Share

BAB 12. Banyak duit.

“Sudah diam. Lapar itu makan bukan adu mulut begini,” sela ibu.

“Mbok, masakin mie!” titah Mas Eko. Mbok menatapku lalu aku gelengkan kepala.

“Ma—sak sendiri saja, Pak,” jawab Mbok.

“Aku ini tuanmu. Aku harus kamu layani, Mbok!” bentak Mas Eko.

“Mbok, masuk kamar Fia bawa dia. Mbok sudah selesai kan, makannya?” Mbok mengangguk dan permisi masuk ke dalam.

“Dasar pembantu sok!” maki Mas Eko.

“Diam, Mas! Aku sedang menikmati sarapanku!”

“Berani kami bentak aku, Dik?”

“Memang yang kamu dengar barusan apa, Mas? Panggilan sayang? Kan, bentakan berarti aku berani,” jawabku.

“Makin enggak waras ini otak!” sela ibu.

“Aku sudah selesai dan aku harus berangkat kerja. Kamu tidak bisa izin dan tidak boleh telat Mas atau gajimu aku potong!” tegasku.

"Kamu tega Dik, membiarkan kami kelaparan?" Mas Eko membuntutiku ke ruang tamu.

“Aku bahkan belum sarapan, tapi sudah kamu suruh berangkat kerja?” katanya lagi.

"Kamu juga tega Mas berkhianat padaku," jawabku lagi dan lagi. Itu adalah kata kunci yang sa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status