Share

Akhirnya, memanglah tak direstui

Sampailah akhirnya di cafe, disana mereka duduk di tempat biasa mereka duduk dan memesan makanan kesukaan mereka berdua yaitu Mie Goreng dengan telur setengah matang dan dua paha ayam goreng. Itu adalah menu favorit mereka sejak awal mereka berdua pacaran.

“Sudah lama sekali tidak kesini. Hihii.” Ucap nera dengan ekspresi bahagia. Dia pun terus menatap wajah kekasihnya itu tanpa sedikitpun berpaling.

“Lo natap gue segitunya, gue jadi malu loh.”

“Eh? Kok malu ? kayak yang baru pacaran aja.”\

“Ya malu lah, kita kan udah lama banget ga ketemu, jadi seolah rasanya ini kayak pertemuan pertama, entah kenapa jadi canggung. Tapi gue seneng banget.”

“Ahahaha, tentu, kau emang harusnya senang. Tidak melihat wajah pangeranmu yang tampan ini selama sebulan lebih rasanya gelisah kan? Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Haha.” ..

“Alah, mulai deh. Kumat lagi penyakit Lo, pede gila.. ahahaha.. Tapi iya, rasanya ga ngeliat pangeran gue yang tampan selama sebulan lebih rasanya gapunya gairah hidup sih gue.” Kezia pun memandang ke arah Nera dengan tatapan hangat dan Senyum. Sontak Nera pun tersipu malu karena ucapan dan tingkah Kezia itu.

“Aa?...ah.. ehehe entah kenapa, rasanya kau barusan seperti sangat serius dan tidak bercanda.”

“Yah, emang gue serius. Ahaha. Yah maaf sih kalo selama ini gue gapernah kayak ngelakuin hal romantis ke Lo, mungkin pernah sih tapi jarang kan? Jadi mungkin ini saat yang pas untuk gue jadi mellow di depan Lo , gue juga pengen kalik sesekali jadi cewe manja, yah Lo peka dikit kek, lo manja-manjain gue. Ga peka banget, malah pake nanya gue serius apa engga. Ilang deh momen sweet nya.” Kezia pun memberikan ekspresi yang menggemaskan pada Nera. Nera pun terlihat sangat bahagia serta tersenyum senang melihat Kezia bertingkah seperti itu.

..

“Ahahahaha, ternyata kau selama ini memperhatikan itu ya? Ahaha, tapi makasih ya sayang. Ululuuu rasanya senang sekali, kau seperti anak kecil yang menggemaskan.”

“Iyakan? Ya iyalah aku kan cantik dan baik hati dan juga imut. Gaada obatnya deh aku pokoknya.. weekk .. ehehehe”

“Eh, aku pun juga, aku pangeran yang tampan dan gagah berani, juga dermawan. Melihat sikap dan aksiku juga gaada obatnya . wekkk!!”  Ahahahahaha...

.

Mereka sangat menikmati hari ini bersama, melepas kerinduan serta saling memberikan kesan hangat. Tiba di sore hari, Nera pun berinisiatif mengantar Kezia pulang dengan sepeda motornya.

“Ayok aku antar pulang..”

“Ah, gausah, Lo duluan aja, gue naik Taxi aja , toh tadi kan gue datangnya pake Taxi  juga.”

“Ah, diam. Ngeyel banget. Ayok naik, udah lama kan kita gak boncengan berdua.”

Menndengar itu, kezia pun terlihat senang dan tanpa banyak bicara lagi kezia langsung naik ke motor dan dan memeluk erat Nera.

“Let’s gooo!! Ayo kita berangkat”

“Yahooooo, gooo!! Ngeeeengggg!!!!”

“Ahahahaha apaan sih Lo, bawa motor yang bener, awas kalo sampe kita jatoh, kulit gue yang halus ini bisa jadi jelek.”

“Ah, iya-iya, baik Tuan Putri, keinginan anda adalah perintah bagi saya. Huahahaha”

“Isss apaan sih Lo “ Kezia pun tersenyum bahagia. Dia sadar kalau dia memanglah mencintai pria sederhana ini. Sikap yang apa adanya, tidak pernah meyembunyikan apapun, bebas berekspresi serta saling ceria, Kezia merasa mereka berdua memanglah cocok sejak awal..

Aku tidak tahu sampai kapan hubungan ini bertahan, namun selagi aku bersamanya, aku tidak akan pernah mengecewakannya. Saat ini, aku mencintainya. Laki-laki sederhana ini, orang yang sangat riang, senyumnya yang sangat manis, tatapannya hangat serta sikapnya yang sangat ramah terhadap siapapun membuat orang-orang di sekitarnya selalu ingin mendekat padanya. Dia seperti memiliki magnet dalam dirinya agar orang-orang datang mendekatinya hanya dengan sikap dan perilakunya yang abstrak itu. mungkin ,karena itu juga aku jatuh cinta padanya. Nera... jangan pernah berubah.”

Ucap kezia dalam hati dengan perasaan haru biru.

Akhirnya mereka pun sampai di depan rumah kezia. Melihat ada tulisan “rumah ini Dijual” nera pun sontak bertanya pada Kezia

“Rumahmu dijual?”

“Ah, iya, gue lupa memberitahu kalau kami akan segera pindah ke daerah Puri Aerial.”

“Ah, Puri Aerial itu komplek yang sangat mewah itu kan? Itu sih Tempat orang-orang kaya semua .”

“Haeh, ga juga kalee, ga semewah yang Lo pikir juga. Yah meskipun kita jadi agak jauh jaraknya.”

“Keziaa!” teriak seorang laki-laki dari dalam rumah kezia. Ternyata orang itu adalah kakak sepupu kezia, Doni.

“Ah? Lo ngapain disini kak Don? Tumben banget datang.”

“Gue datang karena mau bantu pindahan.”

“Ah, ngapain Lo ngebantu? Kan udah bayar orang untuk beresin dan angkutin semua.”

“Iya tapi ada barang-barang yang gaboleh disentuh sembarang orang. makanya gue ikut bantu.”ucap Doni dengan nada santai. “eh, ini siapa?” sambungnya dengan menunjuk ke Arah Nera.

“Oh, kenalin ini pacar gue. Nera.” Sambut kezia

“Ah, halo kak. Saya Nera, senang bertemu dengan anda.”

“Oh, Nera. Nama yang aneh.. ah, gue Doni sepupunya kezia, jangan cemburu ya, gue kakak sepupunya kok beneran. Bukan selingkuhannya”

“Apaan sih Lo Don.”..

“Hey kezia, Lo kan udah Sarjana, sebaiknya Lo pake bahasa yang agak formal deh, seenggaknya jangan pake Lo gue Lo gue, ga berwibawa banget.”

“Ih, biarin dah. Mulut ya mulut gue, suka suka gue”

“Ah dasar Loe, kepala batu banget.”

...

Keadaan pun terasa sedikit santai karena Doni tampaknya bersahaja orangnya, dia pun mulai kelihatan akrab dengan Nera. Namun tak lama, datang seorang wanita berumur sekitar 40an menuju tempat mereka berdiri, dan ternyata itu ibunya Kezia.

“Kezia,dari mana kamu?” ibu Kezia bertanya dengan tatapan yang dingin dan nada yang datar.

“Ah, habis jalan dan makan sama Nera, soalnya hari ini kami berdua kebetulan lagi senggang.” Jawab kezia dengan lembut dan datar juga

“Tidak.. tidak lagi. kalian tidak boleh lagi bertemu, bukannya Mama sudah bilang? Kalian harus fokus dulu ke diri masing-masing. Jangan selalu sibuk pacaran saja, jika sudah mapan kalian bisa langsung menikah. Tidak perlu lagi pacar-pacaran. Dan Nera, kamu juga bukankah saya sudah bilang untuk istirahat dulu? Apakah kamu tidak sadar posisimu” nada bicara ibu kezia sudah mulai tidak enak di dengar. Seolah ingin mengintimidasi secara perlahan.

“Ah, maafkan saya Bu, saya tidak bermaksud lain,saya hanya ingin mengajak kezia makan dan minum bersama dicafe, itu saja bu.” Balas Nera dengan ucapan yang lembut dan sedikit senyum.

“Tidak perlu, baiklah mulai saat ini saya tegaskan, kalian tidak usah lagi bertemu. Keluarga kami tidak mungkin menjalin hubungan dengan orang yang berasal dari kalangan bawah. Sepertinya ada yang harus saya tegaskan untuk hal ini. Mungkin kamu tidak mengerti, tapi begini lah adanya, bahwa keluarga kalangan atas tidak mungkin ingin menjatuhkan martabatnya dengan cara yang aneh seperti ini hanya karena Cinta. Kezia sudah berusaha semampunya dan sekarang dia harus berfokus ke pendidikan berikutnya untuk gelar S2 nya, dan bagaimana dengan kamu Nera?”

Sejenak semua orang disitu terdiam dan beberapa pihak keluarga pun melihat kejadian itu.

“Saya beritahu sekali lagi nak Nera, jika kamu jadi orang tua seperti kami, saya yakin kamu akan melakukan hal yang sama kan? Kamu akan memberikan standart yang tinggi untuk anakmu yang bukan hanya berasal dari keluarga kalangan atas namun juga memiliki Gelar pendidikan yang tinggi. Bukankah itu Rasional ? Saya tahu kamu anak yang pintar Nera, jadi kamu pasti ngerti apa yang saya katakan.”

Ucapan ibu Kezia tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Karena percakapan yang cukup krusial itu, Nera pun sejenak terdiam dan tidak berkata apa-apa, hanya merenung beberapa saat dan tatapannya kosong.

“Ah, Bibi, sudah lah , Bibi jangan berlebihan, soalnya nanti aneh juga kalau sampai tetangga melihat.” Ucap Doni untuk menenangkan suasana.

“Kamu diam Doni, kamu juga, kamu sudah setahun lulus Sarjana dan masih saja sibuk dengan aktivitasmu sendiri, cobalah kamu terjun ke usaha keluarga kita. Kakakku yang tidak lain adalah ibumu sudah mewariskan jabatan padamu, tapi kau malah tidak menerimanya, keponakan yang aneh kau ini.”

“Ahehehe, yah malah aku juga jadi kena nih. Yasudahlah bibi, nanti aku pikirkan lagi. Dan Nerari (memanggil nera dengan ucapan plesetan seperti merk mobil) kau sebaiknya pulang saja. Ah jika selesai urusan pindahan, datanglah ke rumah baru Kezia

“Tidak usah”.. Ibu kezia segera memotong ucapan mereka

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status