Mag-log in"Sudah puas? Hah? Sekarang bukan hanya nggak mendapat bantuan dari Federick, malah justru menjadi musuhnya. Kalau Keluarga Ananta menyerang keluarga kami, menurutmu kami bisa bertahan berapa lama?"David tak menyangka Fandy akan bertindak seagresif itu. Dia menundukkan kepala, tidak berani berkata apa-apa, sadar dirinya telah berbuat salah.Dalam situasi seperti ini, Fandy tidak mungkin hanya diam."Sudahlah, Zoana. Tuan Muda Lumana sudah memberitahuku tentang kondisi keluargamu. Aku sudah menelepon ayahku. Tim penasihat keuangannya sedang menganalisis keadaan perusahaan keluargamu. Aku yakin hasilnya kemungkinan besar menunjukkan bahwa perusahaanmu layak untuk diinvestasikan."Zoana tertegun, menatap Fandy dengan tidak percaya."Apakah perkataanmu benar?""Tentu saja, ini menyangkut nasib keluargamu, mana mungkin aku berbohong? Tapi semuanya harus menunggu hasil penilaian dari pihak ayahku. Bagaimanapun, 10 triliun bukan jumlah kecil. Kamu pernah menolongku dan kita juga teman sekelas
Dengan adanya kerja sama dari David, Fandy tentu bisa bertindak lebih agresif tanpa menimbulkan kecurigaan dari Zoana.Karena itu, begitu kata-kata itu keluar, Federick langsung naik pitam."Bocah! Kamu bicara padaku?"Dua pengawal yang dibawa Federick segera menatap tajam ke arah Fandy."Salah paham! Kak Federick, ini hanya salah paham!"Astaga, begitu Zoana tersadar, dia segera berlari ke arah Fandy."Fandy, kamu gila? Urusanku nggak perlu kamu campuri!"Dari sorot mata David yang berusaha menghindar, Zoana yang cerdas tentu bisa menebak bahwa dia pasti sudah menceritakan masalah keluarganya pada Fandy, kalau tidak, Fandy tidak mungkin tiba-tiba memusuhi orang asing seperti itu."Urus atau nggak, itu urusan belakangan. Aku nggak bisa membiarkanmu dipermalukan orang lain begitu saja. Bagaimanapun, waktu kecil aku masih berhutang budi padamu."Sambil berkata demikian, Fandy mengangkat tangan kanannya."Usir dia keluar dari sini!"Entah sejak kapan, manajer bersama belasan satpam sudah
Fandy tersenyum tipis."Kalau begitu, jangan ikut campur. Aku nggak bodoh."Begitu tiba di lapangan tenis, keduanya langsung melihat Zoana sedang bertanding melawan seorang pria berperut buncit yang tampak sedikit gemuk. Jika bukan karena David telah menyebutkannya sebelumnya, Fandy pasti akan mengira pria itu berusia sekitar empat puluhan, wajahnya memang terlihat jauh lebih tua dari usianya.Orang seperti ini, dengan moral yang buruk, hanya beruntung karena memiliki latar belakang keluarga yang baik, kalau tidak, sudah lama tenggelam di tengah khalayak.Tepat saat ini, Federick memberi isyarat untuk istirahat, lalu berjalan dan duduk di samping Zoana."Kak Federick, kemampuanku ada sedikit kemajuan bukan?"Federick yang sedang menyeka keringat dengan handuk tersenyum dan berkata."Ya, ada kemajuan, tapi masih jauh. Kalau aku nggak menahan diri, kamu bahkan nggak akan mampu bertahan lebih dari tiga babak."Zoana yang biasanya tidak suka menjilat, terpaksa menahan hati dan berkata,"Te
Fandy sengaja bereaksi secara berlebihan."Kak, lelucon ini sama sekali nggak lucu. Zoana baik-baik saja, bagaimana mungkin dia sampai kehilangan kehormatan dan bunuh diri."Dia sudah menduga Fandy tidak akan percaya. David yang sudah nekat, hanya bisa tersenyum pahit."Ah, karena sudah terlanjur kuungkap, aku akan memberitahumu. Sejujurnya, aku mengenal Zoana sejak kami berusia sekitar sepuluh tahun. Hubungan kami selalu baik, benar-benar seperti sahabat lawan jenis. Mungkin karena terlalu akrab, selama bertahun-tahun kami tak pernah menumbuhkan perasaan antara pria dan Wanita, makanya aku sangat cemas."Melihat ini, ekspresi Fandy menjadi serius."Kalau begitu, jelaskan lebih rinci. Kalau aku bisa membantu, aku takkan menolak. Meski sudah lama tak bertemu, aku nggak akan pernah melupakan gadis yang dulu berani menolongku. Selama aku mampu, aku pasti akan membantu."Terlepas dari benar atau tidaknya ucapan itu, kata-kata tersebut sudah cukup membuat David merasa tidak salah mempercaya
Isyaratnya sudah terlalu jelas, tapi Fandy tidak terlalu menanggapi. Kalau gadis itu adalah roh jahat, tentu saja bisa ikut bermain, tapi kalau bukan, sebaiknya menyingkir saja.Di kertas yang diberikan Wenny tertulis nama KTV ini, dengan catatan bahwa ketiga gadis kembar di sini adalah roh jahat. Tidak ada penjelasan lanjutan. Bagaimanapun, mereka orang pintar, begitu ada petunjuk awal, tentu tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.Tak lama kemudian, pemuda itu kembali sambil membawa tiga wanita yang wajahnya hampir identik. Sejujurnya, mereka tidak bisa dibilang sangat cantik, tapi juga tidak buruk. Ditambah lagi pesona kembar tiga, siapa pun pria yang melihatnya pasti langsung terpikat.Kenikmatan antara pria dan wanita, setidaknya bagi kaum pria, terbagi dalam dua aspek, yaitu kenikmatan fisik dan kenikmatan batin.Menurut beberapa pakar, terkadang kenikmatan batin justru lebih penting. Misalnya, ketika seseorang tiba-tiba beruntung bisa tidur dengan seorang bintang terkenal, ke
Dia tidak merasakan adanya roh jahat, tapi pria itu bisa muncul pada saat seperti ini, ditambah sikap Wenny yang diam tanpa membantah, tentu tidak sulit untuk menebaknya."Tak ada yang perlu dijelaskan. Aku akan menebusnya."Sudut bibir pemuda itu sedikit terangkat."Haha! Orang yang menarik. Sepertinya dia memang nggak takut pada kita."Wenny mengabaikan ejekan pemuda itu dan berkata dengan serius,"Kerja sama ya kerja sama. Kamu kehilangan satu esensi jiwa dari roh jahat level A, maka kamu harus menggantinya. Aku nggak punya waktu untuk menunggumu."Sambil berkata demikian, dia menyerahkan selembar kertas."Ikuti petunjuk yang tertulis di atas. Kalau nggak ada kendala, bisa membunuh lima roh jahat level B. Meskipun masih kurang, itu sudah cukup."Ada satu hal yang dikatakan Wenny tidak keliru. Karena ini adalah kerja sama, maka harus dipatuh. Lagi pula, ini adalah hal yang saling menguntungkan, jadi Fandy tanpa ragu menerima kertas tersebut.Setelah membaca, dia merasa tidak ada masa







