‘Hanya sekedar sewaan, jangan baperan!’ Itulah yang selalu Sasya tekankan pada para pria yang ingin menyewa jasanya sebagai pacar sewaan. Hingga suatu saat, kata itu terpatahkan juga saat seorang CEO tampan mendatangi Sasya untuk meminta Sasya menjadi istri sewaannya. Meski usia mereka terpaut jauh, Sasya tetap menyetujuinya. Kali ini Sasya sendiri yang terbawa perasaan, pada sosok tampan dan berwibawa Morgan, kakak tiri dari sahabatnya itu. Akankah ada benih-benih cinta Morgan untuk Sasya? Atau rumah tangga mereka kandas saat kontrak pernikahan selesai, dan hadirnya wanita yang menjadi penyebab Morgan menyewa jasa Sasya?
Lihat lebih banyakPlak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pria yang menyewa jasa Sasya sebagai pacar sewaannya. Tatapan nyalang Sasya tak pernah lepas dari mata pria itu,
"Sial lo! Udah jelas ya tertera di dalam perjanjian kita gak ada sentuhan fisik kecuali pegangan tangan dan rangkulan, itu pun kalo lo mau nunjukin foto kemesraan kita ke mantan pacar sialan lo itu!" Umpat Sasya. Ia tidak peduli pengunjung lain dapat mendengar umpatannya itu.
"Astaga, pelanin suara lo, Sya. Gue cuma mau nyium pipi lo doang, itu aja sih gak lebih. Gak perlu di dramatisir deh!"
"Enteng banget lo ngomong gak perlu di dramatisir! Tetap aja lo tuh udah nyalahin perjanjian kita! Itu berarti kontrak kita selesai! Lo gue end!"
"Gue gak mau putus, Sya. Gue udah terlanjur cinta sama lo!" tolak pria itu.
"See? Lo udah ngelanggar perjanjian kita lagi. Berkali-kali udah gue tegasin kalau hubungan kita tuh cuma sekedar sewaan, jangan baperan! Nah lo malah kebawa perasaan, ya salah lo sendiri lah!"
Dengan mudahnya pria itu jatuh cinta pada Sasya setelah sebelumnya memohon pada Sasya untuk menjadi pacar sewaannya, supaya bisa memanas-manasi mantan kekasihnya, karena pria itu belum bisa move on dari mantan kekasihnhya itu.
Ternyata semua pria di dunia ini sama saja!
"Udah ah gue mau pulang!"
Pria itu menahan lengan Sasya saat hendak berdiri, lalu menghentaknya hingga Sasya terduduk lagi di kursinya,
"Gue belum selesai.""Apa lagi sih?" tanya Sasya dengan dongkol.
"Gue udah bayar mahal lo ya! Masa cuma cium pipi aja gak boleh sih? Pake segala ngambek lagi! Yaudah gue minta maaf. Cowok emang selalu salah kan?"
"Iya gue maafin. Tapi kontrak kita tetap selesai!"
"Gue gak mau. Masih ada dua bulan lagi kontraknya berjalan."
Sasya memutar kedua bola matanya menghadapi kekeraskepalaan pria itu, atau kebodohan pria itu? Mungkin juga keduanya.
"Sekarang, mending lo baca baik-baik deh surat kontraknya lagi. Apa konsekuensinya kalo lo ngelanggar perjanjian, tertera jelas di sana! Makanya baca!"
"Bisa gak sih kita jadi pacar betulan aja, bukan cuma sekedar sewaan?" tanya pria itu memelas.
"Gak bisa!" tegas Sasya.
"Please ... "
"Lo mau memohon kek apapun, gue gak peduli! Mending sekarang lo pergi, atau gue telpon sahabat-sahabat gue biar lo dirajam sama mereka!"
Karena mereka masih satu kampus, jadi pria itu tahu betul siapa sahabat yang Sasya maksud. Lebih tepatnya bukan takut pada sahabat Sasya, tapi pada sosok pria kuat di belakang mereka. Semua di kampus mereka tahu jika mencari masalah dengan mereka, itu sama saja dengan menggali kuburan sendiri.
