Part 29Pukul 22.00 malam, aku terbangun karena ingin buang Air kecil. Saat aku dikamar mandi, tiba tiba terdengar suara orang mengetuk pintu rumah kami. TokTokTokEntah siapa malam malam begini mengetuk pintu? Aku yang sedang kebelet langsung masuk ke kamar mandi untuk menuntaskan hajatku. "FARID, KELUAR KAMU? "Aku terkejut bukan main, suara teriakan laki laki didepan rumahku. Kenapa gak sopan sekali teriak teriak didepan rumah orang malam malam begini? Kudengar suara pintu dibuka oleh suamiku. "Ada apa bang? Malam malam teriak teriak manggil aku? " Sahuy Mas Farid dengan nada serak khas orang baru bangun tidur. "MANA JANJI KAMU? BAYAR HUTANGMU 4 JUTA? "Rupanya abang suamiku yang teriak teriak, benar benar tidak punya sopan santun dan tata krama. Malam malam begini datang datang teriak teriak gak jelas hanya untuk menagih hutang. Mas Farid itu adik kandungnya, apa tidak bisa si Arman itu bicara baik baik dengan adiknya? Sebegitu banyak kah hutang Mas Farid hingga malam mal
Part 29"Mir... Tolonglah Mir.. Aku mohon... " Ucap Mas Farid sambil berlutut. Dimana harga dirinya, ia bahkan berlutut didepanku agar aku memberikan cincin kawinku untuk kedua kalinya. "Mas.. Kamu gak usah berlutut seperti itu" "Tolonglah Mir.. " Nada suara Mas Farid mulai sendu. Aku melihatnya berlutut didepanku membuatku tidak tega, aku merasa kasihan padanya. Tapi, satu sisi aku pun kesal padanya. "Aku mohon... " wajahnya mulai berkaca kaca, entah itu sandiwara atau sungguhan. "Baiklah lah Mas, ambillah cincin ini, tapi... Ada harga yang harus kamu bayar" Aku berkata tanpa melihat wajahnya. Aku kasihan sekali padanya, apalagi perlakuan tidak sopan Abangnya yang membuat kami malu. Tapi, jauh didalam relung hatiku, Mas Farid sudah merobohkan dinding kepercayaanku padanya untuk kesekian kali. Ia melepaskan cincin emas yang baru dua bulan kupakai, persis waktu yang sama seperti saat Mas Farid memberikan aku cincin sebagai Mas kawin, namun dua bulan kemudian, dia meminta kembal
Part 31TokTokTokAku mengetuk pintu rumah ibu, nampak sunyi entah kemana ibuku pergi. Aku memang sengaja tidak mengabari ibu kalau aku akan kemari. "Mirna... " Suara ibu dari depan rumah. Aku segera berbalik, ku lihat ibu sedang menenteng plastik berisi belanjaan. "Kamu sudah lama? Loh, kok ada tas besar? Kamu bertengkar lagi? "Aku hanya mengangguk saja, ibu langsung membuka pintu. "Tidur kan Azka dulu dikamar" Perintah ibu kemudian beliau beranjak kedapur. Setelah kutidurkan Azka dikamar, aku beranjak menuju dapur. Ibu sedang menyiapkan sayur dan ikan untuk dimasak. "Biar Mirna banti Bu""Azka sudah tidur? ""Sudah""Ada apa lagi kamu dengan Farid Mir? " Tanya Ibu dengan nada pelan dan lembut, ibu tahu betul sifatku. Jika aku ditanya dengan nada tinggi, maka aku tak akan bercerita. " Cincin kawin Mirna diambil lagi buk""Apa? Diambil sama Farid? ""Iya buk""Kenapa? ""Mas Farid bohongin Mirna lagi buk, waktu itu ibuk dengar sendiri kan Mas Farid bilang kalau dia membant
Part 32Pagi ini, aku sedang duduk bersantai sambil nonton TV bersama Azka. Ibu sudah pergi ke pasar, hanya aku dan Azka dirumah. Saat sedang asik menonton TV, tiba tiba ada suara ketukan pintu. TokTokTok'Siapa pagi pagi begini bertamu? ' batinku. Aku segera bangkit menjui pintu, begitu kubuka, aku begitu terkejut. "Mas Farid? "Ternyata Mas Farid datang bersama ibunya, perasaanku mulai tidak enak. "Assalamu'alaikum" Ucap mereka berdua. "Waalaikum Salam" Jawabku seraya menyuruh mereka berdua masuk. Mereka duduk di kursi tamu, aku segera kedapur untuk membuat teh. Beberapa saat kemudian aku kembali keruang tamu dengan membawa Nampan berisi dua gelas teh. "Ibu kamu dimana Mir? " Nada suara mamak mertua mulai terdengar tidak bersahabat. "Sedang kepasar" Jawabku singkat. "Diminum dulu tehnya"Setelah meletakkan teh diatas meja, aku mengambil Azka yang masih menonton TV. "Sini sama Ayah nak" Azka pun berjalan kearah ayahnya duduk. "Baiklah, saya ingin menanyakan sesuatu pa
Part 33"Mirna.. Tolong kamu berpikir lagi sebelum mengambil keputusan besar ini" Tatapan mata Mas Farid tajam kearahku. "Aku sudah memikirkan ini ribuan kali Mas, lima tahun aku bersabar nyatanya aku semakin tersiksa"Azka semakin tidak nyaman aku segera masuk kekamar. "Aku mau menidurkan Azka"Ucapmu seraya berjalan kekamar. "Mirna... " Mas Farid berusaha menghentikan ku. "Pulanglah Mas, aku sedang ingin istirahat"Raut mukanya tiba tiba berubah, "kau mwngusirku Mirna? "Aku tak menjawab, segera masuk kamar dan menutup pintu. Aku tak tau apa lagi yang Mas Farid lakukan diruang tamu. Sambil menidurkan Azka, aku juga ikut tertidur. Entah berapa lama aku tidur, tiba tiba ibu masuk kekamar yang sedang aku tempati. "Mirna.. " panggil Ibu dari ambang pintu. Aku bangkit, lalu duduk di sisi ranjang. "Iya Bu.. ""Tadi Farid kesini? " Tanya ibu penasaran. "Iya bu, ibunya juga kesini""Benarkah, lalu apa yang terjadi Nak, apa kalian bertengkar, apa mereka menyakiti kamu? ""Ibunya Ma
Seminggu sudah aku di rumah ibu, aku mulai merasa kesusahan materi. saat Susu Formula untuk Azka dan juga popoknya habis, terpaksa aku meminjam uang pada ibuku. Aku tidak ingin meminta uang pada Mas Farid, meskipun ia masih berstatus suami dan juga Ayah dari Azka. Jika dia memang bertanggung jawab pada anaknya, tanpa aku minta pun dia akan memberikan kewajiban nafkah untuk anaknya. Biarlah, aku tak ingin mengemis lagi padanya. "Buk..." Panggil ku pada ibu yang sedang menggendong Azka. "Iya ada apa Mir? Apa susu Akan sudah habis? " Tanya Ibuku seperti biasa, aku selalu meminta uang pada ibu saat kehabisan susu Azka. Sebenarnya aku malu untuk meminta uang pada ibu, tapi mau bagaimana lagi, aku terpaksa memintanya agar anakku tidak kelaparan. "Bu, Mirna mau kerja Bu""Oiya, kerja apa Mir? ""Ada kawan Mirna yang punya Toko baju dikota, kebetulan dia lagi butuh karyawan. Mirna sudah minta jadi karyawan dia, dan alhamdulillah diterima Bu""Tapi, bagaimana dengan Azka Mir, bukannya I
"Mirna... Kamu Udah pulang Nak? " Tanya ibu saat memasuki kamarku. "Iya Bu, capek sekali Mirna, tenyata bekerja saat kita punya anak balita itu susah ya bu, gak bisa jauh dari anak""Niatkan bekerja karena ibadah nak, maka lelah dan capeknya akan dapat pahala""Iya Bu, semoga saja Mirna betah kerja disitu""Emangnya kenapa Nak, ada masalah? ""Ya begitulah Bu, kerja sebagai karyawan ditoko baju, harus banyak sabar, Pelanggan nya pada nyebelin, baju udah dites, di acak acak ujung ujungnya gak jadi beli, kan kesel kita Bu""Setiap pekerjaan pasti punya masalah dan resiko Mirna, kalau kita sanggup menghadapi masalah dan resiko yang ada maka kita akn sukses""Amin, semoga saja Mirna sanggup melewati resiko kerja disitu ya Bu""Kamu pasti Bisa, ibu yakin"Aku larut bercerita dengan ibu tentang pekerjaan baruku, ibu selalu memberi dukungan dan menyuntikkan semangat padaku. Rasa lelah dan capekpun hilang, aku kembali bersemangat bekerja, apalagi aku punya tanggung jawab kepada Azka. Aku ta
Part 36"Assalamu'alaikum"Ucapku ketika sampai di rumah. "Waalaikumsalam, eh cucu nenek udah pulang? Ada nangis tadi nak disana? " Tanya ibu sambil menurunkan Azka dari motorku. "Nenek... Azka punya mobil balu(baru) " Ucap Azka sambil memperlihatkan mobil mobilan yang baru tadi kubeli. Ida mengajakku ke mall, untuk menghilangkan beban pikiran dan melupakan masalah kami masing masing. Ida orang yang royal, ia bahkan mengajakku ke salon, ke resto, bahkan dia juga membelikan mainan untuk anakku. Disamping kehidupan ekonominya yang serba cukup, Ida juga menyimpan duka yang teramat dalam. Ia sering disindir oleh mertua dan iparnya karena Ida belum bisa memiliki anak. Bahkan mertuanya menyarankan agar Suami Ida untuk poligami, hati Ida benar benar hancur. Tapi, beruntungnya suami Ida tidak mau menikah lagi. Mereka memutuskan mengadopsi anak, bahkan mereka punya rencana untuk melakukan proses bayi tabung. "Wah, keren sekali mobil nya, siapa yang beli nak? ""Mama" Jawab Azka polos.