Takhta Bayangan Di dunia kriminal Kota Avalon, nama Leviathan adalah legenda—sebuah organisasi yang memegang kendali atas segala aspek dunia bawah tanah. Namun, ketika Alaric Castellano, pemimpin besar Leviathan, tewas secara misterius, organisasi itu mulai retak. Pewarisnya, Dante Castellano, seorang mahasiswa hukum yang selama ini dijauhkan dari dunia kriminal, mendapati dirinya dipaksa untuk mengambil alih takhta yang penuh darah. Awalnya enggan, Dante segera menyadari bahwa menjadi pemimpin Leviathan bukan hanya tentang kekuasaan, tetapi juga tentang bertahan hidup. Dalam upaya melindungi warisan keluarganya, ia menghadapi pengkhianatan dari dalam, ancaman dari musuh lama bernama Viktor Koval, dan bayang-bayang masa lalu ayahnya yang kelam.
View MoreI've always dreamed of joining a pack. A warm house, clothes, food, and people who care about you… It's everything a rogue could dream of.
We've tried our best to join different packs in the past but all they did was shoo us away like some dogs.
Today, I'm in a pack ground, sitting in a chair in front of their alpha and luna. If this had happened in the past, I would've done everything to make them believe that we're harmless. But this time, I couldn't even utter a word.
I was covered in dirt. My clothes were ragged and I'm sure I smelled horrible too. I don't know… I've gotten used to the smell. I was dehydrated and hungry. My eyes were lifeless and all I could muster up to do was look to the side to make sure my mother was alright.
She had her head down, staring at the ground. Her body slumped on the chair like a rag doll. If her frail body wasn't moving every time she tried to breathe, I would've panicked thinking she left me too.
I heard footsteps coming closer. A sweet scent of jasmine invaded my nostrils as someone leaned closer to me.
"Hello," She said, her voice sweet as honey. "My name is Evelyn. I'm the luna of Shadow pack. You're in our territory right now, " She explained softly.
I couldn't help but look at her blankly. I wanted to talk to her but I couldn't because my throat felt so dry. It was hurting me to even swallow my saliva.
I think she understood my struggle because she immediately ordered someone to bring some water.
I was relieved to hear that. I grabbed the glass of water hungrily and downed almost half of it in one go before extending my shaky hands towards my mom. She must be thirsty too.
"You can drink that, dear. We'll give her another glass, " The Luna stopped me.
I looked at her for a moment before I downed the rest of the water. I saw someone helping my mother to drink and I let out a sigh of relief.
I looked at the luna, just beside her was the alpha. He had a sturdy figure, raven hair, and piercing eyes, silently watching me like a hawk.
"D-Don't hurt us… please, " I managed to stutter out. It hurts my pride to beg like this. My father taught me not to do that. He trained me to defend myself and keep my head high. But now he's gone and we're alone, exhausted, hungry, and my limbs won't even move.
Luna immediately shook her head. "I promise we're not going to hurt you. But can you answer some of our questions?" She asked.
I looked at her and the alpha for a moment, trying to figure out what they wanted from me. I took a deep breath before nodding.
The beautiful woman smiled. She tucked her blonde hair behind her ear before she sat down on the chair in front of me.
"What is your name, dear?"
"I-Ivy, "
"Full name, "
I flinched when the alpha spoke. His voice was deep and monotonous. It made me want to submit to him.
I suppressed my omega instincts before looking up. "Ivy Elsher, "
"And who is that?" She pointed to my mom.
"She's my mother. Her—her name's Isabella, "
The luna nodded. "Can you tell me how you all became hostage to those hunters? Were you captured from other packs? We can take you back to your packs if you tell me the name," She smiled. It was a warm smile. I've forgotten how long it's been since I've seen something like this.
"I… We're rogues… " I said softly.
"Oh… " Her voice went low. "When did they capture you?"
"I can't remember….. A month maybe…"
She nodded. "Did they do something to you?"
"They-They starved us. They were going to assault us but then… they didn't because of some reasons… I think they were planning to attack another pack… " I breathed out. Just saying that was enough to make me exhausted.
