Share

Sang Protagonis

"Callen jaga Faellyn, kalau begitu selamat bersenang-senang" Marchioness mengecup keningku setelah mengatakan hal tersebut hal tersebut pada kami, aku tersenyum lalau melambaikan tangan ku kearahnya.

Aku pernah berekspetasi marchioness dan tuan muda Arise tidak menerimaku layaknya Marquess yang langsung menerimaku dan dan berbaik hati padaku, tapi sebua ekspetasiku hancur hanya dengan bertemu dengan mereka.

"Ellyn" Aku menatapnya yang baru saja memanggilku, aku memiringkan kepalaku.

"Maaf jadi merepotkanmu untuk datang ke akademi, padahal aku sendiri tidak masalah" Pria dengan rambut dan warna bola mata yang senada itu adalah Callen, kakak angkatku Callen Arise, hari ini adalah hari kelulusannya, namun marquess dan marchioness yang sibuk menyiapkan pesta debutku membuat mereka tidak dapat menghadiri acara kelulusannya.

'Aku merasa bersalah karena datang diwaktu yang kurang tepat' ucapku dalam hati.

"Tidak, saya kan juga ingin menemani kak Callen. Saya dengar kak Callen ahli dalam sihir" Sanggahku, sebenarnya aku tidak mendengar bahwa ia ahli dam sihir namun melihatnya yang memiliki bola mata dan rambut yang senada sepertinya ia juga memiliki kekuatan sihir layaknya legenda yang beredar.

Lagi pula Hildegyan bukanlah kekaisaran yang melarang pengunaan sihir, hanya saja pengunaannya terbatas karena tak semua orang memiliki bakat dalam sihir seperti Faellyn.

"Apa kamu mendengarnya dari Ann?" Aku mengangguk dengan pertanyaan yang ia tujukan padaku, meskipun sudah 10 hari berlalu semenjak hari aku sampai di kediaman Arise, Ann tidak menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi seperti keahliann masing-masing anggota keluarga.

"Ya, aku sedikit menguasanya, tapi sebagai pewaris aku tidak terlalu minat belajr sihir karena pada akhirnya aku akan terjun ke perdagangan juga sama seperti ayah" Ia terkekeh, aku tersenyum meskipun aku tau ia tengah berbohong padaku.

"Wah bukankah bisa menggunakan sihir itu snagat menyenangkan, mungkin kakak bisa menjadi penyihir hebat" Ia menatapku lalu tertawa, kurasa penghiburanku tersampaikan.

"Ya, dulu kuharap juga begitu api setelah aku bertemu anak itu sepertinya aku tidak bisa melampauinya" Ia mengatakan sambil menatap keluar jendela.

"Anak itu?" Ia menatapku dan mengangguk.

"dulu kami berada dikelas yang sama, dia adalah anak yang selalu menyendiri, namun sangat hebat dalam berbagai hal sampai-sampai aku tidak percaya bahwa ia anak seumuranku, dan akhirnya ia lulus hanya dalam waktu 1 tahun padahal temannya yang lain lulus setelah 4 tahun sama sepertiku" ia menceritakan dengan sangat detail sepertinya ia benar-benar menganguminya.

"Ya bagaimanapun juga dia satu-satunya yang mampu bersaing dengan pangeran" Lanjutnya yang membuatku sedikit tertegun, bersaing dengan pangeran yang yang ku tangkap dari perkataan Callen adalah bersaing tahta, tapi bukahkan sudah ada putra mahkota sebagai pewaris tahta?

"Apa dia sangat hebat?" Callen mengangguk dengan pertanyaanku.

"Setelah lulus dari akademi dia kembali ke wilayah kekuasaan untuk mengurus wilayah, ah namanya Zadkiel Andreas satu-satunya pewaris grand duke Andreas" Jelasnya yang membuatku sedikit terkejut.

Berbeda dengan ke kahawatiran Michael yang lebih mengkhawatirkan Duke Erden, ah apa benar seperti ini? tidak-tidak jangan berfikiran yang aneh-aneh.

"Tuan muda kita sudah sampai" Callen keluar lalu membantuku turun dengan tangannya.

"Jangan jauh-jauh dariku" aku mengangguk fengan kekhawatirannya.

Akademi Astherysh, adalah akademi terbesar di kekaisaran, Akademi yang dulu dibangun sebagai bentuk cinta raja pada sang ratu yang bernama Astherysh, begitulah dari yang kubaca diperpustakaan Arise.

Tidak ada perbedaan tingat di akademi dengan kata lain, bangsawan maupun bukan bangsawan bisa bersekolah di akademi Astherysh.

"Nah, kita duduk disini saja" aku mengangguk dengan ucapan Callen, Aku menatap sekelilingku, begitu karena ini pesta kelulusan banyak orang yang datang dengan wali mereka.

"Callen!" Aku menatap seseorang yang berjalan kearah kami sambil melambaikan tangannya pada Callen.

"Yang mulia?" Sapa Callen, Aku menatap pria asing tersebut, ia memiliki rambut yang sama dengan warna rambut Michael, dia seorang pangeran?

"Dia pangeran ketiga" Bisik Callen, aku menunduk hormat bersamaan dengan Callen.

"Salam kepada pangeran ketiga" Ucap Callen sambil menunduk.

"Ah tidak perlu terlalu formal, aku datang untuk mengantikan Putra Mahkota yang belum pulih" Sanggahnya sambil tersenyum, berbeda dengan Michael yang berkesan tegas dia memiliki kesan yang manis.

