“Ayo, kita pergi. Aku yakin temanku ada di toilet,” kataku menggandeng Axel agar tidak jauh-jauh dariku.Aku takut kalau benar yang dikatakan oleh Minna, Nick sedang dalam perjalanan berarti akan ada drama kolosal kembali.Aku menyuruh Axel menunggu di depan lorong toilet wanita karena aku lihat Billy berada tidak jauh dari sana.“Apa dia ada di dalam?”Billy hanya mengangguk dan memberiku satu paper bag. Aku segera meraih dan masuk ke dalamnya.Aku mendengar suara isak tangis yang menyayat hati dari balik pintu yang sedang ku dekati. Aku yakin itu adalah Renata.“Ren, kamu ada di dalam? Tolong buka pintunya, aku membawakan baju ganti untukmu,” kataku mengetuk pelan pintu kamar mandi karena aku ingin Rena tahu, aku ada di sisinya sewaktu dia dalam kesedihan.Tidak ada jawaban, tapi suara tangisnya mulai mereda. Kemudian perlahan pintu terbuka. Aku tanpa ragu memeluknya, meskipun tubuhnya masih bau dengan makanan yang ditumpahkan oleh Alda dan Jessy.“Maafkan aku, Rena, aku sungguh gak
Plak! Satu tamparan keras kini benar-benar mendarat di pipi Nick. Minna juga membulatkan mata, dia tidak akan menyangka kalau aku sampai berani melakukan hal seperti ini.“Berani sekali kamu membuat hal seperti itu, Nick. Sudah aku katakan, kita putus dan gak ada hubungan lagi. Sampai kapan kamu akan mengerti kalau aku sudah gak cinta lagi!”Sarkas suaraku terdengar hingga beberapa mahasiswa ikut menoleh. Semua karena suaraku juga mendengar tamparan tadi. Semua mata tertuju padaku juga saling berbisik.“Apa perlu aku buat pengumuman sekarang? Hah! Kalau kamu masih juga belum mengerti. Aku udah ga cinta kamu lagi. Jika kamu mau bilang aku sedang memanfaatkannya atau apa tadi kamu bilang?”Aku menaikkan rahang juga berkacak pinggang. Aku sudah tidak peduli kalau hari ini akan terjadi ribut besar dengan Nick.Aku kemudian menarik satu bibirku kecut dan melirikan pandanganku dengan garang pada Axel. Laki-laki tampan itu tetap diam saat melihatku sedang beraksi.“Apa kamu bilang tadi?” Aku
Tanganku digenggam erat oleh Axel saat memasuki restoran daging panggang. Axel seolah enggan melepaskan.“Kamu tunggu disini dulu, aku yang akan pesan,” kata Axel setelah memapahku duduk dan dia kembali ke counter kasir untuk memesan.Sambil asik aku menatap Axel. Beberapa bayangan kehidupan masa laluku berputar.Aku ingat ada dimana aku, Nick dan tentu saja Minna ada di salah satu restoran. Aku bahkan tidak pernah merasa terganggu kalau dulu sikap Nick memang sangat lembut terhadap Minna.Aku selalu berpikir kalau itu hanya hubungan persahabatan semata.Aku mengenal Nick dari Minna. Dulu dia berkata ada seorang temannya yang pemalu ingin berkenalan denganku. Tanpa aku kira dialah Nick yang sudah pernah menolongku pada satu kejadian.Malam itu aku ingat, saat aku pulang dari kampus karena ada tugas yang harus aku selesaikan sampai larut.Hari itu Minna tidak bersama denganku karena dia tidak masuk kuliah. Saat itu Minna bilang dia tiba-tiba saja deman.Tanpa ada rasa curiga, aku malah
Sekumpulan ibu-ibu sosialita termasuk ibu tiriku, Martha juga ada disana.Mereka berada di sebuah restoran mewah dan terlihat berkumpul di salah satu ruangan VVIP.“Martha, apa benar kali ini kamu yang mentraktir makan siang kita-kita?” kata salah seorang wanita yang mengenakan dress kuning mentereng dengan kaca mata hitam diatas kepalanya.Dia terlihat antusias saat melihat menu makanan. Apalagi ruangan yang Martha pesan adalah ruangan VVIP sudah pasti makanan yang tertera di dalamnya serba mahal.Mereka semua pastinya tidak akan melewatkan kesempatan untuk makan enak dan gratis. Meskipun mereka terlihat memiliki banyak uang, tapi tetap saja kalau bertemu sesuatu yang berbau gratis, mereka sudah pasti tidak akan menolak.“Hah … yang benar saja, Nancy … apa kamu masih meragukan diriku? Aku ini Martha Thomson, aku sudah berjanji minggu lalu kalau aku akan mentraktir kalian. Aku pasti akan melakukannya dengan sepenuh hati. Pesanlah apapun yang kalian mau. Hari ini bebas, aku yang trak
“APPAAA??? Tidak bisa digunakan? Kalian tidak salah?”Di waktu yang sama, Nicholas dan Minna sedang berada di salah satu toko tas juga gaun. Dia memberikan kartu hitam miliknya pada pelayan untuk melakukan pembayaran pada tas dan gaun yang dipilih oleh Minna.“Ada apa, sayang? Apa kamu menghabiskan semua limit yang diberikan kakak bodohku? Kamu menghabiskan dengan siapa? Hah!?”Minna setengah berteriak juga berkacak pinggang. Dia membulatkan matanya saat pelayan mengembalikan kartu milik Nicholas.“Gak sayang, aku gak pernah melakukan pengeluaran ataupun keluar menggunakan kartu ini kecuali denganmu dan si bodoh itu. Aku yakin, ini hanya kesalahan dari mesinnya,” tegas Nicholas yang juga merasa tidak pernah menggesek kartunya kecuali untuk bersenang-senang dengan Minna.Minna kesal sambil menunjukan wajah cemberut. Dia benar-benar kehilangan mood karena masalah pembayaran tersebut.Nicholas menunjukkan wajah tidak percaya pada pelayan yang mengembalikan kartunya.“Jika Tuan belum yak
Aku memutuskan sambungan telepon dari Nick. Benar-benar tidak ingin diganggu olehnya. “Hmm, apa ini? Kamu seorang wanita jahat kah?” kata Axel menuding dan mengejek.Sudut bibirnya ditarik kecut.“Kenapa? Apa kamu gak suka kalau aku berperan sebagai wanita jahat dan kejam. Aku juga bisa kok bersikap seperti tadi. Jadi, sebaiknya kamu hati-hati denganku. Sekali saja kamu ketahuan selingkuh, aku pastikan membalasnya dua kali lipat,” kataku terdengar serius.Namun, kebalikan dari itu, Axel malah terkekeh renyah.“Coba saja, aku semakin penasaran,” kata Axel seolah menantangku.“Apa maksudnya? Kamu mau menyelingkuhiku? Hah!” jawabku malah semakin gak karuan.“Yah, kita lihat saja nanti,” katanya semakin membuatku berang.“Ah sudahlah, aku kenyang. Gak mau makan dan bermain lagi. Aku mau pulang saja,” moodku langsung berubah, meskipun sebenarnya aku tahu Axel sedang mengujiku.Saat aku mencoba untuk turun dari pangkuannya, Axel tetap tidak bergerak. Dia masih menahanku dengan tangannya.“
Axel membulatkan mata dan ingin melangkah maju. Namun, aku melarangnya. Ini belum saatnya dia ikut campur.Aku ingin menunjukkan pada Axel siapa mereka sebenarnya. Jadi, aku tidak akan membiarkan Axel mengabaikanku. Aku harus tetap selalu bersamanya.“Jadi ini alasanmu yang kamu bilang sangat penting itu, hah?! Bisa-bisanya kamu mengabaikan Mama hanya karena orang-orang tidak berguna seperti ini, Regi?” oceh Martha memicingkan matanya pada Axel, Rena dan Billy.Axel mengerutkan kening ketika mendengar ocehan ibu tiriku.Sudah terlihat dia mengepalkan kedua tangannya, sepertinya Axel juga tidak memiliki kesabaran yang besar jika menyangkut tentang diriku.Martha langsung menunjukkan sikap tidak sukanya. Dia tahu pasti ada sesuatu yang tidak beres denganku saat ini. “Sebaiknya kamu ikut mama sekarang,“ ibu tiriku langsung menarik tanganku dengan paksa, namun dia sempat terkejut karena aku tidak bergerak sedikitpun.“Apa maksudnya ini? Kamu mulai membangkang? Kamu berani melawan perint
Aaagghh!!! Dasar para manusia penghisap. Mereka benar-benar lintah. Mereka yang menumpang malah aku dibilang sebagai anak pembantu.Mataku membulat dengan tajam. Sepertinya bukan hanya diriku, Axel, Billy dan Rena pun terlihat seperti itu.Bisa-bisanya juga dia mengklaim ku seperti itu. Anak pembantu. Rasa geli, tapi inilah kenyataan pahit yang harus aku terima.Mereka sama sekali tidak pernah menganggapku. Seolah akulah yang serangga pengganggu, bukan mereka yang sudah jelas-jelas membuat keluargaku kesusahan sejak kehadiran mereka.Papa, apa kamu akan marah kalau aku di anggap sebagai anak pembantu?Hah? Lucu sekali, aku masih saja berpikir seperti itu. Padahal aku sudah tahu dengan jelas, papaku juga bagian dari mereka.Karena kehidupan keduaku mata dan hatiku terbuka. Bahkan aku gak pernah mengira papaku juga turut andil di dalam kisah sedihku.“Anak pembantu?? Apa maksudnya, Mah? Siapa yang mereka bicarakan dengan anak pembantu? Aku?!” cetusku berani sambil menunjukkan wajah smi
Axel membulatkan matanya. Dia sepertinya salah mendengar.Tapi, tanganku menggantung di lehernya hingga Axel tidak punya kesempatan untuk menariknya.“Kau!” decak Axel dengan suaranya yang sudah menderu.“Pelan–pelan, ini yang pertama untukku!”Mata Axel membulat tidak percaya.“Setelah malam ini, jangan pernah berharap ada laki-laki lain yang kamu pikirkan. Hanya boleh ada Aku,” dengusnya.Aku mengangguk pelan. Menyetujui apa perkataannya.“Agh! Emm!” suaraku melenguh berat saat Axel menjulurkan lidah dan mulai memasukkan salah satu milikku ke dalam mulutnya.“Agh! Enak umm teruskan jangan berhenti!” Aku juga ikutan gila. Hawa panas dari mulut Axel yang sedang meng ngenyot terasa nikmat. Apalagi tangan dingin satunya sudah membuat kedua kakiku terbuka dengan lebar.Axel menarik kepalanya. Dia melepas mulutnya yang sedang asik menyusu padaku.“Kau benar-benar gadis nakal. Berani sekali kau menunjukkan wajah seperti itu. Awas saja kalau kau berani tunjukkan ke yang lain, Aku patahkan k
“Hust! Jangan asal bicara. Pasti selera dan pilihan tuan Rick bukan sepertiku,” kata Rena menjawab dengan tegas.“Kalau dia suka, kamu memang akan menolaknya?” kataku penasaran, tapi masih ada telinga lain yang penasaran dan melirik dari kaca spion.Billy terlihat mendengus ketika mendengar Renata bercerita.“Dasar wanita penggoda!” Umpat Billy dalam hati.“Gak gitu, Regina. Aku gak terlalu suka dengan cowok dewasa,” cetus Rena sedikit malu–malu saat berkata.“Mmm … maksudnya kamu si Rick, Rick itu lebih tua dan duda ya?” selidikku sambil melirik aura wajah Rena yang tersipu malu.“Hehehe, gak perlu dijelaskan juga sih. Tapi, tuan Rick memang sangat baik dan ramah. Dia itu bisa dibilang tipe cowok ideal setiap cewek. Dia yang matang dan sukses. Mmm … mungkin saja kalau aku sering bertemu dengannya bakal tertarik,” Rena akhirnya sedikit mengakui kekagumannya.Saat berkata seperti itu tiba-tiba saja mobil berhenti mendadak dan membuat kami hampir terbentur kursi. Lebih tepatnya, Axel s
“Aku ganti baju dulu ya!” kata Rena berkata dengan bahasa isyarat saat dia telah selesai mengantar tamu yang tadi.Aku menjawab dengan mengangkat tangan membentuk bulatan ditangan seperti menjawab ok padanya.Saat kulihat jam di tangan Axel menunjukkan pukul 7 malam. Aku jadi sempat melamun sebentar ketika memikirkan Rena.Dia benar-benar gadis pekerja keras. Dia mengatur jadwal kerja paruh waktu dengan kuliah.Tapi, kehidupan Rena dengan aku yang dulu tidak jauh berbeda. Meskipun aku terlahir dikeluarga berkecukupan, namun itu gak menjamin kehidupanku nyaman.Meski dulu aku tidak bekerja keras seperti Rena, tapi seluruh keuangan keluarga diatur oleh ayah juga ibu tiriku. Aku bahkan tidak bebas menggunakan apa yang seharusnya sudah menjadi milikku.“Ada apa? Kenapa kamu melamun?” Axel menyadarinya. Aku tetap tidak benar-benar terlihat bahagia meski bersama dengannya.Axel mengusap pipiku, membuatku tersadar dari lamunan.“Oh, ga apa-apa,” jawabku singkat.Aku merasa tidak perlu menca
Aku segera turun dan berlari saat mobil berhenti di parkiran cafe tempat bekerja paruh waktu Renata.Sebelum Billy sempat membuka, dia kembali dikejutkan dengan sikapku yang benar-benar diluar prediksi BMG.Begitupun dengan Axel, meskipun dia tahu aku berbohong. Dia tidak membongkarnya.Dia seolah ingin mengikuti semua permainanku dengan setia.“Tuan, saya rasa Nona Regina sedang membuat rencana lain,” kata Billy yang berkomentar lebih dulu saat berjalan berdampingan dengan tuannya.“Tutup mulutmu. Dia itu istriku jadi jaga bicaramu,” kata Axel tanpa ragu mengatakan juga mengulangi ucapanku.Billy menoleh seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan tuannya.“Jangan membantah, apa yang dia katakan adalah sama halnya dengan perintahku!” dengus Axel melengkapi segala ketidak pastian saat aku berbicara asal-asalan.Dengan begitu, Billy tidak punya alasan untuk menolak permintaan dariku.“Huh, benar-benar gila. Tuan sudah kerasukan cinta nona Regina. Tuan tetap harus waspada, siapa tahu
Bruk! Nick mendorong tubuh pengawal hingga tersungkur dan dia pergi karena sudah mendapatkan penghinaan dariku.Tubuhku sedikit bergetar dan aku menarik nafasku dalam-dalam. Axel pasti menyadari kalau aku sedang tertekan dengan situasi tadi.Dia hanya melihat wajahku yang memerah, bukan karena sikap Axel yang menggodaku, melainkan aku memang sedang melampiaskan kemarahan.“Ahhh!!”Aku kaget, Axel mengangkat tubuhku, “Kau harus bertanggung jawab. Aku gak akan membiarkan kamu pergi sebelum aku puas,” bisik Axel saat ingin melangkahkan kakinya dan mataku membulat seketika.Aku tahu, aku yang salah karena sudah menyalakan api miliknya.Lalu dia memberikan tatapan tajam padaku, “ini semua sudah atas persetujuan kamu ya, kamu bilang tadi, aku boleh menghukummu dan kamu gak akan protes!” cetusnya sedang menagih janji.“Ahh … Axel!” ucapku lalu membenamkan wajahku karena malu. Aku sudah merasakan berkali-kali kalau aku yang terlalu proaktif padanya.“Lihat saja, malam ini aku gak akan membi
“Berisik!”Aku memutar posisiku, tapi sama sekali enggan turun dari pangkuan Axel.“Re–Regina, kemarilah sayang, kita perlu bicara,” Nick mencoba menahan semua penghinaan.Aku tahu dia menahan semua karena masih tidak ingin kehilangan pulau uang di hadapannya.“Billy, apa kamu menemukan barang-barangku yang terjatuh?” ucapku mengarahkan pandangan pada Billy.“Sebentar Nona Regina,” kata Billy menjawab dan meminta salah seorang dari pengawal memberikan apa yang ditemukan di lorong tadi.“Yang ini, Nona?”Billy memberikan buket bunga Lily yang sudah rusak dan satu paperbag yang berisi hadiahku untuk Axel.“Ya ampun, bunganya jadi rusak. Ini gara-gara mereka,” sahutku kecut dan seolah mengabaikan keberadaan Nick.Tangan Nick terkepal semakin erat, dia tidak menyangka kalau apa yang dilihatnya sekarang adalah benar-benar diriku yang berbeda.“Sayang, aku mohon, tolong kemarilah. Kita bisa bicarakan ini baik-baik!” kata Nick seraya tidak terima aku bersikap acuh tak acuh.Aku menarik senyu
“Tenanglah Regina, jangan takut, aku pasti akan membebaskanmu dari penjahat-penjahat ini,” kata mantan suami bodohku yang masih percaya kalau aku masih akan tersentuh dengan kisah superheroik nya.“Hei, kalian lepaskan dia. Jangan macam-macam!” gertak Nick.Dia maju dan bersiap memberikan perlawanan pada tiga orang tersebut.“Dasar kalian laki-laki kurang ajar beraninya sama perempuan saja. Kemarilah, aku siap melawan kalian!” kata Nick seolah menantang para pemain sandiwara yang dibayarnya.“Siapa dia? Berani sekali ikut campur urusan kita! Kau benar-benar membuatku marah saja!” kata Carlos maju lebih dulu dengan tatapan bringas dan siap menghajar.Kedua tangannya Carlos sudah mengeluarkan dan terdengar bunyi krek krek seolah-olah dia bersiap memberikan pelajaran berharga pada Nick karena sudah menghalangi mereka.Dia mengepalkan tinju dan siap baku hantam. Sepertinya drama kolosal epik yang dibuat Nick akan berjalan dengan lancar.Tanpa ragu Nick maju dan melawan mereka satu persatu
Tapi, ini semua tidak ada dalam rangkaian cerita laluku. Urutan ini sepertinya teracak karena aku yang mengubah segalanya.Jangan bilang, kali ini pun ada rancangan dari mantan suami bodohku itu. Aku tidak menyangka kalau dia akan melakukan hal bodoh yang sama.Mungkin saja dia masih berpikir, aku masih mudah ditipu dan akan luluh setelah mendapatkan serangan kejutan seperti ini.Padahal aku baru saja senang karena memberikan pesan singkat pada Axel untuk segera menjemput. Tidak menyangka akan ada si bodoh itu yang mencegal jalanku.“Ada apa? Kalian menghalangi jalanku,” kataku tidak gentar sama sekali. Ini pasti diluar dugaan mantan suami bodohku itu kalau memang dia sedang mengawasiku.“Xoxoxo, sepertinya gadis cantik ini tidak takut sekali sama kita,” seringai salah satu dari mereka. Dia terlihat tidak senang melihat reaksiku.Aku mengabaikan dan lebih memilih jalan ingin melewati mereka, namun sepertinya itu tidak semudah yang aku bayangkan. Mereka tetap menjegalku.Mantan suami
“Mau ke klinik kampus atau kita ke rumah sakit, Rena?!Aku menawarkan karena takut ada luka lain yang tidak terlihat.“Gak perlu. Ini cuma hal biasa kok! Kamu gak usah terlalu khawatir, Regi!” Kata Rena seolah itu adalah hal yang biasa dia terima.Aku menatap setiap kata yang terucap dari bibir Rena, itu seperti luka yang pernah aku rasakan.Aku seperti bisa merasakan luka Renata yang sama dengan luka di kehidupan laluku.Aku juga mengingat di kehidupan lalu, Rena sempat tidak ada kabar dan berhenti kuliah. Aku gak tahu penyebabnya, karena dulu aku memang sama sekali gak dekat dengan dirinya.“Baiklah kalau begitu kita masuk saja. Jam pelajaran sudah mau mulai kan?”Aku melirik jam di tanganku setelah benar-benar memastikan kondisi Renata saat ini baik-baik saja meskipun dia ga mau di bawa ke klinik kampus atau rumah sakit.Dia harus terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. Yang menonton tadi juga kan anak-anak yang kebetulan ada disana.“Uhm, ayo!”Kami bergegas ke kelas untuk mengiku