Share

Anak dan Ibu Sama Saja

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-23 07:13:19

Anak dan Ibu Sama Saja

Sore ini aku pulang sedikit telat, karena tanggal muda jadi banyak yang belanja sembako di tokoku. Sengaja aku mampir untuk membeli roti bakar, meski aku jahat, namun aku masih ingat makanan kesukaan keponakan kembarku itu. Apalagi hari ini, aku mendapatkan penghasilan yang cukup banyak, jadi tak ada salahnya 'kan kalau sedikit berbagi dengan orang-orang sekitar kita.

Ku pesan dua buah roti bakar dengan isian coklat keju, nantinya satu untukku dan satu untuk keluarga Mbak Sarah. Tak lupa kubelikan dua minuman alpukat kocok kesukaan Dewi dan Devi. Juga buskuit dan susu bayi untuk Desta. Pasti mereka semua sangat senang melihatku pulang membawa makanan. Untuk Mas Rusli memang sengaja tak kubelikan apapun, karena aku masih sangat kesal dengan kelakuan mereka.

Tepat saat adzan magrib berkumandang, aku sampai rumah, dan ternyata mobil suamiku sudah terparkir rapi di teras. Tebakanku tadi memang benar, ketika aku baru sampai di ruang tamu, kedua gadis kecil itu langsung menghampiriku.

"Wah Tante Rini bawaan makanan buat kita nih Dev," kata Dewi senang.

Aku pun mengangguk dan memberikan semua plastik yang kubawa, tanpa berterima kasih mereka langsung pergi meninggalkanku. Kebiasaan. Sementara itu kulihat suamiku, Mas Rusli dan Mbak Sarah sedang duduk menonton  tv di ruang keluarga.

"Tumben Mas sudah pulang dan nggak ngabarin aku?" ucapku.

"Iya Dek, maaf ya tadi Mas lupa hubungin kamu. Oh, iya Dek tadi Mas juga bungkusin kamu nasi padang loh. Itu diatas meja makan," jawab suamiku.

Aku hanya membalas dengan anggukan, sambil mataku melirik ke meja makan. Oh jadi kakak beradik ini habis makan besar ya? Pantas meja makan kayak kapal pecah gitu.

"Dek, mulai besok Mas Rusli sudah bekerja di tempatku, alhamdulillah," ucap Mas Johan senang.

"Wah alhamdulillah banget dong. Dapat kerjaan bagian apa tu?"

"Staff administrasi keuangan. Kebetulan yang menempati resign tadi pagi."

"Oke, semoga beneran betah ya Mas, biar bisa segera bangkit dan tak menjadi benalu di rumah tangga orang lagi!" pungkasku.

"Maksudmu apa Rin?! Siapa yang benalu?!" ucap Mbak Sarah tiba-tiba.

"Loh kok Mbak Sarah nyolot dan kenapa matanya pake melotot gitu kepadaku? Emangnya ada yang salah dengan omonganku?" tanyaku.

"Ya jelas salah lah! Enak banget ngatain kami benalu!  Tuh istrimu Jo, nggak pernah ngerti sopan santun sama yang lebih tua!" Mbak Sarah kembali marah.

"Haduh ampun deh! Kalau nggak mau di bilang benalu itu ya jaga sikap, sudah numpang, apa-apa minta, sombong lagi, terus minta di hormatin. Sono tinggal di negeri dongeng!" omelku.

"Hiiih istri kamu ini memang kurang ajar Jo, masak dia juga mulai berani menyuruh-nyuruhku! Nggak ngerti balas budi banget!" 

"Mbak Sarah cantik, jangan terus-terusan manggil 'BUDI' capek dia, butuh istirahat juga! Udah ah malas aku ngladenin kamu Mbak. Sudah numpang kok minta enak terus. Kalau minta balas budi terus, noh minta saja pada adikmu itu, buka  padaku! Malas banget!"

"Sudah dong Dek, malu di dengar tetangga berantem terus," ucap suamiku.