Jika seorang model ternama saja bisa dipermalukan satu kampus, bagaimana dengan mahasiswa biasa seperti pria itu?
"Ok, kontrak kita selesai! Tapi urusan gue sama lo belum! Ingat itu!" ancam pria itu sebelum meninggalkan Sasya sendiri.
Setelah sosok pria itu menghilang di balik pintu, Sasya baru bisa menghela napas lega. Ia menyandarkan punggungnya di sofanya sambil memejamkan matanya dan menghirup dalam-dalam oksigen ke dalam paru-parunya.
Baru sebentar ia merasakan kenyamanan itu, sebuah suara bariton mengusik ketenangannya,
"Masih bermain-main dengan para pria ingusan, Cha?"
Cha?
Hanya orang terdekat saja yang memanggil Sasya dengan sebutan itu. Sontak saja Sasya langsung membuka kedua matanya, dan mendapati sosok pria yang tinggi besar nan tampan berdiri menjulang di depan mejanya. Pria yang sangat ia kenal dan memiliki kedudukan khusus di dalam hatinya,
"Kak Morgan!" pekik Sasya sambil duduk tegak di sofanya dan merapikan rambut panjangnya dengan anggun.
Morgan menarik sofa tepat di depan Sasya lalu duduk di sana,
"Kamu belum menjawab pertanyaanku barusan,"
"Kak Morgan sedang apa di sini? Apa Monic ikut juga? Di mana dia?" Sasya mengedarkan pandangannya ke seluruh kafe itu untuk mencari sosok sahabatnya.
Sebenarnya itu hanya trik Sasya saja agar tidak harus menjawab pertanyaan Morgan. Karena ia tahu betul saat ini Monic jarang sekali keluar rumah, karena tengah hamil muda. Dan bukan Morgan namanya kalau bisa teralihkan dengan mudah.
"Jawab dulu pertanyaanku, Cha."
Sasya mendesah pelan, pria itu masih sama seperti dulu, mudah sekali mengorek informasi apapun dari Sasya hanya dengan tatapan memikatnya itu saja.
"Iya. Aku gabut, Kak. Semua sahabat aku sudah menikah dan sibuk dengan suaminya masing-masing. Jadi aku mencari kesenanganku sendiri," jawab Sasya dengan sopan.
"Hanya demi bayaran yang tidak seberapa itu, kamu berani mengambil resiko seseorang menciummu tanpa seizinmu? Bagaimana kalau mereka melakukan yang lebih dari itu? Kamu hanya seorang wanita, Cha. Tenagamu dibandingkan dengan tenaga pria itu tidak ada apa-apanya. Bisa saja kamu terbaring di pinggir jalan dengan tubuh penuh luka, kamu sudah hancur luar dalam."
"Ya Tuhan! Amit-amit jabang bayi, jangan sampai terjadi ah! Kak Morgan jahat banget sih mulutnya, kaya gak pernah makan bangku sekolah aja!" sungut Sasya sambil mengetuk meja dan kepalanya bergantian, untuk mematahkan ucapan Morgan."Tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi kalau kamu terus berhubungan dengan orang asing yang hanya kamu kenal melalui media sosial saja, Cha."
"Tapi yang tadi itu teman kampusku, Kak. Monic juga kenal kok."
"Tetap saja kamu kecolongan ciuman darinya tadi, kan? Bagaimana kalau saat itu kalian sedang berada di area sepi dan tertutup? Apa yang aku ucapkan barusan bisa saja terjadi."
Sasya memberengut kesal. Ia memang tidak pernah bisa menang jika berdebat dengan Morgan. Jadi lebih baik sekarang ia mengikuti saja saran pria itu. Kedepannya, kalau ia menerima penyewa jasanya lagi, itu urusan belakangan. Siapa tahu Morgan sudah terbang kembali ke negeri Kangguru.
"Ya sudah maaf, aku tidak akan melakukan itu lagi, Kak."
Morgan terlihat mengangguk pelan sambil mengusap dagunya. Biasanya area itu tertutupi jambang tipis yang semakin menambah kemaskulinannya. Tapi kali ini wajahnya terlihat bersih, sepertinya Morgan baru mencukur habis janggutnya itu.
