“Yo, Nera..” Sapa Nathan pada Nera .
“Oh? Nathan? Apa kabar?.” Sambung Nera.
“Baik saja, sudah lama tidak kelihatan. Apa kau sangat sibuk belakangan ini.?” Ucap Nathan dengan nada seperti agak sedikit menyindir. Seolah ada maksud dibalik ucapannya.
“Ahaha, tidak , tidak sesibuk itu, hanya sibuk kuliah dan rutinitas sehari-hari saja. Bagaimana denganmu? Apa semuanya lancar ?.” Balas Nera namun dia seperti berkata seadanya tanpa ada maksud lain, berbeda dengan Nathan tadi.
“Yah, mungkin memang sangat sibuk sekali sih belakangan ini. hmm kau melanjutkan kuliahmu?. Berita yang bagus. Tapi mengapa? ” tanpa ragu Nathan langsung menanyakan hal yang sebenarnya sangat sensitif untuk orang yang belum akrab dan mereka baru duakali bertemu secara langsung. Sepertinya memang Nathan ada maksud tertentu kepada Nera.
“Ah? Aku juga bingung menjelaskannya.
Dan ternyata memang, Vanesa menyukai Nera karena Vanesa merasa hanya Nera yang berani menolak ajakannya, dan seperti tidak tertarik dengannya. Vanesa yang dijuluki sebagai Tuan Putri Kampus itu memang banyak sekali penggemarnya bahkan sejak awal dia mulai kuliah banyak sekali senior-senior yang mendekatinya. Namun Vanesa menganggap hal itu lumrah, karena sejak masih sekolah pun kejadian itu sangat lumrah dialaminya jadi dia merasa sangat biasa dan tidak lagi terkejut. Namun saat bertemu dengan Nera dia melihat Nera yang sama sekali tidak terpaku pada wajah atau penampilannya. Bahkan Nera tak pernah melihat kearahnya lebih dari 2detik.Tentu saja sebagai orang yang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian semua orang, dia sangat heran pada Nera. Karena perasaan itu juga dia mulai sering mengajak ngobrol Nera yang mana Nera sangat terlihat jarang mengobrol dengan orang lain kecuali beberapa teman dekatnya dan berapa orang yang sudah mengenal Nera di
Segera menuju parkiran dan menyalakan motor, namun dari jauh ternyata Vanesa memperhatikan Nera dan benar saja dia ingin membuntuti Nera. Vanesa sangatlah penasaran seperti apa pacar Nera, karena dia merasa satu-satunya hal yang membuat Nera mengabaikannya adalah karena Nera sudah memiliki pacar. Vanesa berfikir, jika saja Nera sejak awal tak punya pacar mungkin Nera tak akan mengabaikannya. Akhirnya Vanesa pun segera menuju mobilnya dan mencoba untuk mengejar dan mengikuti Nera.Di perjalanan karena saking senangnya, seperti biasa Nera suka bernyanyi-nyanyi saat beradar diatas motor. Nera pun tak merasa curiga sama sekali kalau sebenarnya ada Vanesa yang sedang mengikutinya. Di sisi lain, Vanesa yang melihat tingkah aneh Nera yang bernyanyi-nyanyi sambil menggoyang-goyangkan kepala seolah sangat menikmati perjalanan dan asik sendiri, membuat Vanesa menjadi tersenyum dan tertawa sendiri..“Hahaha Nera..Nera.. Ku
Vanesa pun hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan Nera tadi, dia tidak ingin bersuara karena takut Nera mengenali suaranya.“Hey kau jangan sok akrab begitu tau!, nanti nona itu bisa merasa tidak nyaman denganmu. kau ini kadang aneh-aneh saja.” ucap Kezia pada Nera“Yah habisnya aku sangat senang jika ada orang yang memiliki selera yang mirip dengan kita, karena aku ingin Dunia tahu kalau makanan favorit kita meskipun sederhana namun memiliki cita rasa yang sangat enak.” Nera pun berkata demikian dengan wajah seolah sangat bangga dan akgum dengan menu favorit mereka.“Hadeh Nera, lagian itu Cuma mie goreng dan telur setengah matang saja, siapapun bisa membuatnya jika mempelajarinya dengan sekejap saja itu bahkan sangat mungkin.” Bantah Kezia karena melihat nera yang terlalu berlebihan bereaksi dengan makanan idola mereka itu.“Eh, tapi kau coba dulu ras
“Eh? Nera ya? Wah kebtulan banget ya ketemu disini.”“Oh iya. Kau tak apa-apa? Sorry tadi gak sengaja nyenggol.”“Oh enggak kok, aku gak apa-apa. Oh sedang apa disini? Nyari makan malam?.”“Iya, untuk teman serumahku. Dia nitip makan malam, aku beliin aja sih mumpung sekalian searah dengan jalan pulang.”“Oh gitu ya. Hmm, anu Nera, aku sebenarnya ingin minta tolong. Aku mau pulang nelpon supirku tapi HP ku mati nih.” Ujar Vanesa yang meminta tolong pada Nera dengan nada yang agak manja dan sedikit sedih.“Ah, ini pakailah HP ku, silahkan hubungi supirmu.” Nera mengeluarkan poselnya dan menyerahkan pada Vanesa.“Ta..tapi aku gak hafal nomor supirku.”“Pindahkan aja kartumu ke ponselku sebentar.”..“Iiihhh, kesel banget sih ngeliat ni orang. Padahal kan gue ngarepin kalau dia ngajak mampir kerumahnya. Gak, gak bisa. G
“Kau mau minum apa ?.” Tanya Nera pada Vanesa.“Ah tidak perlu repot, aku membawa minuman sendiri.” Jawab Vanesa“Vanesa, kamu udah makan malam ? Jika belum, ayo makan bareng. Yah tapi begini doang sih. Orang dirumah ini jarang masak soalnya.” Gevan coba-coba berbicara pada Vanesa untuk menghilangkan kegugupannya.”“Hmm emangnya siapa yang biasanya masak dirumah ini ?.” Tanya Vanesa dengan wajah sedikit penasaran.“Ah, kami berdua yang biasa memasak. Bergantian.” Jelas Gevan pada Vanesa , namun..“Sepertinya, kau tidak pernah benar-benar memasak dirumah ini selain memasak mie instan.” Nera memotong pembicaraan Gevan dan Vanesa.“Ssstt. Diam dulu ngapa, lu ini kagak tau apa orang lagi usaha. Lagian apa-apaan itu? Lo makin hari makin Formal aja ngomongnya. Gua berasa kayak ngomong ama bapak-bapak kantoran.”“Bukan aku yang makin formal, tapi
Keesokan harinya Nera dan Gevan pun menjalani aktivitas seperti biasa. Nera terus fokus dengan pelajarannya. Ia tidak memikirkan apapu saat ini selain tujuannya yang ingin lulus dengan cepat dan mendapat gelar sarjana agar ia bisa sedikit lebih pantas untuk Kezia dan setidaknya tak lagi diremehkan oleh keluarga Kezia. Meskipun itu masih belum cukup baginya, tapi itu adalah langkah awal baginya untuk menjadi lebih baik lagi. Saat ini Nera adalah seorang laki-laki yang dipenuhi ambisi demi tujuannya itu...Seharian telah berada di kampus, Nera pun langsung pulang setelah semua mata kuliahnya selesai. Seperti biasa Vanesa selalu mengajaknya ngobrol dan berusaha mengganggunya agar bisa lebih dekat. Namun Nera tetap saja seperti biasa dan tidak berubah sama sekali. Terus dan terus seperti itu hingga kejadian itu selalu berulang-ulang.Empat bulan telah berlalu, Nera pun masih saja tidak bergeming dan tetap seperti biasa dengan Vanesa. Namun dalam Dua b
“Yah tapi kan bayaran dan bonus yang kau dapatkan juga setimpal dengan tingkat kepusinganmu kan.”“Iya sih. Yaudah deh, aku pulang duluan. Maaf ya beb hari ini jadi garing banget gara-gara aku.”Ucap Kezia yang memelas minta maaf pada Nera , iya merasa tidak enak karena sudah mengecewakan kekasihnya itu.“Iya-iya tak masalah. Aku paham kok, lagipula kesehatanmu itu lebih penting. Jadi jangan terlalu khawatir soal kencan kita.”“Baiklah , terimakasih banget udah pengertian. Oh aku pulang sendiri aja, lagian aku bawa mobil kantor, jadi tidak apa-apa kok.”“Yakin? Kau bisa ?.. Jangan sampai ngelantur, kalau terjadi apa-apa segera hubungi aku ya.”“Ih, jangan ngomong gtu dong, do’amu jelek banget.”“Antisipasi.. yasudah kau hati-hati, jangan ngebut, pelan-pelan saja.”“iya baiklah sayang. Aku pulang dulu, Daahh Nera-ku, daah Kak John.&rd
“Kau benar sih, aku juga lebih suka kucing kampung. Mereka bisa dibilang mandiri, tidak terlalu manja meskipun ada yang agresif tapi itulah kelebihan mereka dari pada ras-ras kucing yang kastanya lebih tinggi. Bisa dibilang, kucing kampung merupakan salah satu inspirasiku untuk survive saat dulu sedang terpuruk. Duh, apasih. Kok malah kesana pembahasannya. Ahahah , maaf.” Ucap Nera dengan ekspresi agak malu.“Tidak apa-apa kok. aku mengerti.”“Dapat! Aku sekarang udah selangkah lebih maju dalam mendekati Nera. Sialan, pria ini sikapnya benar-benar membuatku jadi tergila-gila. Padahal dia melakukan semua sesuatu itu biasa saja, tidak ada yang isitmewa. Tapi entah kenapa aku malah semakin suka padanya.” Gumam Vanesa dalam hati.“Eh aduh, duh kena cakarnya. Duh sakit. Iiii.. kucing, kamu kok nakal sih.! Sakit tau tanganku.” Vanesa sedikit merintih kesakitan karena tidak sengaja terkena cakar kucing tersebut.