Sebelum baca klik berlangganan dulu ya
****** ******Salah Kok DibelaTok tok tok"Dek, kamu sudah tidur toh?"Suara Mas Johan tersebut sontak membuat mataku terbuka, ku lirik jam di dinding masih menunjukkan pukul sepuluh malam. Ternyata tadi aku ketiduran habis shalat Isya. Sejak sore tadi aku memang tak keluar kamar sama sekali, kebetulan juga di kamarku ini ada kamar mandinya, jadi tak perlu repot-repot keluar kamar kalau hanya untuk mandi dan mengambil air wudhu."Sudah bangun kok, Mas, sebentar ya!" teriakku.Mas Johan memang selalu membawa kunci rumah, namun kalau kamar memang tadi dia kukunci selot dari dalam."Mau di buatin susu hangat atau kopi, Mas?""Susu hangat saja Dek. Eh ini aku tadi beli lima bungkus nasi goreng. Kita makan bareng yuk, buat Mbak Sarah dan keluarganya juga," ucap Mas Johan sambil mengangsurkan bungkusan plastik besar kepadaku."Oke, ku tunggu di dapur ya Mas, sekalian mau buatin susu hangat buat kamu."Hemmm ternyata suamiku meski pulang selarut ini masih saja bawa makanan, dia pasti masih ingat tadi Mbak Sarah minta di bawakan makanan. Seandainya saja sifat Mbak Sarah sama baiknya dengan suamiku, pasti kami akan sering jalan bareng.Keluar dari kamar, ku lihat pemandangan yang sangat menyakitkan mata. Mainan dan popok bekas pakai berserakan di mana-mana, kondisi meja makanpun tak kalah menjijikan, mangkuk dan gelas kosong dibiarkan bertengger di sana, dan di lantaipun banyak bekas mie berceceran, dan kodisi dapur pun sama berantakannya.Sementara itu dua kamar yang mereka tempati telah tertutup rapat. Pasti sudah tidur karena kekenyangan. Ketika ku buka laci dapur, ternyata stock mie instanku tinggal tiga saja, padahal tempo hari aku membawa sepuluh biji dari toko. Hemmm benar-benar kelaparan atau mumpung gratis sih?Kubiarkan semua tetap seperti ini adanya, namun beberapa popok bekas pakai ku pindahkan tepat di depan kamar yang di tempati Mbak Sarah. Dan peralatan makan yang kotor di meja makanpun kupindahkan ke dapur tanpa ku cuci, karena aku dan Mas Johan akan makan nasi goreng ini di sini."Loh Dek, kok mereka nggak di bangunin?" kata suamiku menghampiri di meja makan."Sudah ku ketuk berkali-kali tadi Mas, tapi tetap tak ada sahutan. Sepertinya mereka tadi kekenyangan setelah makan beberapa porsi instan, sampai peralatan bekas makannya pun lupa tak di cuci, tuh numpuk di dapur." Mas Johan pun menoleh ke dapur."Apa aku coba ketuk lagi ya Dek? Mumpung nasinya masih hangat ini. Tadi 'kan Mbak Sarah nitip nasi padang, lha malam-malam begini kan pada tutup warung nasi padangnya, jadi ya ku belikan nasi goreng ini saja.""Nggak usahlah Mas, kasihan sudah enak-enak tidur kok di ganggu. Kan bisa di makan besok. Udah gih cepet di makan keburu dingin loh," kataku yang mulai memakan nasi goreng itu dan Mas Johan pun juga mulai memakannya.Maafin ya Mas, karena aku sudah berbohong padamu. Memang sengaja sih tak ku bangunkan mereka, biar saja ini menjadi makanan mereka besok pagi. Hitung-hitung mengurangi pekerjaanku di pagi hari."Oh, iya Mas, apa kamu sudah dapat kerjaan buat Mas Rusli?""Ada sih Dek. Kebetulan di kantor ada dua lowongan pekerjaan, sebagai staff admin dan cleaning service. Coba besok pagi aku akan memberitahukannya pada Mas Rusli dan Mbak Sarah."Dari sekarang saja, aku sudah dapat menduga jika dua pekerjaan itu akan di tolak mentah-mentah oleh mereka. Alasannya sih pasti nggak level kerja begituan, emang pada dasarnya sudah pemalas sih, jadi ya apa-apa ya mau yang enak-enak saja."Terus kalau Mas Rusli nggak mau dengan kerjaan itu, bagaimana Mas?" tanyaku lagi."Ya kucariin kerjaan yang lainlah Dek. Kan kalau kerja tapi nggak sreg juga nggak enak loh ngejalaninya."Bela aja terus mereka Mas! Tinggal satu hari saja, aku yakin mereka tak akan berubah dalam waktu secepat itu, masih tetap pemalas."Terserah kamu deh Mas, ingat ya waktunya tinggal besok saja. Setelah itu tak ada lagi tenggang rasa. Lagian ya Mas, jika memang mereka itu mau bangkit 'kan harusnya sudah dari lama mereka memikirkan untuk berbenah diri, memulai semua dari nol. Bukan malah kayak gini, malah jadi benalu di rumah kita, dengan selalu mengandalkan hutang budi saja! Kalau kita nggak tegas, sampai lebaran monyet pun mereka akan tetap seperti ini, bahkan makib berani menginjak-injak harga diri kita.""Jangan bilang begitulah, Dek. Semua pasti bisa berubah dan mereka mungkin masih butuh sedikit waktu lagi. Lagian mereka itu lebih tua dari kita, jadi sudah menjadi kewajiban kita untuk menghormati mereka.""Sebelum meminta hak seharusnya mereka bisa menunaikan kewajibannya dong Mas! Bagaimana sopan santun saat bertamu dan menunmpang di rumah orang gitu, bukannya malah sok jadi bos! Terus menurut kamu kalau jadi adik itu harus terus mengalah gitu? Meskipun kita nggak salah? Ihh aku mah ogah banget deh!" kataku yang telah selesai makan, "udah ah jangan bahas mereka terus, bikin aku sebel saja. Bobok yuk Mas, sudah malam nih.""Iya kamu duluan saja ke kamar Dek. Aku mau menghabiskan rokok ini dulu ya."Aku pun kemudian berlalu menuju kamar, tentunya tanpa membereskan meja makan. Sekitar setengah jam suamiku itu tak juga masuk kamar, aku pun kemudian menyusulnya mungkin saja dia lagi nonton tv. Ternyata perkiraanku tadi salah besar, suamiku itu kini tengah berkutat di dapur, mencuci semua peralatan makan yang kotor itu. "Mas, kamu lagi ngapain di sini?""Loh kok belum tidur sih Dek? Ini aku lagi cuci piring, kalau nggak di cuci sekarang takutnya nanti di buat mainan sama tikus, jorok banget 'kan?!" Mas Johan terlihat kaget dengan kedatanganku."Bukan karena tikus, tapi karena kamu nggak mau 'kan kalau aku meminta kakakmu itu yang mencuci semua ini besok?! Ya kayak gini ini, yang buat mereka makin seneng tinggal di sini! Dan makin menggangap kita ini pembantunya!" Mataku menatap tajam ke arahnya, "sudah taruh sekarang juga, kita masuk kamar, atau malam ini kamu akan tidur di depan tv Mas!" Aku langsung menggandeng tanganya masuk, dan dia hanya diam saja menurut."Ingat Mas, kalau besok pagi aku bangun ternyata semua ruangan sudah bersih, berarti kamu harus siap-siap tak dapat jatah malam selama satu bulan!" kataku sambil menutup seluruh tubuhku dengan selimut.Aku yakin, suamiku kali ini akan menuruti perintahku. Dan besok pagi aku sudah menyiapkan beberapa kejutan untuk si benalu itu!Nasi Goreng Dari Kulkas"Aww sakit!"Terdengar teriakan Mbak Sarah pagi ini, saat aku tengah menyapu di teras. Berarti kejutan pertamaku sudah sukses."Apaan sih Ma? Pagi-pagi udah teriak, ini si Desta jadi kebangun lho! Gangguin tidur papa saja sih!" ucap Mas Rusli kesal.Haduh jam tujuh kok katanya masih pagi sih? Dasar pemalas kerjaannya cuma makan dan tidur saja!"Kamu tuh Pa, bukannya nolongin malah marah-marah! Siapa sih yang naruh popok penuh ini di depan pintu? Kan aku jadi kepleset, sakit tau!!""Paling juga kamu sendiri, Ma. Udah ah nih si Desta aku mau tidur lagi!" ucap Mas Rusli.Mendengar ucapan pria benalu itu aku langsung masuk ke dalam."Mas Rusli ini sudah siang loh, masak mau tidur lagi? Nggak capek seharian tiduran mulu? Jangan tidur lagi dong, tuh dari tadi di cari Mas Johan, ada kerjaan katanya. Temui sekarang sana, keburu suamiku itu berangkat ke kantor!" Mataku kali ini membulat sempurna ke arahnya.Dan ternyata dia langsung menuruti permintaanku, walau dari ra
Anak dan Ibu Sama SajaSore ini aku pulang sedikit telat, karena tanggal muda jadi banyak yang belanja sembako di tokoku. Sengaja aku mampir untuk membeli roti bakar, meski aku jahat, namun aku masih ingat makanan kesukaan keponakan kembarku itu. Apalagi hari ini, aku mendapatkan penghasilan yang cukup banyak, jadi tak ada salahnya 'kan kalau sedikit berbagi dengan orang-orang sekitar kita.Ku pesan dua buah roti bakar dengan isian coklat keju, nantinya satu untukku dan satu untuk keluarga Mbak Sarah. Tak lupa kubelikan dua minuman alpukat kocok kesukaan Dewi dan Devi. Juga buskuit dan susu bayi untuk Desta. Pasti mereka semua sangat senang melihatku pulang membawa makanan. Untuk Mas Rusli memang sengaja tak kubelikan apapun, karena aku masih sangat kesal dengan kelakuan mereka.Tepat saat adzan magrib berkumandang, aku sampai rumah, dan ternyata mobil suamiku sudah terparkir rapi di teras. Tebakanku tadi memang benar, ketika aku baru sampai di ruang tamu, kedua gadis kecil itu langsu
Aku Hamil?Kumandang adzan subuh membangunkanku, segera kuambil wudhu dan menunaikan shalat subuh. Kali ini aku shalat sendiri, karena jujur hati ini masihlah kesal dengan Mas Johan.Maafkan aku ya Allah jika mungkin bersalah karena berkata tidak sopan kepada kakak ipar dan suamiku. Namun aku tahu Engkau maha tau, apa yang benar dan apa yang salah.Sebenarnya aku melakukan semua ini bukan hanya karena kesal dengan sifat mereka, tapi juga karena aku menyayangi mereka. Jika tetap kubiarkan mereka begini, bagaimana jika hingga nanti anak-anaknya juga memiliki sifat yang sama dengan mereka.Tok tok tokk"Dek, tolong bukain pintu. Aku mau shalat subuh nih." Suara panggilan dari Mas Johan membuatku sedikit kaget.Segera kubuka pintu itu, kemudian kucium punggung tangannya, hal yang biasa ku lakukan setelah kami melaksanakan shalat berjamaah."Loh Dek, jadi kamu sudah shalat duluan? Duh maaf banget ya aku agak kesiangan dikit ini, kamu sih nyuruh aku tidur di luar, jadinya semalam nggak bis
Pov Johan"Jo, semua yang ku miliki kini telah habis. Bolehkan kami sekeluarga menumpang sementara di rumahmu? Sampai Mas Rusli dapat kerjaan baru lagi. Paling juga nggak sampai tiga bulan kami sudah pergi dari san." Kata-kata itulah yang tujuh bulan lalu Mbak Sarah ucapkan kepadaku, saat Mas Rusli mengalami kebangkrutan dan harus kehilangan semua yang mereka miliki. Awalnya aku dan juga istriku amatlah senang mendengar hal itu, biar keadaan rumah juga sedikit ramaai, karena hingga tiga tahun pernikahan kita, Allah belum memberikan kepercayaan pada kami untuk memiliki momongan.Sejak pertama kali menapakkan kaki di rumahku, mereka sudah mulai berulah. Mbak Sarah tak mau sama sekali membantu Rini-istriku-melakukan pekerjaan rumah, kerjaaannya hanyalah bermalas-malasan saja bersama suaminya, Mas Rusli. Seharian bisa mereka habiskan hanya dengan bermain ponsel atau menonton tivi saja. Sedangkan kedua putri kembarnya yang kini berusia empat tahun itu selalu mengotori dan membuat berantak
Terlanjur EnakBenar apa yang sudah ku duga, saat sampai di rumah pasangan suami istri itu masih tertidur, namun si Bayi Desta dan kakak kembarnya sudah bangun. Devi dan Dewi nonton tivi sambil minum susu dari dotnya masing-masing, karena memang duo kembar itu belum bisa lepas dari dot. Sementara si bugsu Desta sedang bermain-main dengan popok bekas pakai yang tercecer di depan kamar Mbak Sarah, saat aku melihatnya, si Desta menggigit popok bekas itu, hingga gel-gel kotorannya itu menghambur keluar semua."Huwekkk huwekkk!" Seketika langsung mual perutku melihat pemandangan itu."Kamu kenapa Dek?!" Mas Johan lari menghampiriku yang sedang menutup mulut menahan muntah.Ku jawab pertanyaan suamiku itu dengan menunjuk ke arah Desta yang sedang berpesta dengan popok bekas itu, kemudian aku langsung lari ke kamar mandi belakang. Semangkuk soto tadi akhirnya berpindah ke sini.Aku kaget saat kembali masuk ke dalam, saat Mas Johan berani membangunkan kakaknya yang sedang tidur itu, padahal
**************** **************Hari ini akan menjadi hari yang cukup melelahkan di toko, karena akan banyak barang yang datang dari gudang, seperti tepung terigu, gula pasir dan barang yang lainnya yang datang dalam ukuran besar atau karungan, dan biasanya barang ini akan datang dua minggu sekali, eh nggak pasti pula sih, tergantung kapan aku ordernya.Biasanya saat barang itu datang, aku akan mempekerjakan tiga atau empat orang untuk mengemasnya dalam kemasan kecil yaitu satu kilogram dan setengah kilogram. Setelah mengemas mereka langsung akan menaruhnya di rak-rak yang telah kusediakan. Pagi ini sebelum berangkat ke toko, aku akan menelepon Mila, temanku yang juga berjualan di pasar, siapa tahu di kampungnya ada yang sedang mencari pekerjaan."Assalamualaikim Mil. Aku mau ngrepotin kamu dikit neh," ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon."Waalaikumsalam. Boleh kok Rin, asal jangan banyak-banyak ya," balasnya sambil tertawa."Cariin karyawan dong Mil, dua orang gitu.
**************** **************Meski kesal dengan sikap orang tuanya, namun tetap aku membelikan kebutuhan susu dan pampers untuk anak-anak Mbak Sarah, karena pada dasarnya mereka tidak bersalah sama sekali.Dua puluh menit sudah perjalananku bolak-balik rumah ke minimarket membeli susu keponakanku tersebut. Sengaja kuparkirkan motorku di pinggir jalan, agar suara motorku itu tak terdengar oleh Mbak Sarah. Lalu diam-diam ku intip apa yang mereka lakukan dari depan pintu. Tampak Mbak Sarah menggendong Desta sambil menyapu dan kakinya menyeret kain pel basah. Sedangkan duo keponakan kembarku sedang memunguti sampah yang berceceran, kemudian memasukkanya ke dalam tempat sampah."Ayo cepetan, keburu Tante kalian yang bawel itu datang!. Kalau semua ini nggak beres, nggak akan ada uang jajan seharian. Nggak usah bersih-bersih banget sih, yang penting kelihatan rapi," ucap Mbak Sarah pada kedua putrinya.Mendengar kata-kata Mbak Sarah tersebut, aku pun langsung nyelonong masuk ke ruang tamu
[Kamu tadi sudah makan 'kan Dek diluar? Ya sudah biarkan saja semua tetap begitu adanya, jangan ada yang di bersihkan..kamu langsung masuk kamar saja]Kuikuti saja apa yang di perintahkan oleh suamiku barusan, lagian aku juga capek sih kalau harus beresin semua ini. Mending aku rebahan dan nonton tivi di kamar.Saat aku selesai menunaikan salat isya, terdengar suara lantang Mas Johan. Aku pun segera keluar dari kamar untuk melihat apa yang akan di lakukan suamiku kali ini."Astaghfirullahaladzim Mbak Sarah, apa-apaan ini?"Mas Johan marah karena melihat keadaan rumahnya yang mirip kapal pecah, sedangkan terlihat Mbak Sarah sedang asyik menyatap mie di meja makan yang kotor itu."Eh kamu sudah pulang Jo. Papa juga sudah pulang ya. Pasti capek sekali kan Pa? Yuk kubuatin teh," ucap Mbak Sarah sambil menghampiri Mas Rusli.Demi melihat perkataanya tadi tak dihiraukan, malah kini akan membuatkan teh untuk Mas Rusli, suamiku itu meninggikan suaranya."Mbak aku ini lagi ngomong sama kamu, k