Sasya tetap menunggu dengan sabar ketika melihat bibir Morgan terbuka, lalu tertutup lagi. Begitu terus berulang beberapakali, sampai akhirnya terucapkan juga pertanyaan yang terdengar ragu-ragu dari pria itu,
"Kalau boleh tahu, syarat apa saja untuk menjadi penyewamu ... Cha?"
Seringaian lebar pun menghiasi wajah Sasya,
"Kakak mau menyewa jasa aku?"
"Tuman sekali kamu! Selalu saja menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lagi. Jawab dulu pertanyaanku."
Sasya menutup mulutnya untuk menyembunyikan senyumannya sebelum menjawab,
"Syarat yang utama dilarang keras mengarah ke having sex! Tidak ada setuhan fisik selain pegangan tangan dan rangkulan di saat-saat tertentu. Lalu ... "
"Saat-saat tertentu seperti apa? BIsa kamu jabarkan?"
"Well seperti, saat bertemu dengan mantan kekasih penyewaku, atau saat sedang bersama dengan keluarga mereka, dan ... "
"Kamu bertemu juga dengan keluarga mereka? Sampai sejauh itu?"
Sasya memutar kedua bola matanya saat menjawab dengan pertanyaan lagi, "Bisa gak sih kak gak nyela ucapan aku terus?"
"Ok, lanjutkan."
"Syarat berikutnya, dilarang mengorek informasi pribadi aku. Harus rela mengeluarkan uang saat berkencan, dan pastinya tidak memiliki pasangan. Point penting kedua adalah, dilarang keras baper!"
"Hanya itu saja? Tidak ada yang lain?"
"Iya. Umm terkadang ada kondisi tertentu yang membuat aku harus menambahkan point persyaratannya lagi. Tentu saja dengan kesepakatan kedua belah pihak."
"Deal!" seru Morgan sambil mengulurkan tangannya, sontak saja hal itu membuat kedua mata Sasya mengerjap berulang kali karena bingung,
"Deal apanya, Kak?"
"Aku akan menyewamu sebagai istriku! Kapan kita bisa memulai kontrak pernikahannya?" tanya pria itu dengan penuh keyakinan.
Astaga, apa Morgan sudah gila? Memangnya menikah itu semudah membalik telapak tangan?
"Stop! Udah aku turun di sini aja kak!" pinta Sasya secara tiba-tiba saat mobil Morgan baru masuk ke dalam komplek perumahan wanita itu."Kenapa? Bukannya rumahmu masih dua block lagi dari sini?" tanya Morgan."Aku lupa ada yang mau aku beli, tuh di sana!" Jari telunjuk Sasya terarah pada sebuah minimarket."Dit, menepi di minimarket itu!" perintah Morgan pada supirnya."Baik, Tuan.""Eh jangan, udah di sini aja!" cegah Sasya, namun supir itu mengabaikannya. Jelas saja dia lebih memilih mematuhi perintah tuannya, jadi terus melajukan mobilnya hingga berhenti tepat di depan minimarket.'Sial! Kalo qda tetangga yang liat dan ngadu ke Mama, bisa mati gue!' batin Sasya.Selama ini, orangtuanya selalu mendapatkan laporan dari tetangga mereka mengenai seringnya Sasya turun naik mobil yang berbeda, dengan seorang pria yang berbeda juga. Itu makanya Sasya sengaja minta turun agak jauh dari rumahnya, karena Orangtuanya telah menegaskan kalau sampai mereka mendengar desas-desus itu lagi, maka
"Ini masalah serius, Kak. Aku gak bisa mutusin begitu saja tanpa pertimbangan yang matang. Mengingat untuk aku pribadi, aku hanya mau menikah satu kali seumur hidup aku. Dan pastinya bukan untuk sebuah permainan," jawab Sasya dengan penuh keyakinan."Please bantu aku, Cha. Aku janji selama pernikahan kontrak kita nanti, aku tidak akan menyentuhmu.""Bukan masalah itu, Kak.""Lalu apa?""Banyak konsekuensi yang akan aku terima nantinya saat kontrak pernikahan kita berakhir nanti, Kak. Salah satunya hubungan aku dengan Monic yang pastinya akan renggang dan canggung. Aku gak mau ah, terlalu banyak hal yang aku pertaruhkan nantinya."Dan yang paling Sasya takutkan adalah jatuh cinta yang semakin dalam pada pria itu. Pria yang sudah menambatkan hatinya pada wanita lain. Hanya saja sepertinya bertepuk sebalah tangan.Kalau tidak, Morgan tidak akan terlihat seputus asa itu. Bahkan nyaris memohon Sasya untuk menikah kontrak dengannya hanya untuk membuat wanitanya cemburu, dan pada akhirnya me
