Share

181. Katahuan 3

last update Huling Na-update: 2025-07-08 14:52:03
Di balik bajunya, terselip buku hariannya. Tempat dia mencurahkan segalanya. Tentang kebingungan, ketakutan, dan luka yang ditorehkan oleh dua nama, kakak beradik. Narendra dan Manggala.

Ia membuka pintu perlahan dan keluar, membiarkan hawa malam memeluk tubuhnya yang hanya berselimut sweater tipis.

Langkahnya terhenti di pojok halaman, dekat dengan tumpukan pot kosong. Di sana ia berjongkok, mengeluarkan buku itu, menatapnya sekali lagi sebelum merobek-robeknya dan menyulut korek api.

"Aku harus mengakhiri ini," ucapnya lirih seraya menatap buku tebal di tangannya. Dia akan membakar buku itu. Melenyapkan coretan tentang kisah pahit dalam hidupnya. Semua sudah menjadi masa lalu bersama Narendra. Sekarang masa depannya hanya bersama Manggala dan anak-anak.

Api melahap buku bersamaan dengan tetesan air mata. Kiara memandanginya. Betapa pahitnya bertahun-tahun lalu. Betapa kelam perjalanan yang pernah dia lewati, menggenggam luka sambil menutupinya dari semua orang. Dan buku itu a
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (19)
goodnovel comment avatar
Momy Ayu
manggala dan Kiara SDH bahagia dgn keluarga kecilnya.semoga saja dgn Kiara dan manggala yg pindah ke Semarang,Narendra bisa move on dari Kiara dan menemukan tambatan hati nya.
goodnovel comment avatar
PiMary
Memang lbh baik salah satu menjauh sih.....Narendra msh gamon soalnya.
goodnovel comment avatar
Mentary
Farhan dan Siska nikah Semoga kedua ortu gala ngasih restu Gala Semangat thor
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Aku di Antara Kalian   199. Berdebar 3

    "Dulu dia kehilangan istri sekaligus anaknya. Tapi sekarang Mas Fathan mendapatkan apa yang dulu pergi. Kalau Mas nggak capek, kita mampir ke Pandaan, ya." "Oke," jawab Manggala sambil tersenyum. Kemudian mengajak istrinya untuk keluar kamar. Mereka harus segera berangkat sebelum hari beranjak siang. 🖤 Saat Manggala sekeluarga berangkat ke Surabaya, Narendra dan Tiana mengurus pindahannya Rizky. Di lantai atas rumah Pak Gatot, ada satu kamar yang dipersiapkan untuk Rizky. Tepat bersebelahan dengan kamarnya Narendra. Anak itu sudah mulai banyak bicara dan tersenyum. Dia bahagia mendapatkan ayah yang perhatian. Tidak seperti ayah kandungnya sendiri yang tidak peduli dan selalu kasar. Sepulang sekolah, dia dijemput oleh Narendra dan Tiana untuk langsung diajak berbelanja ke kota. "Rizky, kamu pilih sepatu yang mana?" Narendra meraih tubuh anak itu untuk mendekat padanya. Mereka sedang berada di toko perlengkapan sekolah. "Sepatuku masih bagus, Yah," tolak Rizky. "Nggak ap

  • Aku di Antara Kalian   198. Berdebar 2

    "Kaiya siapa, ya? Di sini nggak ada yang namanya Kaiya. Yang ada Kaira." Kiara memandang anak perempuannya sambil bicara dengan nada sengaja menggoda. Dan gadis mungil itu langsung menunjuk-nunjuk dadanya. "Ini Kaiya," teriaknya. Membuat dua kakaknya terkekeh. "Iya-iya. Lusa kita pergi. Kak Arsha harus izin nggak masuk sekolah kalau gitu," kata Kiara. "Nggak apa-apa. Dua hari saja," jawab Manggala. "Arka, kita main ayunan." Selesai makan, Arsha mengajak Arka untuk bermain. Kaira yang biasanya tidak mau ketinggalan, kini diam saja karena ada ayahnya. "Arsha, jaga adeknya," pesan Kiara saat si sulung bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan Arka. Mbak Neng yang sejak tadi mengawasi dari ruang dalam, segera bangkit untuk menjaga anak-anak yang melangkah ke samping rumah. Sementara di tenda pernikahan, Narendra dan Tiana sibuk menghampiri dan berbincang dengan kerabat yang tengah menikmati hidangan. Bu Puri dan Pak Gatot pun sama. Mereka berkeliling dan saling sapa. Menje

