Sharon melotot ke arah orang tersebut, dia sudah kebakaran jenggot."Menjengkelkan sekali! Siapa yang bisa menghalangi urusan Tentara Markotop!? Pengawal, tangkap dia!"Melihat kemunculan wanita lain, meskipun dia bahkan lebih cantik dari Catherine dan hampir sama dengan Fitri, Sharon tidak mengenalinya. Itulah sebabnya dia harus memberi pelajaran pada satu orang untuk menakuti yang lainnya.Orang yang datang itu tidak berkata apa-apa, tetapi seorang pria paruh baya di sebelahnya maju selangkah.Langkah inilah yang mengalihkan perhatian Sharon, raut wajahnya berubah dan segera menghentikan orang tersebut."Berhenti!"Karena dia sudah mengenali sepertinya pria paruh baya ini adalah pengawal Burhan yang sepertinya dipanggil Wisnu. Identitas wanita membela Fandy pun bisa ditebak."Haha, Tentara Markotop begitu pamer, langsung membawa orang pergi cuma dengan satu kata? Aku ada di sini, jadi kalian coba saja."Tentu saja yang harus dilindungi oleh Wisnu adalah cucu kesayangan Burhan, Lusian
Lusiana duduk di seberangnya dengan marah sambil mengerucutkan bibir yang sangat menggemaskan."Heh! Kakek, kamu nggak sayang padaku lagi, kamu bahkan nggak membelaku."Setelah disodori secangkir teh, Burhan merasa sangat tenang."Masih nggak sayang padamu? Kalau nggak sayang padamu, mana mungkin kakek membiarkan Wisnu menemanimu ke sana? Benar-benar semakin nakal saja. Bagaimanapun juga, orang lain melakukan hal secara besar-besaran. Mungkinkah mereka akan membebaskan orang begitu menyebut namaku atau ayahmu? Terus untuk apa hukum negara itu?"Lusiana juga memahami hal ini, tetapi dia hanya marah."Nggak mudah bagiku untuk kembali dan bisa tinggal selama dua hari. Awalnya kukira bisa makan bersama Fandy dan membina hubungan, tapi Tentara Markotop malah turun tangan seperti ini. Mana mungkin aku bisa senang?"Sambil memberi isyarat untuk minum teh, Burhan berkata."Kamu tahu situasi Fandy. Setiap orang punya batasan dalam kesabaran. Kurasa kali ini Fandy akan mulai meledak. Alasan kake
"Ayah! Apa dia mengaku bersalah?"Di luar Chaesa sedang duduk di kursi roda dan Wanda ada di sampingnya. Mereka semua menatap Wildan dengan penuh harap.Itu adalah idenya untuk membiarkan Wildan masuk dan menggunakan hubungan keduanya untuk menghancurkan ketabahan Fandy, sehingga dia akan mengakuinya."Nggak, Chaesa, ayo kembali. Bisakah kita memulai dari awal?"Mendengar ucapan ayahnya, Chaesa tertegun dan langsung memaki."Ka ... kamu ini ayahku atau bukan!? Ah! Sekarang putrimu seperti orang cacat dan harus bergerak dengan kursi roda. Sekarang kamu malah mulai mencoba menasihatiku?"Melihat air mata putrinya terus bercucuran, Wanda menjadi cemas."Kamu ini pria atau bukan!? Kamu bahkan nggak bisa melindungi putrimu. Saat itu aku benar-benar buta bisa menikahimu!"Tidak disangka Wildan tiba-tiba mengangkat tangan kanannya untuk menunjuk ke arah Chaesa dan berkata dengan tegas."Berani nggak bilang kalau kamu nggak bersalah? Chaesa, tatap mataku dan katakan, apa kamu nggak bersalah? S
