Rusli dapat kerjaan baru lagi. Paling juga nggak sampai tiga bulan kami sudah pergi dari san." Kata-kata itulah yang tujuh bulan lalu Mbak Sarah ucapkan kepadaku, saat Mas Rusli mengalami kebangkrutan dan harus kehilangan semua yang mereka miliki. Awalnya aku dan juga istriku amatlah senang mendengar hal itu, biar keadaan rumah juga sedikit ramaai, karena hingga tiga tahun pernikahan kita, Allah belum memberikan kepercayaan pada kami untuk memiliki momongan.Sejak pertama kali menapakkan kaki di rumahku, mereka sudah mulai berulah. Mbak Sarah tak mau sama sekali membantu Rini-istriku-melakukan pekerjaan rumah, kerjaaannya hanyalah bermalas-malasan saja bersama suaminya, Mas Rusli. Seharian bisa mereka habiskan hanya dengan bermain ponsel atau menonton tivi saja. Sedangkan kedua putri kembarnya yang kini berusia empat tahun itu selalu mengotori dan membuat berantak
Terlanjur EnakBenar apa yang sudah ku duga, saat sampai di rumah pasangan suami istri itu masih tertidur, namun si Bayi Desta dan kakak kembarnya sudah bangun. Devi dan Dewi nonton tivi sambil minum susu dari dotnya masing-masing, karena memang duo kembar itu belum bisa lepas dari dot. Sementara si bugsu Desta sedang bermain-main dengan popok bekas pakai yang tercecer di depan kamar Mbak Sarah, saat aku melihatnya, si Desta menggigit popok bekas itu, hingga gel-gel kotorannya itu menghambur keluar semua."Huwekkk huwekkk!" Seketika langsung mual perutku melihat pemandangan itu."Kamu kenapa Dek?!" Mas Johan lari menghampiriku yang sedang menutup mulut menahan muntah.Ku jawab pertanyaan suamiku itu dengan menunjuk ke arah Desta yang sedang berpesta dengan popok bekas itu, kemudian aku langsung lari ke kamar mandi belakang. Semangkuk soto tadi akhirnya berpindah ke sini.Aku kaget saat kembali masuk ke dalam, saat Mas Johan berani membangunkan kakaknya yang sedang tidur itu, padahal
**************** **************Hari ini akan menjadi hari yang cukup melelahkan di toko, karena akan banyak barang yang datang dari gudang, seperti tepung terigu, gula pasir dan barang yang lainnya yang datang dalam ukuran besar atau karungan, dan biasanya barang ini akan datang dua minggu sekali, eh nggak pasti pula sih, tergantung kapan aku ordernya.Biasanya saat barang itu datang, aku akan mempekerjakan tiga atau empat orang untuk mengemasnya dalam kemasan kecil yaitu satu kilogram dan setengah kilogram. Setelah mengemas mereka langsung akan menaruhnya di rak-rak yang telah kusediakan. Pagi ini sebelum berangkat ke toko, aku akan menelepon Mila, temanku yang juga berjualan di pasar, siapa tahu di kampungnya ada yang sedang mencari pekerjaan."Assalamualaikim Mil. Aku mau ngrepotin kamu dikit neh," ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon."Waalaikumsalam. Boleh kok Rin, asal jangan banyak-banyak ya," balasnya sambil tertawa."Cariin karyawan dong Mil, dua orang gitu.
**************** **************Meski kesal dengan sikap orang tuanya, namun tetap aku membelikan kebutuhan susu dan pampers untuk anak-anak Mbak Sarah, karena pada dasarnya mereka tidak bersalah sama sekali.Dua puluh menit sudah perjalananku bolak-balik rumah ke minimarket membeli susu keponakanku tersebut. Sengaja kuparkirkan motorku di pinggir jalan, agar suara motorku itu tak terdengar oleh Mbak Sarah. Lalu diam-diam ku intip apa yang mereka lakukan dari depan pintu. Tampak Mbak Sarah menggendong Desta sambil menyapu dan kakinya menyeret kain pel basah. Sedangkan duo keponakan kembarku sedang memunguti sampah yang berceceran, kemudian memasukkanya ke dalam tempat sampah."Ayo cepetan, keburu Tante kalian yang bawel itu datang!. Kalau semua ini nggak beres, nggak akan ada uang jajan seharian. Nggak usah bersih-bersih banget sih, yang penting kelihatan rapi," ucap Mbak Sarah pada kedua putrinya.Mendengar kata-kata Mbak Sarah tersebut, aku pun langsung nyelonong masuk ke ruang tamu
[Kamu tadi sudah makan 'kan Dek diluar? Ya sudah biarkan saja semua tetap begitu adanya, jangan ada yang di bersihkan..kamu langsung masuk kamar saja]Kuikuti saja apa yang di perintahkan oleh suamiku barusan, lagian aku juga capek sih kalau harus beresin semua ini. Mending aku rebahan dan nonton tivi di kamar.Saat aku selesai menunaikan salat isya, terdengar suara lantang Mas Johan. Aku pun segera keluar dari kamar untuk melihat apa yang akan di lakukan suamiku kali ini."Astaghfirullahaladzim Mbak Sarah, apa-apaan ini?"Mas Johan marah karena melihat keadaan rumahnya yang mirip kapal pecah, sedangkan terlihat Mbak Sarah sedang asyik menyatap mie di meja makan yang kotor itu."Eh kamu sudah pulang Jo. Papa juga sudah pulang ya. Pasti capek sekali kan Pa? Yuk kubuatin teh," ucap Mbak Sarah sambil menghampiri Mas Rusli.Demi melihat perkataanya tadi tak dihiraukan, malah kini akan membuatkan teh untuk Mas Rusli, suamiku itu meninggikan suaranya."Mbak aku ini lagi ngomong sama kamu, k
Pukul setengah sebelas malam, kami sampai di rumah. Nampak pintu masih terbuka, semoga bukan kejutan lagi yang akan kami dapatkan malam ini."Ish teledor banget sih, sudah malam kok nggak di tutup juga masih nggak di tutup, keterlaluan sekali mereka itu." Mas Johan mulai mengomel.Entah mengapa sejak mendengar kabar kehamilanku tadi pagi, suamiku itu terlihat geram sekali pada mereka, bahkan melebihi aku."'Kan tadi kamu sendiri Mas yang meminta mereka agar tak menutup pintu sebelum tamunya datang. Berarti mereka itu menuruti apa yang kamu mau Mas."Kami pun melangkah masuk, terlihat sepi pasti jam segini para bocah itu sudah terlelap. Mas Johan pun kemudian menutup pintunya. Lalu kami menuju ruang keluarga dan mematikan tivi. Mungkin sejak tadi Mas Rusli menunggu tamu fiktif itu di sini sampai ketiduran."Jangan di bangunin Mas, kasihan, biar saja," kataku. Kemudian kami pun kembali masuk ke kamar."Dek, gimana kalau besok kita piknik ke pantai. Refreshing lah, lama juga kan kita ng