I saw the luna look at her mate before she looked back at me. "Where is your father…?" She asked, her voice being low and hesitant.
The question made me freeze. I felt my blood turn cold. My hands gripped the chair tightly as I looked down.
"T-They killed him… " I gritted out.
I had so much anger and so little energy to show it.
I saw her stand up from her chair. She took a deep breath before turning towards her mate. The alpha moved forward and wrapped an arm around her before looking back at the people in the room.
"Give them food, water, and clean clothes. Let them rest for a day and we'll come to meet them tomorrow, " He said to them before walking out with his mate.
I sat there, not even bothering to look around before I felt someone tap on my shoulder. A lady smiled at me and told me that she'll take me and my mother to a room. I just nodded in response because that was all I could muster up to do.
*
*
*
I checked on my mom again after I finished showering. The lady helped me shower her and get her dressed in warm clothes. She was really nice. I regret not asking her name.
I think this pack is nice. They gave us a room, warm clothes, and food. I haven't experienced anything nice like this in my lifetime.
It was nice.
My mother was sleeping. I felt relieved that she was finally getting the rest she needed.
Looking at her breaks my heart. My papa is gone. And soon, my mom will leave me too. It's just a matter of time.
No one has ever lived for long after their mate died. Except for one person…
Alpha Cassian…
The infamous predator.
I bit my lips as I stared at my feet.
How did he do it? How can he live for so long?
Can he—Can he save my mother too?
Cahaya di altar itu semakin terang, seolah menyelimuti mereka dalam kabut keputus-asaan yang memaksa setiap langkah mereka untuk diambil dengan penuh perhitungan. Ayra bisa merasakan getaran di dalam tubuhnya, seperti sesuatu yang besar tengah berputar di luar kendali mereka. Ini adalah saat penentuan. Keputusan yang mereka buat akan mengubah segala hal.Dante, yang berdiri di sampingnya, menarik napas panjang dan menatap Ayra. "Apapun yang terjadi, kita sudah sampai di sini bersama. Apa pun konsekuensinya, kita akan hadapi."Ayra merasakan ketenangan dalam kata-kata Dante, meskipun hatinya sendiri berdebar keras. Mereka telah melewati begitu banyak rintangan, begitu banyak tantangan, namun apa yang ada di hadapan mereka ini masih penuh misteri. Adakah mereka benar-benar siap untuk keputusan yang ada di depan mata?"Saya tahu," jawab Ayra dengan suara yang agak gemetar. "Tapi ini bukan hanya tentang kita, kan? Ini tentang semua yang kita cintai. Tenta
Ayra merasakan getaran aneh yang mengguncang tubuhnya begitu mereka melangkah lebih dekat ke cahaya itu. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah dunia di sekitar mereka mulai berubah, menyesuaikan diri dengan keputusan yang sudah mereka buat. Cahaya itu semakin terang, dan seiring dengan itu, bayangan yang mengintai mereka juga semakin jelas."Ini terasa seperti... kita menuju ke sesuatu yang tak bisa kita kendalikan," kata Elena, matanya waspada, menatap cahaya yang semakin mendekat. "Tapi kita sudah di sini. Tidak ada pilihan lain selain melangkah maju."Ayra menatap ke depan, merasakan seakan dunia di sekitar mereka berhenti sejenak. Semua ketegangan yang mereka rasakan, semua rahasia yang tersembunyi di balik kabut, terasa seperti beban yang harus mereka hadapi satu per satu. Namun, meskipun mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang tak bisa ditarik mundur, ada kekuatan yang lebih besar di dalam diri mereka untuk tetap melanjutkan.Dante berja
