“Ada apa tanda tanya kenapa seharian ini kau sulit dihubungi?” Nick sedang berada dalam panggilan Minna.Sejak pagi siang dan sore Nick coba menghubunginya, Minna terus menghindar.Selain ada alasan lain karena ibunya sedang mengikuti sang ayah. Minna juga tidak ingin dijadikan bulan-bulanan oleh Nicholas.Dia tidak mau jadi alat pelampiasan saat Nicholas marah. “Aku sedang sibuk dengan mama, jadi untuk sementara waktu sebaiknya kita tidak bertemu dulu,” kata Minna menghindar.Dia sedang mencari cara untuk membalas dendam pengkhianatan ayahnya. Bagaimanapun ibunya tidak boleh menderita. Mina ingin ayahnya juga mendapatkan pembalasan setimpal. Hal itu sedang dia pikirkan, dan benar-benar dia akan melakukannya. “Pokoknya aku tidak mau tahu, besok pagi kita harus bertemu. Aku benar-benar kehilangan kontak dengan kakakmu itu!” Suara Nicholas terdengar frustasi dan dia berpikir harus mencari cara agar bisa menemuiku. “Apa kau lupa, kemarin kau sudah tahu. Karena kau tidak berhasil m
“Dasar, laki-laki kaku dan dingin. Dia tadi beneran menembakku?” bisik Rena dalam hati. Di dalam mobil dia masih sedikit terbayang dengan kejadian tadi.Rick mengamati. Anaknya sudah dalam pangkuan Rena dan tertidur.“Ah, maaf, tadi saya tidak menjawab telepon Tuan,” kata Rena, dia merasa tidak enak hati karena mengabaikan panggilan telepon dari Rick.“Em, tidak masalah. Yang terpenting saat ini kau sudah setuju untuk mengasuh Belinda,” ucap Rick penuh makna.Meski sedang fokus menyetir, dia melirik ke arah Rena. “Tadi itu …,” Rena sedikit ragu untuk mengatakan, tapi dia sadar tidak boleh mengabaikan perasaan Billy setelah dia mengungkapkan. “Aku mengerti. Tapi, jika memang dia keberatan, beritahu aku secepatnya!” Sepertinya tidak perlu dijelaskan, Rick sudah memahami posisi gadis itu. “Em, dia tidak masalah. Dia bukan orang yang berpikir sempit dengan melarangku bekerja,” kata Rena, dia berbicara seolah sudah memiliki hubungan yang lama dengan Billy.Setidaknya Rena harus memberi
Rena menghampiri dan menggandeng tanganku.“Jadi, apa alasanmu? Hah?!” Aku penasaran ingin langsung mendengar ceritanya.Axel dan Billy mengikuti dari belakang. Juga menyimak pembicaraan kami.“Sepertinya, aku akan berhenti bekerja dari cafe,” kata Rena mulai bercerita.“Seriusan!”“Iya, aku juga nggak nyangka. Tuan Rick menawarkan aku pekerjaan sebagai pengasuh. Kerjanya fleksibel. Aku juga masih bisa kuliah. Tempat tinggal dan makan sudah di tanggung. Aku hanya perlu merawat dan menjaga Belinda!” Cetus Rena penuh antusias.“Benarkah?!”Aku mungkin saja tidak percaya kalau tidak mendengar langsung dari mulut Rena.“Um, bahkan dengan gaji double!” tambah Rena dengan wajah berseri-seri.Aku yakin dibandingkan dengan bantuan ku yang cuma-cuma menawarkan dia tempat tinggal. Rena akan merasa tidak terbebani dengan hal ini.Meskipun aku juga belum tahu alasan sebenarnya si Rick itu memberikan pekerjaan. Anggap saja, dia memang benar-benar membutuhkan pengasuh untuk anaknya.“Aku ikut senan
“Aunty Renata, kenapa Aunty nggak mau ke rumah kami saja,” kata Belinda masih menggenggam tangan Rena.Sepertinya dia enggan berpisah. Sang ayah hanya diam-diam memperhatikan. Dia tidak banyak bicara saat ini.“Em, Aunty nggak punya alasan untuk main ke rumah kamu, sayang. Memangnya kamu mau menerima Aunty jadi pengasuh kamu kalau Aunty sedang nggak bekerja,” jawaban tersebut meluncur mulus dari mulut Rena.Dia memang sedang berpikir mencari pekerjaan lain yang bisa dijadikan tempat tinggal. Rena merasa tidak ingin terlalu membebani ku.“Daddy dengar kan? Lebih baik Aunty diterima saja jadi pengasuhku,” Belinda menoleh sang ayah dan memegang tangannya.Rick menatap wajah Renata.“Ah, umm, bukan maksudnya seperti itu. Saya memang sedang butuh pekerjaan tambahan selain di kafe. Apalagi pekerjaan itu bisa menampung saya tinggal,” meski sedikit ragu. Renata tetap mengutarakan maksudnya.“Aku nggak keberatan. Asalkan anakku suka. Dan sepertinya anakku memang menyukaimu,” tukas Rick menatap
“Aku nggak akan membiarkan semuanya itu terjadi, Ma! Wanita murahan dan anaknya itu harus mendapatkan hukuman yang setimpal. Mama tidak perlu khawatir, aku akan selalu ada bersama mama,” kata Minna memberikan dukungan pada ibunya. “Kita tidak bisa memantau papamu. Tapi, mama sudah tahu tempat tinggalnya. Jadi, kita hanya perlu menyergap ke sana dan memberikan wanita itu hukuman yang setimpal!” Tambah Marta dan disetujui oleh Minna.“Tapi, dibandingkan dengan itu sekarang, aku sedang mencemaskan Nick. Hari ini dia belum menghubungiku, aku yakin dia masih mengharap Kakak bodohku itu!”Mina mengeluarkan unek-uneknya. Dia merasa sudah tidak tahan oleh Nicholas. “Mama tidak menyangka kalau Nick seperti itu. Bisa-bisanya dia menutupi sikap kasar dan arogannya. Kalau mama tahu dia seperti itu, sejak dulu kalian dekat Mama akan melarangnya,” Martha tampak menyesali hubungan Nicholas dan anaknya. “Aku juga nggak ngerti kenapa dia bisa berubah seperti itu. Alasannya hanya karena Kakak bodohk
“Temanmu? Maksudmu ….”Axel memicingkan mata dan sedikit melirik ke Billy.“Menurut siapa lagi. Tentu saja, teman kesayangan ku, Rena. Hari ini dia nggak sengaja ketemu laki-laki yang kemarin itu,” kataku persis seperti para perempuan yang suka bergosip.Telinga Billy semakin meninggi. Keningnya berkerut dan tangannya mengepal secara spontan.“Bagaimana bisa?” Axel mengikuti gerakan ku yang mengambil belanjaan yang dibeli Rena tadi.“Lalu kenapa kamu jadi memutuskan keluar rumah? Bukannya tadi kamu bilang,” cetus Axel.“Iya ini nggak ada rencana, sayang,” tanganku mengapit lengan Axel dan membawanya berjalan.“Aku nggak terlalu suka suasana di rumah. Mama dan Minna terus mengganggu. Mereka terus-terusan menyuruhku meminta maaf pada Nick dan kembali padanya!” Ucapan ku kecut.“Sepertinya aku harus membuat dia menghilang dari hidupmu baru kamu bisa tenang!” geram Axel saat mendengar ucapanku.“Sebenarnya aku pikir dia akan menjauh. Tapi, seperti ini dia masih saja bertingkah seperti ora