  • Aku di Antara Kalian   197. Berdebar 1

    AKU DI ANTARA KALIAN - Berdebar Manggala yang menggendong Arka berdiri gagah di samping kiri kakaknya, sedangkan Kiara di samping Tiana. Kaira sempat menguap kecil dalam gendongan sang ibu. Anak itu mulai mengantuk. Arsha berdiri di depan Narendra. Dia ikut senang melihat pakdhe kesayangannya tampak bahagia hari itu. Walaupun dia belum benar-benar paham, apa itu pernikahan. Setelah satu kali jepretan foto, Narendra memanggil Rizky untuk naik ke pelaminan. Bocah yang duduk di samping Bu Yanti, menaiki tangga dan berdiri di depan ibunya. Mereka foto bersama. Selesai foto, Manggala mengucapkan selamat seraya memeluk kakaknya. Kemarin dia memberikan paket bulan madu, tapi ditolak oleh Narendra. Sang kakak bilang, mungkin tidak bisa bepergian jauh karena banyak pekerjaan. "Makasih, Gala," kata Narendra kemudian mencium pipi Arka yang berada di antara mereka. "Mbak Tia, selamat pengantin baru. Kali ini, kamu akan mendapatkan kebahagiaanmu," ucap Manggala menyalami Tiana. Memb

  • Aku di Antara Kalian   196. Kencan Pertama 3

    "Aku tadi dapat email dari salah satu klien. Katanya desainku bakal dipakai buat packaging kopi lokal mereka. Lucu banget branding-nya, aku suka." Mata Kiara berbinar. Manggala menanggapi dengan antusias. Dia mendukung apapun yang dikerjakan istrinya. Selagi itu nyaman bagi Kiara. Mereka tidak terlalu mengulas tentang kabarnya Narendra dan Tiana. Tetap ikut bahagia, tapi tak perlu dibahas di antara mereka. Demi saling menjaga hati masing-masing saja. "Mas nggak ingin kamu stres, Ki. Bekerja sambil ngurus anak-anak." "Aku masih bisa handel, Mas. Kalau pagi Arsha sudah sekolah. Paling siang saja agak riweh kalau mereka sudah sibuk rebutan mainan." Manggala mengambil map di tangan istrinya, lalu mengembalikan di nakas. Lampu kamar diredupkan. Lalu merangkul lagi istrinya. Membuat kepala Kiara bersandar di dadanya. Sementara saat itu, di luar hujan kembali turun. Menjadi irama pengantar tidur. "Kita punya waktu berdua kalau malam begini. Kalau siang Mas sibuk di Gudang, kamu sibu

  • Aku di Antara Kalian   195. Kencan Pertama 2

    "Ya," jawab Narendra pasti. "Aku nggak ingin memulai sesuatu dengan kebohongan. Aku tahu ini mungkin membuatmu berpikir ulang. Tapi aku tetap memilih jujur memberitahumu semuanya." Narendra menceritakan perjalanan panjangnya bersama Kiara. Dan itu membuat Tiana terdiam dan gemetar. Jadi ini yang membuat Kiara terlihat menjaga jarak dari Narendra tiap kali bertemu. "Kamu sudah tahu semua tentangku. Sekarang aku sudah ikhlas menerima semuanya. Kiara bahagia dengan Manggala dan anak-anak mereka. Dan keluarga memang sepakat, menjaga rahasia ini sampai kapanpun. "Kuharap, andai kamu mundur dari rencana kita. Tolong jaga rahasia ini untukmu saja. Jangan ceritakan pada siapa pun. Manggala sudah banyak berkorban, Arsha juga sangat menyayangi ayahnya. Jangan sampai rahasia ini merusak kebahagiaan mereka." Tiana mengangguk pelan dengan netra berkaca-kaca. Dia bisa membayangkan bagaimana sulitnya posisi Kiara. Sebab dirinya juga merasakan bagaimana hidup menderita. "Iya. Aku paham banget, R

  • Aku di Antara Kalian   194. Kencan Pertama 1

    AKU DI ANTARA KALIAN - Kencan Pertama Malam itu udara terasa lebih dingin dari biasanya, meski Narendra tidak menyalakan pendingin ruangan. Kamar temaram, hanya diterangi lampu baca di sisi ranjang. Ia duduk termenung bersandar pada kepala tempat tidur. Mata menatap ke arah langit-langit kamar. Suasana terasa sepi, hanya dalam kepalanya saja segala hal begitu riuh. Keputusannya untuk menikahi Tiana terasa seperti titik akhir dari sebuah perjalanan panjang. Bukan tentang cinta yang membuncah atau rindu yang menggebu. Bukan pula kisah manis yang membuat dada berdebar. Tapi lebih kepada kebutuhan untuk menyudahi kesendirian, untuk membangun masa depan. Usianya dan Tiana sudah melewati jauh dari gairah cinta masa muda. Mereka mengambil keputusan menikah karena ada alasan yang lebih matang daripada sekedar menuruti napsu. Yaitu mendapatkan orang untuk bisa diajak bergandengan tangan menata masa depan. Begitu juga dengan Tiana. Dia butuh sosok yang bisa melindungi diri dan anakn

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status