"Jadi kamu malu kalau tetangga tahu kelakuan busuk keluarga kakakmu ini? Benar-benar ya kamu Mas! Sudah ah aku mau ke kamar saja! Nggak guna ngurusin kalian semua. Dan ingat Mas, ucapanku kemaarin tetap berlaku loh!" ancamku.

Kemudian aku meninggalkan mereka menuju ke meja makan, tujuanku adalah untuk mengambil nasi padang bagianku. Namun saat melewati kamar si kembar, aku mendapati roti bakar milikku telah berserakan di lantai, dengan bungkusnya yang sudah tak berbentuk.

"Astaghfirullahaladzim, apa-apaan sih ini!" teriakku.

Mendengar teriakanku Mas Johan sontak berlari ke  sini, diikuti oleh duo benalu itu.

"Apalagi sih Dek?" tanya suamiku.

"Tuh lihat, kenapa roti bakar milikku jadi begitu?!" ucapku sambil menunjuk ke lantai.

"Loh kok bisa begini sih? Devi, Dewi! Kenapa bisa begini Nak?" kata suamiku.

Duo kembar yang di panggil segera keluar dari kamar, diikuti oleh si bayi yang masih merangkak.

"Oh itu Om..salah Tante Rini sih, dari tadi nggak ngambil roti bagiannya, jadi ya buat mainan sama si Desta." Dewi yang wajahnya bepotan karena coklat berkata dengan entengnya.

"Jadi tadi kamu tahu, kalau Desta yang melakukan ini? Terus kenapa nggak kamu cegah?" tanyaku.

"Ih malas banget lah! Lagian kami 'kan lagi makan, mumpung masih anget lah. Seperti kata Mama, biarin aja apa yang Desta lakukan, yang penting dia diam dan tidak rewel" jawab Devi.

Emosiku langsung saja memuncak. Apalagi saat melihat bungkusan nasi padangku yang sedikit sobek, ternyata saat ku buka, daging rendangnya telah tiada.

"Ini juga, siapa sih yang mengambil daging bagianku?" tanyaku.

"Kami Tante, habis enak sih! Dan kata Mama juga, kami boleh mengambil dan melakukan apa yang kami mau," ucap Dewi tanpa rasa bersalah.

Langsung saja mataku tertuju kepada Mama mereka, yang telah mengajarkan hal-hal itu pada anak-anak.

"Maksud kamu apa Mbak?! Mengajari hal-hal yang tidak benar kepada mereka. Sedangkan kalian itu cuma numpang di sini! Anak.itu seperti kertas, apa yang di ajarkan orang tuanya itulah yang di lakukannya," ucapku emosi.

"Biasa aja kali Rin, ini kan rumah adikku, kamu juga numpang. Sama-sama numpang tak usah saling iri!" jawabnya sambil bersedekap.

Segera aku mendekat ke arahnya, rasanya ingin ku pukul mulutnya itu, sayang ada anak-anak di sini.

"Kamu bilang aku numpang? Ingat ya rumah ini memang dibangun dengan menggunakan uang hasil pembagian warisan itu, tapi masih tetap ada tambahan dari uang tabunganku. Dan satu  lagi, rumah ini di bangun di atasa tanah milik pribadiku! Jangan sembarangan mulutmu kalau ngomong Mbak!" ucapku.

"Sudah dong Dek. Ku belikan lagi ya, nasi padang dan roti bakarnya sekarang," rayu Mas Johan.

"Tak perlu, sudah hilang selera makanku gara-gara mereka. Mulai sekarang jika mereka masih tetap ingin tetap tinggal di sini, kalian harus membayar uang sewa tiap bulan, dan juga melakukan semua pekerjaan rumah tangga di sini. Jika merasa keberatan silahkan keluar sekarang juga dari sini! Permalam ini hitungan sewa mulai berlaku! Dan untuk kamu Mas, karena kamu sangat sayang sama mereka, malam ini kamu tidur di luar. Dan jika mereka tetap tak berubah, maka selamanya kamu akan tidur di sana!" kataku sambil menunjuk ruang tamu.