Mereka melangkah dengan hati yang penuh ketegangan, menjauh dari tempat Adrian menghilang ke dalam kabut. Setiap langkah terasa berat, seakan beban yang mereka bawa semakin besar. Ayra, yang berjalan di samping Dante, merasa ketidakpastian melingkupi hatinya. Ke mana mereka sebenarnya menuju? Dan lebih penting lagi, apa yang akan mereka hadapi di depan? "Adrian... mengapa ia kembali sekarang?" Ayra berbisik, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh angin yang berhembus kencang. "Kenapa tidak sebelumnya?" Dante berjalan dengan langkah tegap, meskipun ia pun merasakan kegelisahan yang sama. Ia tahu Adrian tidak pernah datang tanpa tujuan, dan itu yang membuatnya semakin waspada. "Mungkin itu bukan kebetulan," jawab Dante, suaranya tetap tegas meskipun ada keraguan yang menggerayangi pikirannya. "Mungkin ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita ketahui." Elena, yang berjalan sedikit lebih jauh di belakang, tiba-tiba berhenti. "Tunggu
Suasana malam semakin mencekam, udara dingin menggigit kulit mereka yang terasa lebih sensitif setelah perjalanan panjang yang penuh dengan ketegangan. Langkah-langkah mereka di tengah kabut yang menyelimuti hanya diiringi oleh suara detak jantung yang semakin cepat. Ayra merasa beban yang ada di pundaknya semakin berat. Semakin dekat mereka pada tujuan, semakin jelas bahwa takdir mereka akan segera terungkap, namun apakah itu takdir yang mereka harapkan?"Ayra," suara Dante memecah kesunyian, lembut namun penuh tekanan. "Apa yang kau rasakan sekarang? Kita semakin dekat."Ayra mengangkat wajahnya, matanya penuh pertanyaan. Meski bibirnya ingin berkata sesuatu, kata-kata itu terasa seperti beban yang terlalu berat untuk diungkapkan. Keputusan yang akan mereka buat nanti bukan hanya tentang hubungan mereka, tetapi juga tentang kehidupan mereka, masa depan mereka. Mereka tidak hanya berhadapan dengan pilihan pribadi, tetapi juga dengan sesuatu yang lebih besar,
Langkah Dante terasa semakin berat, seolah ada sesuatu yang menahan setiap gerakannya. Udara malam yang dingin menyeruak lewat celah-celah jaketnya, memeluk tubuhnya dengan rasa yang menyusup sampai ke dalam tulang. Jalanan yang mereka lalui semakin sempit, seolah mengarah pada sebuah tempat yang penuh dengan misteri dan ketidakpastian. Kabut tipis yang mulai turun menambah kesan sunyi, menutupi segalanya kecuali langkah-langkah mereka yang semakin terasa berat.Dante menoleh ke belakang, memastikan bahwa Ayra dan Elena masih berada di belakangnya. Mereka berjalan dengan jarak yang sedikit lebih jauh dari biasanya, seolah ketegangan yang ada di udara memisahkan mereka lebih jauh daripada yang sebenarnya. Ayra tampak lebih diam dari biasanya, wajahnya yang biasanya ceria kini diselimuti kekhawatiran yang jelas terlihat. Meskipun ia berusaha menyembunyikan perasaan itu, matanya yang sesekali tertunduk menunjukkan kegelisahan yang sulit ditutupi.Dante merasa beb
Matahari pagi memancarkan sinarnya dengan lembut di atas kediaman keluarga Dante. Udara musim semi yang segar membawa keheningan yang menenangkan, tetapi di dalam hati beberapa orang, badai perasaan masih berkecamuk. Ayra duduk di taman belakang rumah, jari-jarinya memetik kelopak bunga melati yang tumbuh di pinggir pagar. Wajahnya terlihat damai, namun sorot matanya memancarkan kebimbangan yang mendalam. Ia masih mengingat percakapan terakhirnya dengan Dante, di mana pria itu mengungkapkan perasaannya. Kebahagiaan yang meluap-luap masih terasa, tetapi bersamanya datang juga beban. Langkah kaki pelan terdengar mendekat. Ayra menoleh dan melihat Elena berdiri di belakangnya. Wajah Elena terlihat tenang, meskipun Ayra tahu ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan perempuan itu. "Elena," sapa Ayra, mencoba tersenyum. Elena balas tersenyum dan berjalan mendekat, duduk di bangku yang sama dengan Ayra. “Pagi yang indah,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments