"Siapa?"Saat mengatakan ini, Tetua Tertinggi melihat Fandy mengangkat tangan kanannya lalu menunjuk ke arahnya."Petir!"Bumm!Ada ledakan petir di langit, bulan langsung tertutup, membuat semua orang yang hadir merasakan kulit kepala mereka mati rasa, bahkan merasa seperti ada teror besar yang terjadi di atas.Dalam waktu kurang dari satu detik, petir menembus langit dan jatuh ke arah Tetua Tertinggi Sekte Yukaro.Bumm!Ada suara keras, lempengan batu itu meledak satu demi satu. Tetua Tertinggi berdiri di dalam lubang sambil memuntahkan darah, ekspresinya pun terlihat sangat ketakutan."Siapa! Siapa itu!"Setelah berteriak dengan enggan, Tetua Tertinggi jatuh, bahkan tidak tahu bahwa Fandy yang membunuhnya. Bagaimanapun, seseorang yang bisa memicu guntur adalah tokoh yang sangat menakutkan. Dengan umur Fandy saat ini, tidak mungkin bisa melakukannya dari rahim ibunya."Tetua Tertinggi!"Dante serta yang lainnya bergegas, raut wajah mereka penuh kesedihan. Siapa yang mengira bahwa Tet
Di gunung tempat Sekte Yukaro berada, seseorang dengan cepat menuruni gunung. Rintangan seperti bebatuan, pepohonan dan gunung seakan tidak ada sama sekali. Terlihat sekali, bahwa betapa dahsyatnya gerakan tersebut."Pergi setelah melihat pertunjukan tadi? Nggak pantas!"Orang itu berhenti setelah mendengar suara ini. Dalam kegelapan, orang itu hanya melihat ke arah orang yang tiba-tiba muncul di hadapannya untuk menghalangi jalan.Orang yang datang tentu saja adalah Fandy. Fandy hanya ingin tahu dari mana orang yang bersembunyi di kegelapan ini berasal, niat membunuhnya begitu kental. Ini sangat menarik.Fandy menggerakkan hidungnya dan tersenyum."Haha, memang aroma parfum ini. Apa kamu masih akan menanggapinya dengan diam?"Awan menghilang dan sinar bulan sekali lagi menyelimuti bumi. Meskipun terhalang oleh ranting-ranting, tidak dapat menghalangi sosok indah dari orang yang mengenakan pakaian malam ketat di seberangnya.Pada saat ini, wanita itu melepas kerudungnya, memperlihatkan
Arnold bertepuk tangan."Haha, senang sekali. Aku akan tidur dulu."Entah harus menyebut orang ini berhati besar atau yang lainnya, mungkin ini memang juga sebuah keberuntungan.Setelah beberapa saat, Sinta masuk."Kak Fandy, ada satu hal lagi yang lupa aku katakan padamu."Sinta sedikit takut. Sifatnya memang ceroboh, sekarang saat melayani Tuan Drag, Sinta masih saja belum berubah."Ada apa?"Sinta menyerahkan selembar kertas yang diambilnya."Ini ditemukan di kamar tetua keenam Sekte Yukaro. Semuanya pasti disebabkan oleh surat ini."Setelah membacanya, Fandy mengerutkan kening. Saat menganalisis, mustahil Fitri meminta Sekte Yukaro untuk menyerangnya.Dilihat dari surat ini, sepertinya pihak lain mengetahui informasi yang sangat detail. Pasti bukan orang luar, lalu siapa?Satu jam kemudian, Fandy yang tahu akan ada banyak hal yang terjadi malam ini, duduk di ruang tamu tanpa tidur sama sekali. Benar saja, saat ini pintu terbuka, Fitri pun masuk dengan marah."Fandy!"Fandy masih du
Setelah Fitri pergi, Sinta menelepon lagi."Kak Fandy, Tentara Markotop sudah mengepung seluruh Sekte Yukaro. Apa yang harus kita lakukan? Menunggu saja?"Inilah yang diharapkan Fandy. Seorang guru memang seperti orang tua sendiri. Entah apa yang dilakukan Dante terhadap Fitri, selama tidak sampai benar-benar keterlaluan, pasti akan selalu teringat dalam hatinya.Sebagai dewi perang, bagaimana mungkin Fitri tidak memahami kemampuan pembunuhan di Aula Anora Tim Drag. Guru dan yang lainnya sudah tidak bisa bertahan, jadi hanya bisa menggunakan cara ini.Ditambah dengan apa yang dikatakan tentang pemecatan Fandy, idenya sudah sangat jelas. Saat Fandy tidak lagi menjadi anggota Tim Drag, Aula Anora secara alami akan mundur dari Sekte Yukaro."Untuk saat ini diam saja dulu. Semuanya akan diputuskan besok malam.""Ya!"Di pagi hari, Catherine yang belum tidur sepanjang malam hanya bisa menyaksikan waktu berlalu. Pada saat ini, akhirnya bisa menelepon Nona."Kejutan apa yang kamu punya untukk
Fandy menatapnya lama sekali lalu baru teringat sesuatu."Apa kamu yang memberi pinjaman pada Mia?""Benar! Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Panggil saja aku Kak Howie."Kata-kata Howie membuat Fandy mengerutkan kening. Tindakan Ferdinand tidak bisa diandalkan sama sekali, Howie belum selesai di atas? Bahkan sekarang kehidupannya menjadi lebih menarik."Kak Howie, simpan dendam kalian nanti, aku belum bicara."Setelah selesai berbicara, Chaesa memandang Fandy."Fandy, Tuan Rijunta sudah pergi, pendukungmu sudah nggak ada. Bukankah aku harus membalas kamu yang memukulku dan nggak menganggap aku sama sekali?"Lucy, yang duduk di sebelahnya juga berkata."Benar! Kamu membuatku malu. Hari ini aku akan membalas semuanya!"Pada saat ini, Chaesa benar-benar terlihat sangat sombong."Lalu bagaimana kamu ingin aku menang?"Setidaknya dalam pandangan Chaesa, kata-kata Fandy seolah sedang menyerah. Memang, kehilangan seorang pendukung akan membuat kekuatan semakin lemah. Sekarang kekuatann
Fandy tidak mengenal siapa Jack Gilo dan tidak ingin membuang-buang waktu. jadi Fandy mengambil parang dari orang di sebelah, lalu melemparnya.Buk!Howie yang masih ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba membungkuk. Howie menunduk dan melihat pisau yang tertancap di jantungnya dengan tatapan tidak percaya."Ka ... kamu bunuh ...."Sebelum selesai bicara, Howie sudah memuntahkan darah dan terjatuh di lantai."Ah!"Pembunuhan yang tiba-tiba ini membuat Chaesa dan Lucy berteriak dengan keras. Mereka belum pernah melihat seseorang meninggal, apalagi meninggal karena dibunuh di depan mereka. Bau amis darah dan ketakutan saat melihat adegan ini sama sekali tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Fandy berjalan beberapa langkah ke hadapan Chaesa, Chaesa segera tersadar dan menangis dengan keras."Fandy! Tolong jangan bunuh aku, aku benar-benar sudah tahu kesalahanku. Aku janji nggak akan mengganggumu lagi!"Lucy yang berada di samping merasa ketakutan sampai berlutut di tanah dan terus bersujud.
Pada pukul tiga sore, Fandy dan Arnold sedang duduk berhadapan di dalam sebuah restoran barbekyu."Kita berdua memang sehati, kebetulan sekali kita masih belum makan siang sampai sekarang?"Fandy bertanya dengan bingung."Apakah kamu nggak perlu bekerja?""Nggak perlu, aku sudah pindah perusahaan."Pindah perusahaan? Fandy semakin kebingungan. Dengan bantuannya, Arnold menjalani kehidupan yang makmur di perusahaan sebelumnya dan akan segera diangkat menjadi wakil CEO. Kenapa tiba-tiba pindah perusahaan?"Tadi pagi aku baru bekerja di perusahaan yang baru, sekarang aku adalah penanggung jawab Grup Bintang di Kota Valencia. Saat keduanya dibandingkan, orang bodoh pun tahu harus memilih yang mana."Melihat Fandy tertegun di tempat, Arnold mengambilkan beberapa daging untuknya."Makanlah! Aku bisa menjadi seperti ini semuanya berkat kamu."Fandy bisa bersumpah jika dia sama sekali tidak memberitahu hal ini pada distrik. Arnold sendiri juga tidak memiliki koneksi untuk mencapai posisi ini,
Wakil ketua balai? Sejak Fandy mengambil alih Balai Tim Drag, dia belum pernah bertemu dengan seseorang setingkat wakil ketua balai. Ini adalah pertama kalinya. Sepertinya beberapa wakil ketua balai tidak bisa duduk diam setelah semua ketua aula dikumpulkan terakhir kali."Nanti malam saja."Sinta berkata dengan tergagap."Kak Fandy, bo ... bolehkah aku menemuimu?""Boleh."Sinta tiba dalam 20 menit. Fandy sudah meminta Arnold untuk pergi terlebih dahulu. Jika tidak, Arnold pasti akan mengeluh untuk waktu yang lama jika melihat wanita cantik seperti Sinta."Ada masalah apa sampai harus mengatakannya secara langsung padaku?"Sinta duduk di seberang Fandy, matanya seperti bisa menyemburkan api pada saat ini."Kak Fandy, Alfred benar-benar sangat keterlaluan. Nggak disangka dia mau kamu menemuinya!"Terlihat jelas jika Alfred adalah wakil ketua balai yang datang kali ini, Fandy mengerutkan keningnya setelah mendengar ini."Dia yang bilang seperti ini padamu?"Sinta mengangguk."Benar, dia
"Beri tahu Sandy bahwa bos akan segera datang. Tenanglah dulu. Bagaimana menurutmu, Jenderal Perang Hario?"Fitri punya kecerdasan emosional yang sangat tinggi. Kali ini cukup menghormati Jenderal Perang Hario."Ya, baiklah, tapi masalah terbesarnya adalah bagaimana bisa membuatnya masuk?"Bagi seorang penjahat yang kejam dan telah membunuh banyak orang seperti orang gila, dia pasti akan menghadapi hukuman mati Sebagai organisasi resmi, mereka harus mengatakan semua fakta dengan jelas dan tidak menyembunyikan apa pun.Orang awam mana pun mungkin akan mundur, itulah kesulitannya."Biar aku saja yang membujuk. Ayo kita ke toko sebelah. Bos akan gelisah kalau ada banyak orang."Beberapa menit kemudian, Stira memasuki toko sebelah dengan tatapan agak aneh di matanya."Jenderal Perang, bos sudah datang.""Baiklah, biarkan dia masuk, kamu keluar dulu saja."Stira masih berdiri di sana, yang membuat Fitri sangat tidak senang."Apa yang kamu khawatirkan? Apa kamu tahu seberapa serius situasiny
Di toko yang diambil alih sementara berada di seberang Helty, semua orang yang hadir memasang wajah cemberut, beberapa bahkan merasa sedikit tidak percaya."Biar aku konfirmasi lagi. Aku masih belum percaya."Orang yang berbicara adalah seorang pria paruh baya yang kekar. Auranya yang menyebar luas merupakan hasil dari jabatan tinggi yang didudukinya dalam waktu lama.Dia adalah Panglima Perang Hario, salah satu dari lima Panglima Perang Negara Limas dengan kekuasaan yang begitu mutlak saat ini.Saat ini ada tersangka yang menyandera seseorang di klinik. Dia menelepon dan mengaku sebagai Sandy, King 5 dalam Ace 13, buronan level atas. Saat ini entah informasi ini benar atau tidak.Inilah sebabnya kenapa Jenderal Perang Hario berbicara seperti ini. Ace 13 dan yang kelima di peringkat itu, tiba-tiba muncul di daerah pusat kota untuk lapor polisi sendiri. Hal ini benar-benar sangat aneh.Orang yang mulai melaporkan adalah Stira. Dia ada di sana dan Fitri, Panglima Perang Ferin juga ada di
"Bos Bani, aku, aku anak buah Andri.""Pergi!"Satu kata yang singkat itu bersifat eksplosif. Pemimpin itu ketakutan hingga mundur dua langkah sambil menyanggupinya, lalu kabur."Baik, baik! Terima kasih, Bos Bani."Dengan demikian, puluhan pria yang datang untuk mengacau pergi semua. Semua orang di dalam toko menoleh pada Raysha. Manajer toko yang berdiri di sebelah Raysha juga sangat tercengang.Raysha benar-benar mengenal Bos Bani dan bisa mengatasi masalah besar itu dengan satu panggilan telepon.Tidak hanya mereka, Raysha sendiri juga tidak percaya. Raysha buru-buru berlari ke arah Fandy untuk mengembalikan ponselnya."Terima kasih, Kak Fandy. Aku benar-benar nggak tahu harus berbuat apa kalau nggak."Astaga! Siapa sebenarnya teman Naning ini? Dia bahkan mengenal Bos Bani? Dari panggilan tadi, Bos Bani juga sangat menghormati Fandy.Ada banyak orang yang mampu membeli mobil Range Rover, tetapi hanya segelintir orang yang mengenal Bos Bani. Identitas dan kedudukan dari kedua itu be
Manajer toko paruh baya itu sangat berwibawa. Sementara itu, Raysha yang disebut namanya terbengong di tempat. Naning yang berdiri di sebelah juga terbelalak matanya.Naning pernah mendengar nama Bos Bani sekali, yaitu di Klinik Helty milik Fandy. Pria jahat seperti Lucky pun ketakutan pada Bos Bani. Tidak peduli apa profesinya, Bos Bani pasti sangat hebat.Akan tetapi, sejak kapan Raysha mengenal Bos Bani? Naning sama sekali tidak tahu."Naning! Bagaimana ini? Aku, aku hanya omong kosong, hanya mengobrol sembarangan di waktu luang. Aku bilang di Kota Hira ini ada Bos Bani yang sangat hebat dan ditakuti oleh semua orang."Naning juga tidak tahu harus berbuat apa. Naning tahu seseorang yang mengenal Bos Bani, yaitu Fandy. Akan tetapi, mengapa Fandy harus membantu mereka? Terutama saat ini ketika lawan berjumlah banyak. Mereka akan terlibat dalam masalah jika sembarangan ikut campur.Fandy berdiri di tempatnya sambil tersenyum geli. Berani sekali seorang gadis membual tentang hal itu? Ta
"Iya. Kamu juga?"Erin mengangguk."Ya, Land Rover telah merilis Defender baru dengan warna merah muda. Aku berencana untuk membelinya.""Bareng saja. Kebetulan, teman baikku bekerja sebagai promotor di toko ini. Nggak masalah juga kalau kamu punya kenalan lain."Naning tidak bisa berkata-kata ketika Erin menyanggupinya seraya tersenyum. Naning merasa semua kesialan sebelumnya menjadi sepadan karena bisa bertemu dengan orang baik seperti Erin.Mereka bertiga memasuki Toko Makmur. Teman Erin, Raysha, yang sudah ditelepon olehnya sudah menunggu di dalam. Raysha juga lumayan cantik dengan rambutnya yang bergelombang. Raysha tampak ceria dan aktif."Wanita lebih dulu. Erin, kami temani kamu lihat Defender."Erin juga tidak sungkan-sungkan."Baik."Proses pembelian mobil sangat lancar. Fandy dan Erin sama-sama bersifat lugas. Mereka langsung melunaskan pembayaran tanpa mengecek secara detail. Meskipun komisinya lebih rendah dibanding pembayaran kredit, itu juga sangat luar biasa. Raysha san
Ekspresi Fandy menjadi aneh. Apakah dia menjumpai seorang tokoh misterius yang legendaris?"Kesempatan apa yang ingin Paman berikan padaku?"Detik berikutnya, Fandy diselubungi oleh energi yang kuat."Kamu bisa menyumbangkan dua puluh miliar, maka kamu pasti tahu tentang seniman bela diri yang paling misterius di Negara Limas! Akulah yang terhebat di antara semua seniman bela diri. Kamu bisa berguru padaku dan aku akan mengajarkan seni bela diri padamu. Bukankah itu bagus?"Sejujurnya, Fandy sangat terkejut bahwa satpam paruh baya yang tampak biasa itu adalah seorang Suci Bela Diri. Tidak peduli seberapa terpuruk hidupnya, beliau tidak seharusnya menjadi seorang satpam."Nggak perlu, Paman. Sebenarnya, aku juga adalah seniman bela diri."Satpam paruh baya itu mengernyit. Dia tidak memaksa Fandy."Baiklah, kita kurang berjodoh. Nak, melakukan kebajikan mungkin nggak langsung memberikan dampak, tapi semua balasannya akan diberikan padamu suatu saat dalam hidupmu. Teruskanlah!"Saat Fandy
"Tenang saja, aku akan segera menghubungi aparat kepolisian, lalu kita pergi ke sana. Aku akan membawa semua dokumen yang terkait. Dengan begitu, nggak ada yang nggak percaya."Vinson benar-benar merasa kagum. Sebagai direktur Bank Flag cabang Kota Hira, Vinson telah menjumpai banyak orang kaya. Sebagian besar dari mereka bahkan bersikap hormat padanya. Mereka tampak terhormat, tetapi diam-diam melakukan hal-hal keji. Sekalipun melakukan kegiatan amal, itu hanya untuk mengurus pajak dan membangun reputasi. Tidak seperti Fandy yang bersikeras ingin memberikan sumbangan walau ditolak, apalagi memberikan sumbangan pada sebuah panti asuhan kecil. Itu sama sekali tidak membantu dalam membangun reputasi.Terlepas dari identitas Fandy, Vinson tetap akan membantunya.Saat mereka pergi ke panti asuhan lagi, kepala panti asuhan tercengang. Dia segera meminta maaf pada Fandy."Maaf, Tuan Fandy! Maafkan kepicikan hatiku. Maafkan aku."Fandy buru-buru menghentikan aksi kepala panti asuhan."Jangan
Sambil memegang ponselnya, sekujur tubuh Fandy gemetar. Fandy bahkan terlalu takut untuk menekan tombol jawab.Pada akhirnya, Eva menjadi jengkel. Eva menjawab panggilan telepon itu dan langsung mengaktifkan pengeras suara."Tuan Fandy, terjadi kebakaran di pabrik kimia. Jumlah korban tewas yang dikonfirmasi saat ini sebanyak 35 orang."Jantung Fandy berdebar-debar. Kabar baiknya adalah hal itu pasti tidak ada kaitannya dengan Jenifer; Kabar buruknya adalah ada 30an orang tewas di dalam kobaran api."Baik, aku akan mentransfer sejumlah uang padamu untuk dibagikan kepada keluarga korban."Tentu saja Fandy tidak akan berpangku tangan setelah mengetahui insiden tersebut. Fandy bukan orang suci, tetapi juga bukan orang jahat."Omong-omong, Kak Eva, apa yang Kak Indri ingin aku lakukan?"Eva mengeluarkan secarik kertas dan berucap,"Sumbangkan dua puluh miliar untuk panti asuhan ini di Kota Hira. Apa kamu bisa melakukannya?"Fandy terbengong. Fandy akhirnya mengerti bahwa senior-seniornya t
Fandy tersenyum getir. Dia juga adalah seorang pendosa.Terlalu percaya diri adalah hal yang buruk. Fandy mendapat pelajaran hari ini. Fandy jelas telah mengalaminya di dalam mimpi dan tahu seberapa mengerikan kesempurnaan Jenifer. Jika tidak, apa yang terjadi hari ini tidak akan terjadi.Kemudian, Ganos pergi dengan lesu. Fandy kembali ke vilanya.Fandy yang duduk di sofa ruang tamu pun menganga."Kak Eva."Rupanya Eva tiba-tiba muncul di hadapan Fandy."Kamu melakukan itu pada akhirnya?"Eva sangat kalem. Itu bukan perasaan yang seharusnya ditunjukkan setelah Tubuh Yin Yang sepenuhnya terangsang."Ya, aku terlalu percaya diri! Kak Eva, tolong telepon Guru. Aku mungkin nggak berhak bilang aku akan menanggung semua konsekuensinya, tapi aku nggak akan mengelakkan tanggung jawabku."Eva langsung menelepon tanpa bertele-tele. Setelah berbincang dua kalimat, Eva menyodorkan ponselnya pada Fandy."Dasar kamu ini! Kamu sudah hidup bersama sembilan seniormu yang cantik bak bidadari di Desa Pe