Teriknya sinar matahari siang itu tidak mengurangi keriangan Sasya dan ketiga sahabat baiknya, Monic, Lolita dan Sheina, saat mereka tengah becanda gurau di kolam renang. Untungnya pohon rindang di sisi kolam renang mampu menaungi sinar matahari, hingga tidak sampai membakar kulit mulus mereka."Katanya renang bagus untuk wanita hamil, beneran gak sih?" tanya Sasya pada Monic atau Lolita.Kedua sahabatnya itu tengah sama-sama hamil, dengan jeda waktu hanya kurang dari dua bulan saja. Sama halnya dengan persahabatan mereka, suami Monic dan Sasya pun bersahabat juga, bahkan terjalin jauh lebih lama dari persahabatan Sasya dengan Monic, Lolita dan juga Sheina."Kalo menurut dokter kandungan gue sih iya, renang bagus untuk wanita hamil. Katanya sih bisa bantu gue tetap bugar, dan supaya bisa gampang aja gitu adaptasi sama kehamilan gue, dan juga bentuk tubuh gue yang pastinya perlahan bakalan berubah," jawab Lolita."Iya bener. Dokter kandungan gue juga kasih penjelasan kek gitu juga sih.
Alih-alih membalas uluran tangan Morgan dengan menjabatnya, Sasya malah bergerak berdiri sambil melampirkan tasnya ke pundaknya,"Cukup gurauannya untuk hari ini ya, Kak. Aku permisi dulu.""Apa aku terlihat sedang bergurau, Cha?"Suara bariton Morgan menghentikan gerakan Sasya, ia kembali menatap pria itu lagi. Dan selama ia mengenal Morgan, belum pernah sebelumnya ia melihat Morgan seperti memohon tapi tetap mempertahankan harga dirinya."Kakak serius?" tanyanya."Aku tidak akan menjatuhkan harga diriku dengan memintamu menjadi istri kontrakku kalau aku tidak serius, Cha. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk bermain-main dengan bocil sepertimu."Sasya paling benci jika Morgan sudah menyebutnya 'Bocil' Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan gerakan kesal, matanya menatap nyalak pria itu,"Bocil ya? Terus kenapa minta bantuan sama bocil? Ke panti pijat plus-plus saja sana, dan cari wanita dewasa yang bisa disewa! Mereka pasti akan dengan senang hati bantu Kakak, dapat plu
Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pria yang menyewa jasa Sasya sebagai pacar sewaannya. Tatapan nyalang Sasya tak pernah lepas dari mata pria itu,"Sial lo! Udah jelas ya tertera di dalam perjanjian kita gak ada sentuhan fisik kecuali pegangan tangan dan rangkulan, itu pun kalo lo mau nunjukin foto kemesraan kita ke mantan pacar sialan lo itu!" Umpat Sasya. Ia tidak peduli pengunjung lain dapat mendengar umpatannya itu."Astaga, pelanin suara lo, Sya. Gue cuma mau nyium pipi lo doang, itu aja sih gak lebih. Gak perlu di dramatisir deh!""Enteng banget lo ngomong gak perlu di dramatisir! Tetap aja lo tuh udah nyalahin perjanjian kita! Itu berarti kontrak kita selesai! Lo gue end!""Gue gak mau putus, Sya. Gue udah terlanjur cinta sama lo!" tolak pria itu. "See? Lo udah ngelanggar perjanjian kita lagi. Berkali-kali udah gue tegasin kalau hubungan kita tuh cuma sekedar sewaan, jangan baperan! Nah lo malah kebawa perasaan, ya salah lo sendiri lah!"Dengan mudahnya pria itu ja
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen