Share

Bab 145

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 01:19:20

"Zidan," panggil Wina saat melihat anaknya melintas di ruang keluarga lagi.

Kali ini Zidan sepertinya akan pergi padahal baru kembali.

Tapi Wina tidak perduli dengan semua itu karena telah menjadi kebiasaan anaknya.

"Ya, Ma?" jawabannya sambil menghentikan langkah kakinya.

"Sebenarnya kamu berbuat apa pada Tere, kok dia sampai begitu ketakutan kalau lihat kamu," tanya Wina penasaran.

Semetara Ayunda masih diam menunggu jawaban dari sang Kakak.

Dia juga penasaran akan kehidupan yang dijalani oleh sahabatnya.

Ayunda bahkan merasa jika Tere yang kini tidak dia kenali lagi.

Terlihat hanya ada beban hidup yang dia pikul, bahkan untuk tertawa lepas seperti dulu saja tidak pernah dilihatnya lagi.

"Memangnya dia tidak berbicara pada, Mama?" tanya Zidan kembali.

Wina pun menggeleng kepalanya.

"Zidan pikir dia sudah memberi tahu, tapi sejak kapan, Mama peduli?" tanya Zidan lagi yang malah bingung.

Karena setahunya Wina juga tidak setuju jika Tere menjadi istrinya, bahkan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yeni Triwahyuningsih
lanjut kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 203

    Pukul 9 pagi Zidan pun membuat janji bertemu dengan Keysa. Tapi Keysa bingung kenapa yang datang adalah Zidan. Dia tak tahu jika sebenarnya yang membuat janji adalah Zidan. Dia pun kembali membuka ponselnya dan memastikan sekitarnya. Benar mereka membuat janji bertemu di taman. "Pak Zidan?" sapanya dengan bingung. Keysa sering melihat wajah Zidan karena bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja. Bahkan Keysa pernah meminta Tere untuk menjodohkan mereka. Hanya saja Zidan yang tidak pernah meliriknya bahkan tidak sedikitpun mengetahuinya. "Saya yang meminta mu datang ke sini," ucap Zidan. "Maksudnya bagaimana ya, Pak?" Keysa kebingungan dibuatnya. "Saya suami Tere," papar Zidan. Duarr! Suara Zidan seperti suara petir ditelinga Keysa. "Su-suami Tere?" "Kalau kamu tidak jujur pada saya, saya akan melaporkan kamu ke polisi karena telah berhasil menghasut istri saya menggunakan barang haram! Kamu juga bisa menjadi tersangka!" kata Zidan lagi tanpa basa-bas

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 202

    "Hidup dalam pengaruh benda tersebut sungguh merusak kesehatan, begitulah yang terjadi pada pasien. Mengabaikan kesehatan hingga kini berdampak buruk, dia bisa drop tiba-tiba. Saya harap dia bisa bekerja sama untuk menghadapi semua ini agar bisa kembali pulih." terang sang dokter. Zidan sendiri bingung harus bagaimana, tapi tidak mungkin dia menceritakan Tere dalam keadaan seperti ini. Meskipun itu yang diinginkan oleh gadis itu, tapi sampai disini dia mulai merasa bersalah. "Lalu bagaimana langkah selanjutnya, Dok?" tanya Zidan. "Saya akan merekomendasikan anda untuk bertemu dengan psikiater, dan selama anda menyetujui kami akan merekomendasikan anda pada bagian-bagian yang memang ahli di bidangnya," ucap sang dokter. "Saya ingin yang terbaik, Dok," jawab Zidan. "Ya, tentu kami juga ingin yang terbaik." *** Setelah berkonsultasi dengan dokter kini Zidan pun kembali ke ruangan Tere. Dia melihat Tere sudah sadarkan diri, tatapan matanya terlihat kosong. Hingga dia p

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 201

    Wina melihat Zidan yang baru tiba di rumah sakit, mereka bertemu di koridor rumah sakit. Wina pun menghentikan langkahnya begitu juga dengan Zidan. Sedangkan David juga ikut berhenti melangkah, dia berdiri di belakang Zidan. Plak! Tangan Wina langsung menamparnya, dia tidak lagi sanggup menahan rasa kecewanya terhadap sang anak. "Ceraikan Tere, dan kamu yang harus keluar dari rumah!" ucapnya. Zidan pun semakin dibuat terkejut mendengar ucapan Wina. Menampar dan memintanya untuk menceraikan Tere, kemudian dia harus pergi dari rumah? "Ma?" tangannya bingung. "Kamu harus pergi dari rumah, ceraikan Tere!" Wina pun kembali mengulang ucapannya dengan sangat jelas. "Maksud, Mama apa?" "Mama tahu Tere adalah wanita baik-baik, tapi kamu menghancurkannya! Kamu bisa membunuhnya perlahan dan penyebabnya adalah dendam yang tidak memiliki alasan!" ucap Wina lagi sambil menunjuk wajah sang anak. Setelah hari ini Wina sadar bahwa dirinya adalah seorang ibu yang buruk, dia gag

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 200

    "Tapi, Mama masih berharap Zidan dan Tere bisa bersama. Bagaimana pun Kakak kamu harus berubah, dia harus bertanggungjawab," ucap Wina. "Sampai kapan, Ma?" tanya Ayunda frustasi."Kenapa harus membahas ini sekarang? Bukankah baru saja Tere kehilangan calon anaknya?""Calon cucu Mama? Kenapa harus membahas ini sekarang?" "Tere, beri waktu untuk Zidan ya. Sampai satu atau dua bulan ini dia tidak berubah juga kamu bisa meninggalkan dia, Mama yang akan meminta dia menceraikan kamu," mohon Wina. "Ma, Kak Zidan udah keterlaluan banget. Tere sampai seperti ini!" sahut Ayunda lagi, kemudian dia pun mulai menatap wajah Tere, "Kalau kamu mau cerai nggak papa, tapi kamu harus janji nggak akan pakai barang haram itu lagi," mohon Ayunda. Degh! Jantung Tere mulai berdetak kencang karena mendengar ucapan sahabatnya. Apakah Ayunda sudah tahu semuanya? Sungguh Tere tidak percaya jika Ayunda sudah mengetahuinya.Kini wajah Ayunda semakin memucat karena syok berat. "Barang haram apa?" t

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 199

    Pasword apartemen Tere sudah diubah, Zidan tidak lagi bisa masuk dengan leluasa. Akan tetapi dia tidak kehabisan akal untuk bisa membuka pintu. Dia pun meminta seseorang untuk datang dan merusak pintu tersebut. Tak sia-sia, dengan sangat mudah Zidan pun bisa masuk. Ketika melangkah masuk dia langsung melihat sofa dan di atas meja tersebut ada beberapa botol minuman. Disebelahnya ada asbak berisi puntung rok*k yang cukup banyak. Artinya apa? Artinya Tere masih melakukannya meskipun dirinya pernah memergokinya. Kemudian Zidan pun menuju kamar dan melihat di atas ranjang ada banyak jenis benda haram itu. Tak perlu susah mencarinya, semuanya sudah diperlihatkan. "Jadi, ini tujuannya ke sini?" tanya Zidan yang sangat syok dengan semua ini. "Sepertinya kau harus tahu banyak hal tentang dia," ucap David yang juga melihat apa yang dilihat oleh Zidan. "Tapi, aku tidak percaya jika dia bisa seperti ini," kata Zidan lagi. David pun mengangkat kedua bahunya seakan tidak

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 198

    "Kami telah melakukan pemeriksaan terhadap istri anda, tapi hasilnya diluar dugaan kami. Maksud saya, hasilnya jauh lebih buruk dari apa yang kami prediksi," ucap sang dokter. Sang dokter pun menjeda ucapannya sambil menatap wajah Zidan. Terasa berat, tapi semua ini harus diberitahu agar mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kebutuhan. Ataupun mungkin keluarga sudah tahu, entahlah. Yang jelas sebagai seorang dokter hanya ingin melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Sedangkan Zidan semakin bingung dengan penjelasan sang dokter. Dia bahkan tidak sabar untuk mendengar penjelasan lebih lanjut sang dokter. "Istri ada perok*k berat?" tanya sang dokter. Zidan pun hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan tersebut. "Saya, Dokter Yogi dan saya adalah sepupu David. Saya rasa tidak masalah untuk anda lebih terbuka," ucap Dokter Yogi. Zidan pun mengangguk, "Saya pernah melihatnya, tapi saya tidak tahu seberapa beratnya dia....." Zidan pun mengusap wajahnya karena tidak bisa

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 197

    Zidan pulang ke rumah di waktu tengah malam dan melihat Tere yang tengah tertidur pulas di ranjang, sejenak dia pun mendekat agar memastikan apakah benar yang dikatakan oleh Mamanya jika Tere sedang sakit. Wajahnya terlihat sangat pucat.Tanpa sadar tangan Zidan pun bergerak untuk memegang dahi Tere.Terasa sangat dingin. "Tere," panggil Wina sambil membuka pintu. Zidan pun menatapnya begitu juga sebaliknya. "Kamu udah pulang?" tanya Wina. Zidan pun mengangguk. "Mama pikir kamu belum pulang," ucap Wina lagi, "Tere, tidur?" tanya Wina lagi sambil berjalan masuk. "Masih, Ma."Wina pun melihat makanan yang sebelumnya dia antarkan ke kamar Tere dan dia letakan di atas meja nakas masih utuh.Artinya Tere tidak memakannya sama sekali.Berarti seharian ini Tere tidak makan apa-apa. "Tapi dia belum makan dari pagi, Mama bangunin aja kali ya," kata Wina. Zidan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya seperti biasanya dia lakukan sepulang dari kantor. Tapi tiba

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 196

    Beberapa Minggu kemudian. "Huuueeeekkkkkk...." "Huuueeeekkkkkk....." Kepala Tere terasa pusing, sedangkan rasa mualnya pun semakin menjadi-jadi. Mukanya terlihat pucat dan dia juga menggigil Kedinginan. "Apa mungkin......." Tere mulai menebak-nebak apa yang terjadi padanya. Dia mengigit kukunya dengan perasaan was-was. Dia juga melihat wajahnya pada pantulan cermin, wajahnya terlihat sangat pucat. Dengan perasaan bingung dia pun keluar dari kamar mandi dan mendapati Zidan yang ternyata sudah pulang. Sejak hari itu Zidan jadi jarang pulang, jarang berkomunikasi dengannya. Sebenarnya tidak masalah, karena selama ini pun Zidan bersikap dingin padanya. Kecuali beberapa hari setelah malam panas itu terjadi. Beruntung ada Wina dan Ayunda yang selalu ada untuknya, sehingga Tere tidak lagi berpikir untuk mengakhiri hidupnya. "Kak, Tere bisa minta tolong nggak?" tanya mohon Tere karena kepalanya benar-benar pusing. Zidan pun menatapnya dengan tajam, dia pusing karen

  • Aku Bukan Wanita Nakal, Tuan Pewaris Terhormat!   Bab 195

    Tere pun keluar dari mobil dan mulai berjalan masuk. Ternyata bertepatan dengan Wina dan Ayunda yang juga baru saja menginjakkan kaki di teras. "Tere, kamu udah pulang?" tanya Wina yang benar-benar merasa lega. "Iya, Ma," jawab Tere. "Mama khawatir sama kamu, ini kita mau nyusulin kamu ke apartemen. Tapi sukur kamu udah pulang," sahut Ayunda. "Iya, Mama lega karena kamu sudah pulang," kata Wina lagi sambil memegang lengan Tere. Tiba-tiba saja mata Tere berkaca-kaca sedetik kemudian air matanya pun menetes. "Hey, ada apa? Kamu kenapa?" Wina terlihat begitu khawatir akan Tere. Membuat air mata Tere semakin mengalir desa. "Tere?" tanya Wina lagi dia bingung dengan keadaan menantunya itu saat ini. "Makasih ya, Ma udah khawatir sama Tere. Padahal Tere mikir udah nggak punya siapa-siapa," ungkapnya penuh haru. "Kamu tidak boleh berpikir seperti itu, kami keluarga kamu," Wina pun tersenyum lembut. Dia terlihat kasihan pada Tere, dan lama-kelamaan dia juga merasa memil

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status