Share

Bab 2. Gereget Aku

Penulis: Eka Sa'diyah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-19 20:24:33

Setelah Ibu mertua pulang, kulihat raut wajah Mas Rizwan seperti sedang gelisah. Dia sepertinya tertampar dengan semua keberanianku padanya barusan. Kubiarkan dia sementara untuk berfikir, mungkin dengan berfikir sejenak otaknya bisa kembali normal.

"Laila buatkan aku makan malam!" kesal sekali saat Mas Rizwan memintaku membuatkan makan malam. Padahal sudah jelas jika aku meminta semua kepada Ibu mertua untuk merawat Mas Rizwan. Enak saja minta buatkan makan, memberi nafkah sebagai kewajibannya saja pelit.

"Aku tidak pegang uang, Mas. Minta saja sama ibumu! Masa sih kamu tidak punya uang untuk beli makanan dan kalau tidak ada makanan, beli dong!" jawabku saat melihat Mas Rizwan nampak gusar.

Mungkin dia akan semakin pusing mendengar pertanyaan bertubi-tubi padanya. Baru kali ini aku melihatnya gusar seperti ini. Biasanya lagaknya kayak orang kaya dan tak butuh siapapun meski saat ini aku benar-benar ingin tertawa melihatnya dilanda rasa gundah.

"Belikan nasi ayam dan ini uangnya!" Mas Rizwan memberikanku uang dan menyuruhku pergi membelikan dia makanan.

"Yaelah! uang sepuluh ribu dapat apa, Mas? tempe penyet saja dua belas ribu. Beli sendiri sana, aku mau tidur! Lelah dihina kamu sama ibumu terus," ucapku dan segera menutup kamar. Kuambil selimut untuk membungkus tubuhku supaya segera terlelap dalam keheningan malam meski saat ini masih sore.

Tok tok tok

"Kamu tidak makan?" tanya Mas Rizwan sambil mengetuk pintu kamarku. Enggan sekali aku membuka pintu kamar namun aku juga tak bisa membiarkan suamiku di luar. Akhirnya dengan terpaksa aku berjingkat untuk membuka pintu kamar

Ceklek

"Aku sudah kenyang dan tidak lapar karena sudah kenyang dengan hinaanmu! belanjakan saja uangmu untuk dirimu sendiri dan juga ibumu, asal jangan merepotkanku" ucapku dengan ketus. Segera kututup kembali pintu kamarku daripada harus melihat suamiku dan membuatku sangat kesal. Baru mau menutup pintu, Mas Rizwan menahan supaya tidak tertutup.

"Kamu kenapa jadi begini sih? kamu tau apa, capeknya mencari uang," ucap Mas Rizwan sepertinya ingin mengungkit lelahnya mencari uang padahal menjadi Ibu rumah tangga bagiku sudah cukup melelahkan.

"Mas Rizwan yang baik hati dan sangat dermawan. Apa kamu tidak ingat aku berhenti bekerja karena perintahmu. Asal kamu tahu, gajiku dulu lebih banyak dari pada gajimu tetapi aku bersedia berhenti bekerja karena aku mengabdikan diri padamu. Dan mulai besok, jangan lagi menyuruhku berhenti kerja karena kamu sendiri tak memberiku nafkah yang layak!"

"Ayo sini kutunjukkan. Lihat isi lemariku!" kuajak suamiku menghadap ke lemari kayu jati. Lemari yang menjadi saksi ketidak adilan atas perlakuan Mas Rizwan padaku.

"Semua bajuku terlihat seperti gembel, beda denganmu dan ibumu yang selalu berpenampilan serba bagus dan baru. Jika aku mendapatkan nafkah yang layak, tidak mungkin bajuku seperti gembel begini," pungkasku sambil memperlihatkan isi lemariku. Kuambil satu dasterku yang sudah robek di bagian ketiaknya dan kutunjukkan padanya.

"Laila berani sekali kamu denganku!" bentak Mas Rizwan. Aku memutar bola mataku dengan malas ke arahnya, dia belum paham juga rasanya. Andai saja ada centong nasi, pasti aku sudah getok kepalanya biar tidak lama-lama konsletnya.

"Kamu saja bisa sesukanya padaku, masa aku gak bisa. Kalau tidak terima, silahkan ditalak, aku udah siap kok. Aku juga tidak akan minta harta gono gini dari suami pelit sepertimu!" ucapku menantang Mas Rizwan. Dia saja rumah memilih ngontrak, padahal aku sudah menyarankan dari dulu untuk menyisihkan sebagian uangnya yang nantinya bisa digunakan membeli rumah impian kami.

"Aku tak akan menceraikanmu!" bentak Mas Rizwan.

"Ya sudah kalau kamu masih tetap seperti ini sekalian genapkan tiga bulan, biar aku bisa gugat kamu," ucapku sambil berlalu.

Segera beranjak ke kamar dan membuka aplikasi hijauku. Gemes aku rasanya punya lelaki modelam begini. Selalu tak pernah berpikir pakai otak. Entah dipakai untuk apa otaknya.

"|Kak penjualan online kamu banyak banget bulan ini. Besok aku transfer komisimu ditambah bonusnya|" pesan dari Lika adik kelasku dulu. Lumayan buatku bisa sedikit punya tabungan dari berjualan online tanpa menyetok barang atau bahsa kerennya dropship.

"|Wah, Lika. Terimakasih banyak. Semoga semakin lancar saja usahamu|" balasku.

"|Amin|" balas Lika.

Lega rasanya usaha jualan onlineku laris manis, segera keluar kamar dan menuju dapur. Perutku lapar dan perlu di isi, untung saja aku tadi beli mie instan telur sama sawi, lumayan untuk pengganjal perut malam ini. Sebenarnya ada uang, cuma malas saja keluar, nanti Mas Rizwan bisa curiga denganku.

"Masak apa kamu?" tanya Mas Rizwan.

"Mie Instan, kenapa?" tanyaku balik.

"Bikinkan aku juga dong!" ucap Mas Rizwan. Benar-benar tidak tahu malu dan tidak tahu diri sama sekali.

"Mie Instan cuma satu bungkus, telur juga satu tidak cukup kalau dimakan berdua. Lagian kamu habis gajian, masa tidak mampu beli makanan. Tadi uangnya sudah aku berikan kamu semua padamu, Mas. Kalau lapar minta ibu sana, jangan merepotkan aku!" pungkasku sambil mengaduk mie instan yang mulai melemas di panci.

"Uangnya dipinjam Mbak Rina jadi tinggal uang bensin buat satu bulan," ucap Mas Rizwan dengan entengnya mengatakan jika uangnya dipinjam saudaranya.

"Ya sudah! itu resiko kamu. Lagian kamu juga tidak berpikir dulu kebutuhan kamu. Main memberi saja, kamu sendiri yang repot kan?"

"Kamu tidak ada uang?" tanya Mas Rizwan. Benar - benar lelaki tau malu, bahkan makan malam saja minta padaku.

"Tidak ada, kalau ada uang pasti aku makan yang enak - enak lah, bukan malah makan mie instan. Lagian ya, kamu seorang manager. Masa minta uang ke aku yang cuma buruh cuci, sehari dapatnya lima belas ribu," ucapku pura - pura tidak punya uang meski aku memiliki tabungan yang kusimpan dalam rekening yang kurahasiakan. Menjadi Dropshiper membawa keberuntungan padaku.

Di waktu senggang aku menerima jasa mencuci pakaian dari tetangga. Meski tidak besar tapi aku bersyukur masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Ya sudah, aku makan ke Ibu saja malam ini," Mas Rizwan mengalah juga akhirnya. Mas Rizwan berdiri dan merapikan beberapa hwlai rambut yang dirasa berantakan.

"Jangan malam ini aja, kalau bisa seterusnya karena penghasilanku sehari cumal lima belas ribu dan tidak cukup untuk makan berdua," pungkasku.

"Tapi aku tidak bisa bawakan makanan buat kamu ya," ucap Mas Rizwan membuatku tertawa. Sama sekali aku tidak ingin makan masakan Ibu mertuaku.

"Mas, apa aku pernah minta apapun ke ibumu? Ya sudah pergi saja kesana, aku tidak minta makanan juga. Mending lima belas ribu perhari tapi tenang," heran deh punya suami pelit amat.

"Oh ya, sekalian tanyakan Mbak Rina kapan uangku dikembalikan. Memang tidak besar, cuma dua ratus ribu. Tapi itu bisa buat aku makan satu minggu. Ngakunya kaya tapi utangnya tidak dibayar-bayar," ucapku sambil melirik Mas Rizwan yang hanya terdiam menatapku bicara tanpa henti.

"Mbak Rina punya utang ke kamu?" tanya Mas Rizwan. Sepertinya dia terkejut saat aku bilang padanya atas kelakuan cantik kakaknya. Ah! apa peduliku.

"Iya Mas, tolong tagih, karena aku juga butuh makan," ucapku pura-pura memelas supaya uangku segera dikembalikan.

'sekeluarga pada doyan duit semua'

Yuk saksikan kisah part selanjutnya dan jangan lupa follow cerita ini!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 78. Kenyataan (Danu Dan Damar)

    Danu sengaja bergerak mendekat tanpa diketahui Damar. Tangan sudah terkepal kuat ingin sekali menghajar Damar saat ini juga. Lelaki yang sudah merusak rumah tangga serta menyebabkan istrinya meninggal dunia."Ah sayang, kamu baik deh!" suara seorang wanita sedang bermesraan dengan Damar. "Bagaimana kabar si Rina?" tiba-tiba pertanyaan dilontarkan oleh wanita tersebut. Danu diam dan mendengarkan percakapan mereka berdua yang akan membahas Rina."Dia sudah meninggal, sepadan dengan apa yang terjadi dengan ibuku. Ibuku meninggal karena dia," Danu mencoba menahan amarah setelah mendengar ucapan dari mulut Damar."Dia adalah anak dari seorang pelakor, wanita itu merebut ayahku dari ibuku. Bahkan ayah mencampakkan kami berdua. Aku masih ingat kejadian itu dengan jelas," Damar menerawang ke langit. Teringat kisah buruknya di masa kecil bersama Ibunya."Bisa kau jelaskan apa alasanmu sesungguhnya?" Damar terkejut ketika Danu sudah ada di depannya. Tatapan marah terlihat jelas dari kedua bola

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 77. Siapa Kamu?

    Pagi sekali, Shilla mempersiapkan menu sarapan khusus untuk suami. Shilla sengaja ikut makan menu yang sama dengan suaminya. Tak masalah bagi Shilla menemani Rizwan diet yang sama."Sedap sekali masakan istriku," Rizwan keluar dari kamar setelah mencium harumnya masakan Shilla. Akhir-akhir ini Rizwan tak pernah sekalipun melewatkan masakan Shilla. Baginya, makanan buatan Shilla selalu memanjakan perutnya."Iya dong, Shilla kan mulai suka sekali dengan memasak," tukas Shilla sembari sibuk mengaduk sayur yang ada di atas kompor."Mas mandi dulu, setelah itu kita sarapan bareng Mas," kata Shilla tanpa memoleh ke aras Rizwan. Rizwan hanya tersenyum melihat istrinya yang sibuk memasak tanpa menoleh padanya. "Mas, Shilla lagi masak nih! jangan peluk-peluk ah!" Shilla protes karena tiba-tiba Rizwan memeluknya dari belakang. Rizwan suka sekali mengganggu Shilla jika sedang memasak. Cintanya kepada Laila sudah berangsur hilang sejak Shilla selalu membuatnya nyaman di rumah."Habisnya, aku dic

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 76. Semangat Baru

    Shilla begitu senang setelah membaca pesan yang diterimanya. Shilla tak menyangka jika akan mendapatkan tawaran menarik seperti ini."Alhamdulillah," Shilla bersyukur sekali, rona bahagia terpancar dari wajah Shilla. "Aku harus memberi kabar ini pada Mas Rizwan, bagaimanapun harus mendapat persetujuan darinya," Shilla segera pulang ke rumah dan mencuci gamis barunya. Sudah menjadi kebiasaan Shilla jika membeli baju baru, maka dia akan mencuci dan menyetrika terlebih dahulu."Selesai," Shilla menjemur gamis barunya di depan kontrakan, tiba-tiba datang seorang wanita yang menyapanya."Mbak Shilla," Shilla begitu terkejut melihat wanita yang menyapa dirinya."Fila?" Senyum mengembang dari wajah Shilla karena bertemu dengan teman lamanya. Meski teman tetapi Fila sangat menghormati Shilla walaupun usianya terpaut satu tahun saja."MasyaAllah mbak, aku tadi sampek takut salah orang. Mbak Shilla berubah banget, semakin cantik dengan hijabnya," Fila memuji Shilla karena perubahannya yang me

