Share

Pertempuran Hati

Naik ke atas motor, mengenakan helmet lalu menyalakan mesin sepeda motor milikku meninggalkan pemakaman tanpa lagi memedulikan ekspresi Gunawan.

Dari kejauhan aku melihat Gunawan melempar tentengan yang ada di tangannya, lalu menguyar rambut frustrasi.

Selamat menikmati kehancuranmu, Pecundang.

***

Kanaya sedang duduk sendiri di teras sambil membaca buku. Aku lekas mengayunkan langkah mendekat, menyembunyikan tanganku di belakang tubuh ingin memberi dia kejutan.

"Hai!" sapaku seraya menyunggingkan bibir.

"Dil, sudah datang?" Dia membalas senyumanku, membuat dada ini berdegup kian kencang.

Ah, Kanaya. Kenapa kamu selalu membuat aku jatuh cinta. Bisakah sedetik saja kamu tidak membuatku terpesona?

"Bawa apa? Kok, tangan kamu diumpetin begitu?" dia melongok, ingin tahu apa yang aku bawa.

"Kamu gendong tuyul ya?"

Aku terkekeh mendengar pertanyaan konyol yang terlontar dari mulu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status