เข้าสู่ระบบ"Malam ini aku ada urusan. Besok, lakukan saja apa yang aku katakan.""Ya!"Bagi Puto, kata-kata Fandy bagaikan dekrit kerajaan. Puto masih sangat kesal dengan ancaman pria misterius bertopeng terakhir kali, sepertinya Puto akhirnya bisa membalas dendam.Saat meninggalkan markas, Fandy tiba-tiba mengerutkan kening.Dari para pelayan yang dibawa, hanya Kaisar Ninja dari Negara Alza yang tersisa, Fandy berpikir mungkin masih berguna di masa depan.Namun, koneksi mereka tiba-tiba menghilang. Hanya ada dua kemungkinan, Kaisar Ninja sudah mati atau sudah lepas kendali.Setelah ragu sejenak, Fandy tetap menelepon Mytha."Kak Fandy!"Kejutan dalam nada suaranya membuat Fandy merasa agak tidak berdaya."Mytha, dengarkan baik-baik. Pastikan secepat mungkin apakah Kaisar Ninja masih hidup. Kalau masih hidup, bawa keluargamu dan segera datang ke Negara Limas. Tinggal di Negara Alza jelas nggak aman."Wanita ini sudah banyak membantunya. Meskipun Fandy tidak bisa menerima Mytha, Fandy tidak akan p
Fandy merasa canggung. Dia sudah berbicara dengan penuh keyakinan, siapa sangka David justru memberi jawaban seperti itu."Eh, bukankah sebelumnya kalian bilang Tuan Lima Belas itu sangat hebat dan menakutkan? Kenapa begitu berhadapan dengan Federick malah bukan apa-apa?"Mendengar itu, Zoana menatapnya curiga."Kamu kenal Tuan Lima Belas?"Tadi malam, ayah Zoana meminta bantuan Tuan Yuwana untuk menengahi masalah mereka, tapi Zoana sama sekali tidak menaruh harapan. Tuan Yuwana bukan siapa-siapa, bahkan Pak Hendrik bawahannya Tuan Lima Belas pun tak akan hormat padanya. Mustahil mereka mau memberi muka.Tak disangka masalah itu benar-benar terselesaikan. Zoana merasa seolah ada seseorang yang diam-diam membantu dari balik layar.Sekarang mendengar Fandy bicara seperti itu, wajar jika Zoana mulai curiga."Nggak kenal, tapi kupikir kalau aku menawarkan 200 miliar, Tuan Lima Belas itu pasti bersedia turun tangan bukan?"Ucapan itu berguna, ekspresi David dan Zoana sangat tidak berdaya. B
"Sudah puas? Hah? Sekarang bukan hanya nggak mendapat bantuan dari Federick, malah justru menjadi musuhnya. Kalau Keluarga Ananta menyerang keluarga kami, menurutmu kami bisa bertahan berapa lama?"David tak menyangka Fandy akan bertindak seagresif itu. Dia menundukkan kepala, tidak berani berkata apa-apa, sadar dirinya telah berbuat salah.Dalam situasi seperti ini, Fandy tidak mungkin hanya diam."Sudahlah, Zoana. Tuan Muda Lumana sudah memberitahuku tentang kondisi keluargamu. Aku sudah menelepon ayahku. Tim penasihat keuangannya sedang menganalisis keadaan perusahaan keluargamu. Aku yakin hasilnya kemungkinan besar menunjukkan bahwa perusahaanmu layak untuk diinvestasikan."Zoana tertegun, menatap Fandy dengan tidak percaya."Apakah perkataanmu benar?""Tentu saja, ini menyangkut nasib keluargamu, mana mungkin aku berbohong? Tapi semuanya harus menunggu hasil penilaian dari pihak ayahku. Bagaimanapun, 10 triliun bukan jumlah kecil. Kamu pernah menolongku dan kita juga teman sekelas
Dengan adanya kerja sama dari David, Fandy tentu bisa bertindak lebih agresif tanpa menimbulkan kecurigaan dari Zoana.Karena itu, begitu kata-kata itu keluar, Federick langsung naik pitam."Bocah! Kamu bicara padaku?"Dua pengawal yang dibawa Federick segera menatap tajam ke arah Fandy."Salah paham! Kak Federick, ini hanya salah paham!"Astaga, begitu Zoana tersadar, dia segera berlari ke arah Fandy."Fandy, kamu gila? Urusanku nggak perlu kamu campuri!"Dari sorot mata David yang berusaha menghindar, Zoana yang cerdas tentu bisa menebak bahwa dia pasti sudah menceritakan masalah keluarganya pada Fandy, kalau tidak, Fandy tidak mungkin tiba-tiba memusuhi orang asing seperti itu."Urus atau nggak, itu urusan belakangan. Aku nggak bisa membiarkanmu dipermalukan orang lain begitu saja. Bagaimanapun, waktu kecil aku masih berhutang budi padamu."Sambil berkata demikian, Fandy mengangkat tangan kanannya."Usir dia keluar dari sini!"Entah sejak kapan, manajer bersama belasan satpam sudah
Fandy tersenyum tipis."Kalau begitu, jangan ikut campur. Aku nggak bodoh."Begitu tiba di lapangan tenis, keduanya langsung melihat Zoana sedang bertanding melawan seorang pria berperut buncit yang tampak sedikit gemuk. Jika bukan karena David telah menyebutkannya sebelumnya, Fandy pasti akan mengira pria itu berusia sekitar empat puluhan, wajahnya memang terlihat jauh lebih tua dari usianya.Orang seperti ini, dengan moral yang buruk, hanya beruntung karena memiliki latar belakang keluarga yang baik, kalau tidak, sudah lama tenggelam di tengah khalayak.Tepat saat ini, Federick memberi isyarat untuk istirahat, lalu berjalan dan duduk di samping Zoana."Kak Federick, kemampuanku ada sedikit kemajuan bukan?"Federick yang sedang menyeka keringat dengan handuk tersenyum dan berkata."Ya, ada kemajuan, tapi masih jauh. Kalau aku nggak menahan diri, kamu bahkan nggak akan mampu bertahan lebih dari tiga babak."Zoana yang biasanya tidak suka menjilat, terpaksa menahan hati dan berkata,"Te
Fandy sengaja bereaksi secara berlebihan."Kak, lelucon ini sama sekali nggak lucu. Zoana baik-baik saja, bagaimana mungkin dia sampai kehilangan kehormatan dan bunuh diri."Dia sudah menduga Fandy tidak akan percaya. David yang sudah nekat, hanya bisa tersenyum pahit."Ah, karena sudah terlanjur kuungkap, aku akan memberitahumu. Sejujurnya, aku mengenal Zoana sejak kami berusia sekitar sepuluh tahun. Hubungan kami selalu baik, benar-benar seperti sahabat lawan jenis. Mungkin karena terlalu akrab, selama bertahun-tahun kami tak pernah menumbuhkan perasaan antara pria dan Wanita, makanya aku sangat cemas."Melihat ini, ekspresi Fandy menjadi serius."Kalau begitu, jelaskan lebih rinci. Kalau aku bisa membantu, aku takkan menolak. Meski sudah lama tak bertemu, aku nggak akan pernah melupakan gadis yang dulu berani menolongku. Selama aku mampu, aku pasti akan membantu."Terlepas dari benar atau tidaknya ucapan itu, kata-kata tersebut sudah cukup membuat David merasa tidak salah mempercaya