Tapi apa bebar separah itu sampai dia tidak benar-benar pulih padahal sudah selama ini, apa benar hanya luka itu yang ia derita?

"Lynn... Faellyn" Aku tersentak sejenak dengan namaku yang terpanggil oleh suara Callen.

"Ah, maaf karena terlambat memperkenalkan diri, saya Faellyn Arise" ucapku, ia tetap tersenyum, kurasa senyumnya tidak pernah luntur dari wajahnya.

"Namaku Carlios Hildegyan, senang bertemu dengan mu nona Arise" balasnya.

Berbeda dengan Michael yang memiliki mata merah yang menambahkan kesan tegas dalam dirinya, Carlios memiliki mata biru yang menambah kesan menyegarkan saat melihatnya.

"Ah, sebuah kehormata.. Arghh" Aku terkejut dengan suara teriakan yang sangat keras tersebut sampai tidak bisa melanjutkan perkataanku.

Kami pun spontan menoleh kearah sumber suara.

Seorang gadis terduduk sambil memeluk dirinya sendiri dan menangis, rambut coklat keemasan bergelombang dengan mata berwarna zamrud, kata pertama yang terlitas dalam benakku hanya satu kata, cantik.

"Ah dasar, padahal ini hari istimewa" Kesal Callen lalu menarikku untuk lebih dekat dengannya seakan ia tau setelah teriakan tersebut adalah kerusuhan.

Aku menatap Callen yang terlihat kesal lalu kembali menatap gadis itu seseorang pria berlari kearahnya , layaknya seorang pahlawan ia menolong gadis itu.

"Anita, kamu tidak apa?" ucap pria tersebut sambil memantu gadis itu, aku terkejut setelah mendengar namanya, rambut coklat keemasan dan mata zamrud, Anita Reis.

Anak diluar nikah Viscount Reis dan merupakan anak termuda Viscount Reis, sekaligus pemeran utama wanita, sang saintess yang dicintai seluruh kekaisaran termasuk Michael, dan seorang pria yang kini tengah menolongnya.

"Ah, Adrian saya tidak apa" ucap gadis itu, ya benar Adrian Erden pria yang ingin menjadikanku tunangannya beberapa hari lalu.

"Hah" Helaan nafas Callen terdengar sangat kesal.

"Kak, bukankah lady itu cantik?" Ia menatapku seakan aku orang aneh yang mempertanyakan hal tersebut.

"Omong kosong apa itu, kurasa ibu lebih cantik darinya" Jawabnya dengan sangat percaya diri, aku menatap kembali gadis itu lalu membandingkannya dengan Marchioness didalam ingatanku.

Dan aku menyadari tindakan bodohku karena bertanya pada orang yang salah, Callen terbiasa memandang Marchioness yang dijuluki mawar putih kekaisaran, meskipun memiliki seorang putra berusia 17 tahun ia tetap terlihat menawan, kurasa aku tau darimana wajah Callen berasal.

"Ngomong-ngomong Callen, kamu dan adikmu sangat mirip jika dilihat-lihat" Aku langsung menatap Callen begitu mendengar tangapan Carlios.

"Ya, ibu langsung menangis saat kami pertama kali bertemu dengan Faellyn" Mereka tertawa.

"Nona, sepertinya kakakmu akan kesulitan menentukan wanita sebagai pasangannya karena di kelilingi wanita cantik" Ejek pangeran.

"Diam!" Dari pada menyanggah Callen hanya membentak? apa itu benar.

"Lagi pula seumur hidupku hanya ada 1 wanita yang lebih cantik dari ibu, dab ia sudah tiada" Lanjutnya.

"Wah apa itu cinta pertama?" Ejek pangeran sambil melirik ke arahku.

"Mana bisa begitu, Ah lupakan dia adalah bibi saudara kembar ibu" Jujur Callen dengan telingga yang memerah, sepertinya Callen jatuh cinta pada bibinya.

Carlios mentatapku lalu kami tertawa bersamaan, entah mengapa tawanya nular tanpa kusadari.

Aku kembali menatap kerumunan dimana adengan penyelamatan Adrian pada Anita Reis terjadi, ya mau dilihat bagaimanapun mereka sangat serasi.

"Eh?" Tanpa sadar aku mengeluarkan suara yang membuat kedua orang disampingku menatapku.

"Ah, sepertinya saya kan mengambil minum sebentar disana kak" elakku sambil menunjuk stan minuman, Callen pun mengangguk.

"Jangan pergi jauh-jauh" aku mengangguk dengan kekhawatirannya.

Jika aku mengambil alus sesuai novel aslinya, bukankah saat ini harusnya aku melihat Adrian menyelamatkan Anita Reis sebagai tunangan Adrian?

"Ah dadaku sesak" gumamku.

Aku tidak tau kenapa tapi sepertinya karena ini tubuh Faellyn yang pernah mencintai Adrian sampai diujung kematiannya, tubuh ini bereaksi begitu melihat Adrian yang menolong Anita?

"Apa itu artinya aku masih terikat alur?" monologku, sebenarnya aku berharap aku menerima jawaban dari tuhan,dewa, atapun malaikat didunia ini, tapi kurasa itu tidak mungkin karena sang saintes adalah anita, bukan Faellyn.

"Alur?" Aku terkejut lalu berbalik, aku menganga melihat pria yang seharusnya memulihkan diri malah berdiri disini.

"katakan padaku, apa maksudmu terikat alur," sebanrnya ia bertanya apa mengintrogasiku, tatapannya mengerikan!,

"Michael?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status