Gegas ku tinggalkan mereka semua dan kubanting keras pintu kamarku, tak lupa ku kunci dari dalam. Maaf Mas, kesabaranku sudah habis sekarang!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Tanjung For'az Sya
aku suka nih sm perempuan kyk gni walau pun msh ada lolo nya usir aja udah beres
goodnovel comment avatar
Diana Cin
klu saya udh saya usir la repot klu kita gabung sama yg gk punya pikiran kayak mbak sarah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Sebuah Keputusan

    Part 57Semoga Tak Ada Masalah Lagi (Ending)"Aku akan melakukan apa yang kamu mau, jika memang itu bisa mengembalikan rumah tangga kita. Karena aku memang bersalah. Tetapi kamu harus tetap tahu jika hanya kamu wanita yang selalu ada dalam hatiku ini."Beberapa saat aku masih terdiam dengan ucapan dari Mas Johan itu. Rasa sakit hati itu nyatanya terus saja menggerogoti rasa ini."Oke. Sekarang pergilah Mas. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. Entah sampai kapan aku bisa kembali mempercayai kamu. Selama kita tak tinggal satu rumah lagi, aku mohon kamu sama Sekali tak menganggu hidupku dan jangan menunjukkan wajahmu di depanku lagi." Tetap itu yang memang aku inginkan dari tadi.Mas Johan nampak menarik nafas dalam-dalam saat ini, kemudian dia pun menjawab."Baiklah Dek, jika memang sudah menjadi keputusan kamu, maka aku akan menuruti semuanya. Aku Akan selalu mencintai kamu dan memperbaiki kesalahan. Berpisah sebentar aku tak mengapa, asal tak selamanya berpisah dengan kamu. Semoga

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Akhirnya

    Part 55Akhirnya "Biarlah, aku tak peduli lagi dengan Mila. Bagiku saat ini hanya kamu yang paling penting, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Tolong Dek." Mas Johan terus saja merengek saat ini, kami berdua pun saat ini saling menangis.DORRRSuara tembakan itu sontak membuat kami berdua yang sedang bersitegang langsung terdiam."Bunyi tembakan dari mana itu Dek?" Mas Johan yang pertama kali langsung bereaksi."Sudah kubilang bukan jika saat ini polisi telah berada di rumah Mila. Berarti----"Bagai sebuah komando, kami berdua pun langsung beranjak dan pergi menuju ke rumah Mila. Mas Johan menggandeng tanganku saat ini, dan entah kenapa aku yang tadi sedang marah pun tak mengapa jika saat ini dipegang oleh suamiku itu.'Astaghfirullah aladzim! Semoga semua baik-baik saja!' gumamku terus sambil berdoa dalam hati.Siapa sih yang tidak langsung panik jika mendengar suara tembakan? Apa lagi aku tau jika disana ada Mbak Sarah, Desta, Dewi dan juga Desi. Pasti saat ini keponakanku itu j

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Pergilah Dariku

    Part 54Pergilah Dariku[Mas, jadi kamu masih tidur di rumah Mbak Sarah? Ketemuan yuk! Aku kok rasanya sudah nggak kuat lagi ingin bersatu dengan kamu. Selama ini kita hanya melakukan hal itu lewat video saja. Yakin deh jika secara langsung pasti akan lebih nikmat. Dijamin pasti kamu akan ketagihan deh. Karena aku akan melayani kamu lebih baik dari pada si Rini itu.][Mas, kamu kok nggak balas chat aku sih? Ngapain sih kamu itu masih terus mencoba setia pada Rini. Ayo lah Mas, kamu itu lebih pantas dengan aku dari pada Rini yang jelek itu!]Membaca pesan dari sahabatku pada suamiku itu sungguh membuat darahku mendidih. Coba saja posisikan diri kalian menjadi aku, apa yang akan kalian lakukan? Ya, aku pun begitu, saat ini rasanya saat ini juga aku ingin marah semarah-marahnya pada Mas Johan. Bahkan sekarang juga aku ingin menghajar Mila hingga wanita cantik itu menjadi tak berbentuk lagi. Saking marahnya aku. Karena dia telah menusuk dari belakang dan menghianati kepercayaanku.Tetapi

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Akan Segera Berakhir

    Part 53Akan Segera BerakhirSengaja aku memang tak mengatakan semua ini pada Mas Johan, karena aku sangat yakin jika dia tak akan pernah mempercayai hal ini. Begitupula dengan Mbak Sarah, dia pun menyarankan jika tak perlu mengatakan semua ini dulu pada Mas Johan."Lalu menurut kamu, langkah apa yang kini harus kita Ambil? Aku ingin Desta segera kembali ke pelukanku Sin. Aku takut kedua setan itu akan mencelakai dia!"Aku dan Mbak Sarah kini berada di dalam kamar dan kunci kami tutup dari dalam. Agar Mas Johan tak bisa mendengarkan apa yang sedang kami perbincangankan."Aku pun sebenarnya bingung Mbak, kalau kita langsung mendatangi rumah si Mila. Tetapi aku takut nanti malah mereka tahu dan membawa Desta pergi Mbak. Mereka itu sepertinya sudah sangat nekat sekali. Apa pun akan bisa mereka lakukan Mbak."Saat ini aku memang tak tahu apa yang harus dilakukan. Rasanya serba salah semuanya. Apa lagi saat ini hatiku pun terbagi antara keselamatan Desta dan kecurangan Mas Johan. "Begini

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Terlalu Jahat

    Part 52Terlalu Jahat"Kamu jahat Mas! Cepat kembalikan Desta! Jika sampai terjadi sesuatu pada dia, aku pastikan kamu akan kembali membusuk di penjara!"Mbak Sarah semakin meradang, sekarang semua sudah jelas. Yang sedang menelepon Mbak sarah saat ini adalah Mas Rusli, lelaki yang sama dengan yang semalam berbincang dan kurasa dia pula yang membuat tanda merah di leher Mila itu."Siapa?" Mas Johan dengan amat polosnya menanyakan hal itu pada Mbak Sarah dengan suara yang amat lirih.Beberapa saat Mbak Sarah menatap wajah adiknya itu. Tetapi kemudian dia kembali memalingkan muka tanpa memberi jawaban. Rasanya itu sebuah pertanyaan yang tak lagi perlu dijawab. Aku pun tak mau ambil pusing dan terus berusaha menajamkan telinga."Hahaha! Sarah-sarah kamu ini memang bodoh sekali! Baru tahu ya jika aku ini memang jahat? Hahaha! Jika kamu melaporkan aku ke polisi, maka aku tak akan segan-segan menyakiti Desta!" Mas Rusli kembali mengancam. Semakin yakin aku jika saat ini ternyata Mila itu

  • Aku Bukan Pembantu Kalian   Saling Berhubungan

    Part 51Saling Berhubungan"Yang sabar ya Mbak!" Satu hal lagi yang kurasa janggal pada Mila. Pada leher janda cantik itu ada dua tanda merah, yang tadi sore aku belum melihatnya. Bukankah dia sendirian tadi? Ah apa mungkin tanda itu buatan Mas Johan? Atau mungkin ---?"Mas Rusli itu jahat sekali Mil." Suara Mbak Sarah terdengar amat menyedihkan."Kamu yang sabar ya Mbak. Pasti Desta akan cepat ketemu." Mila masih juga terus berusaha menenangkan.Aku dan Mas Johan hanya diam melihat Mila masih berpelukan dengan Mbak Sarah. Sungguh aku sebenarnya seperti masih belum percaya jika semua ini terjadi. Seperti sebuah benang kusut yang terasa sulit sekali untuk di urai. Rumah Mbak Sarah pun mulai sepi, beberapa warga saja yang masih ada sedangkan yang lain sudah pulang."Mila itu sangat cantik dan sexy ya Mas. Semua mata lelaki pasti akan sangat senang saat melihat dia," ucapku lirih sambil menyenggol bahu Mas Johan, karena beberapa saat tadi kulihat suamiku itu terus saja mencuri pandang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status