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 75. Berubah

    Ada rasa iri dan menyesal di hati Rizwan ketika melihat kebahagiaan yang tengah di dapat oleh Laila."Aku tak boleh iri dengan kebahagiannya, aku yang telah membuatnya seperti ini." Rizwan berusaha menyemangati dirinya. Rizwan sadar jika dirinya tak berhak ikut campur atas segala hal yang menjadi kebahagiaan Laila."Mas, kapan kita adopsi seorang anak?" ucapan Shilla mengejutkan lamunan Rizwan."Tunggu Mas jika libur kerja bagaimana?" senyum Shilla mengembang ketika mendengar jawaban dari Rizwan."Shilla setuju, Mas. Shilla enggak sabar ingin segera punya momongan," Shilla terlihat begitu bahagia di samping Rizwan.Tanpa sadar air mata Rizwan jatuh juga, keinginannya memiliki momongan sejak menikah dengan Laila. Rizwan merasa gagal menjadi suami yang memiliki gangguan pada organ reproduksinya."Kenapa Mas Rizwan menangis? maafkan Shilla, jika Shilla terlalu memaksamu," Shilla kembali menunduk, tak ingin menyakiti perasaan suaminya."Maafkan suamimu ini, Shil. Suami yang tak bisa membe

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 74. Kebahagiaan Laila

    Usia kandungan Laila kini sudah memasuki trisemester ketiga dan itu tandanya sebentar lagi Laila akan menghadapi persalinan. Beberapa bulan ini Doni bahkan lebih protektif dengan semua kegiatan Laila."Mas, aku kok mengeluarkan darah dan lendir. Perutku mules juga," Laila terlihat merintih kesakitan bahkan keringat sudah membanjiri wajahnya."Don, siapkan mobil! Laila sepertinya akan melahirkan," Doni menyambar kunci mobil dan tas berisi perlengkapan bayi. Sedangkan Vera memapah Laila masuk ke dalam mobil."Sakit, Ma." Laila merintih karena merasakan sakit yang melilit. Tangannya bahkan mengepal kuat menahan rasa sakit."Sabar, Sayang. Sebentar lagi kita sampai," Doni menenangkan Laila karena sebentar lagi akan sampai di rumah sakit."Sabar, ya. Sebentar lagi sampai," Vera mengelus punggung Laila. Doni mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama, mobil Doni sudah berada di depan lorong UGD. Tampak beberapa perawat membawa brankar untuk membawa Laila masuk ke da

  • Aku Lelah Denganmu, Mas!   Bab 73. Akhir Hidup Rina

    Sudah tiga hari Rina tidak sadarkan diri, tiga hari pula Danu mendampingi Rina. Rizwan membesuk setiap pulang kerja untuk menggantikan Danu begitu juga dengan Shilla.Tak berapa lama kedua mata Rina mengerjab dan melihat Danu tepat berada di sampingnya. Rina sangat malu kepada Danu, meski sudah menyakitinya Danu tetap mendampingnya saat sakit. Air mata tumpah juga di depan Danu, dengan pelan Danu mengusap air mata Rina."Mas," Danu menunjukkan senyum kepada Rina."Cepatlah sembuh, kita akan pulang bersama," Danu mengusap bagian rambut Rina tak tidak ikut diperban. "Maaf," hanya kata maaf yang mampu Rina ucapkan kepada Danu. Dosa besar yang pernah dilakukannya di belakang Danu membuat Rina sangat malu dan tak pantas dimaafkan olehnya."Semua manusia pernah salah, cepat sembuh dan kita pulang!" Tak ada sahutan dari Rina hanya derai air mata sedari tadi yang lolos begitu saja."Mas.""Ada apa, Sayang." Danu merasa ada sesuatu yang akan dikatakan Rina. "Aku mencintaimu," Danu mengangguk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status