Sharon tertawa terbahak-bahak."Haha! Sudah di penjara dan masih ingin membunuhku? Tahu nggak dengan posisiku ini, kamu berbicara seperti itu saja sudah merupakan kejahatan."Fandy tidak menganggapnya serius dan malah bertanya."Karena kamu bilang aku akan dijatuhi hukuman mati, bisakah kamu memberitahuku kenapa kamu begitu membenciku?"Mata Sharon memerah dengan tangan terlipat."Kenapa? Sederhana sekali! Kamu nggak layak untuk Nyonya. Yang seharusnya kamu lakukan adalah membatalkan pertunangan dan keluar! Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu malah terus bersikap sok seolah nggak ada yang bisa menarik perhatianmu. Cuma mengandalkan statusmu sebagai anggota Balai Tim Drag atau kekuatanmu sebagai seorang seniman bela diri? Nyonya sangat baik dan tidak ingin melawan keinginan Kakek, tentu saja aku harus menyingkirkan rintangan untuknya.""Calon suami Nyonya harus merupakan pria yang terbaik di antara para pria. Kamu ini bukanlah siapa-siapa."Begitu saja, Sharon pergi dan Fandy tidak mengata
Apa!?Sharon menoleh dengan tidak percaya, mengira dia salah dengar."Ka ... Kamu bilang Jenderal Perang Dominic sudah datang?"Astaga! Mengapa Jenderal Perang Dominic muncul!? Seharusnya pasti ada pemberitahuan dulu sebelumnya, jadi mustahil akan datang dengan begitu mendadak.Yang terpenting adalah Fitri pergi ke Kota Yujino untuk rapat. Dia belum pernah menerima petinggi seperti ini sendirian, jadi bohong kalau bilang dia tidak gugup."Cepat pimpin jalan!"Setelah keluar, suasana hatinya agak mereda dan dia buru-buru berkata."Ajudan, a ... aku terlalu bersemangat dan salah bilang. Bukan Jenderal Perang Dominic, tapi ajudannya Jenderal Perang Dominic, Zenia."Ajudan Zenia? Itu bukan hal kecil, mengapa orang seperti itu tiba-tiba datang?Sama seperti saat berada di Kota Valencia, siapa yang berani untuk tidak menghormatinya sekalipun Fitri tidak ada di sana? Bagaimanapun, semua orang tahu Sharon mewakili Fitri dan hal yang sama berlaku untuk Zenia. Meskipun tidak dibesar-besarkan sep
"Kalau Dokter Fandy nggak ada masalah lain, aku akan mulai?"Fandy mengangguk."Mulailah."Saat ini Sharon sadar. Meskipun suaranya bergetar, dia bisa mengatakan satu kalimat lengkap yang artinya mentalnya sangat bagus."Bu Zenia, a ... aku nggak tahu kalau kamu dan Fandy saling mengenal. Aku yakin kali ini Chaesa-lah yang sengaja menjebakku. Semua ini gara-gara aku yang terlalu bersimpati padanya. Setelah Nyonya kembali, aku akan berinisiatif untuk mengaku bersalah."Zenia menoleh dan suaranya menjadi lebih dingin."Kamu adalah ajudan Tentara Markotop, semua yang dikatakan itu harus berdasarkan bukti. Bagaimana kamu bisa menghilangkan kecurigaan Fandy cuma karena kedatanganku?"Sharon sudah panik, sel-sel otaknya habis. Dia tidak bisa menebak bagaimana Fandy bisa berhubungan dengan Zenia, tidak, sepertinya dia juga punya hubungan dengan Jenderal Perang Dominic. Meskipun telah kehilangan statusnya sebagai anggota Balai Tim Drag, tetap saja tidak cukup layak.Sebelum bisa memikirkan kal
Murid Dokter Medis!Setelah menerima jawaban ini, mata Sharon terbelalak lebar dan dia mundur beberapa langkah, langsung memikirkan semuanya.Banyak kecurigaan tentang bantuan Fandy sebelumnya telah dipastikan, jadi wajar saja kalau Jenderal Perang Dominic mengutus wakilnya untuk menangani masalah besar seperti itu."Master Medis! Fandy adalah murid Master Medis. Haha, ternyata orang yang terus kami cari dengan susah payah selama ini adalah dokter kampungan yang nggak berguna di mata kami, haha! Benar-benar menarik!"Sharon mulai kehilangan kewarasannya dan menangis sambil tertawa, serta terus berbicara pada dirinya sendiri. Ini membuat Zenia yang berada tidak jauh dari sana mengerutkan kening.Tampaknya pukulan mendadak ini terlalu besar sampai orang itu menjadi gila.Saat sedang berjalan di luar, Fandy melihat Fitri berjalan dari arah lain dengan langkah cepat. Keduanya saling memandang, tidak ada yang mengatakan apa pun dan melanjutkan ke arah masing-masing."Fandy sudah dibebaskan?
"Benar, ada apa?"Setelah mendapatkan kepastian, Arnold memasang raut wajah aneh."Dua jam yang lalu, Wildan mengajukan permohonan untuk mengundurkan diri dari rencana pengembangan Grup Bintang. Menurut kontrak, dia harus membayar ganti rugi yang tinggi yang nggak akan bisa dia bayar meskipun menjual perusahaannya. Pada akhirnya, Wildan cuma mengatakan satu hal padaku. Kalau ada pertanyaan, carilah Fandy."Berhenti? Fandy menghela napas tanpa berkata apa-apa, kemudian mengambil cangkir teh dan menghabiskan semuanya dalam satu tegukan. Mana mungkin dia tidak tahu alasan Wildan mengundurkan diri? Takutnya keluarga yang terdiri dari tiga orang itu harus meninggalkan Kota Valencia.Meski Fandy diam saja, Arnold melanjutkan."Hal semacam ini, toh aku baru menjabat dan ini masalah besar, jadi aku bertanya kepada presdir. Nggak disangka dia setuju. Nggak cuma nggak perlu bayar ganti rugi, tapi kuota kerja sama juga akan disediakan untukmu."Karena sudah bertemu dengan Catherine, Arnold tentu
Sambil tersenyum canggung, Raysha menyingkirkan cermin riasnya.Sikapnya terhadap duniawi sebenarnya cukup baik, tidak pernah memiliki hubungan yang tidak pantas dengan pria kaya mana pun yang datang untuk membeli mobil. Hanya saja, di dunia ini ada sedikit orang yang seperti Fandy.Tak lama kemudian, Fandy tiba dan langsung ke pokok permasalahan tanpa banyak bicara."Aku jujur padamu, Raysha. Aku ingin membeli sesuatu dari Yandi dan aku butuh bantuanmu."Naning sudah menyangka hal ini dan Raysha memikirkannya sejenak lalu baru berbicara."Kak Fandy, bukannya aku nggak mau membantumu. Aku sudah menolak Yandi beberapa kali."Fandy bertanya sambil tersenyum."Kamu pasti punya perasaan terhadap Yandi, 'kan? Kalau nggak, kamu akan menghapus kontaknya setelah menolak Yandi."Raysha tidak membantahnya."Ya, aku punya perasaan padanya, tapi kalau kita mau menikah, kita harus realistis, 'kan? Yandi pria yang baik, tapi masalahnya dia hanya punya tempat pijat, bahkan nggak mampu membeli rumah b
Yandi mengerutkan kening."Kamu nggak paham apa kataku? Kamu masih saja menawar?"Kalau tiga tahun lalu, Yandi pasti cemas dan takut pihak lain akan mengingkari janjinya. Jangankan ratusan miliar, kalau puluhan miliar saja, Yandi tanpa ragu akan menjual barang itu.Namun saat itu, tidak ada seorang pun yang berminat. Dia tidak tahu nilai Teknik Pernapasan Gelap, apalagi keberadaan para seniman bela diri.Sekarang setelah mengetahuinya dan seseorang datang untuk menawar harga, Yandi tetap menolak untuk menjualnya, bahkan Yandi sering menyesali tipu daya takdir."Aku menawarkan sebuah gedung, kamu bisa menamainya apa pun yang kamu inginkan. Semua gedung di mana pun di Kota Hira juga bisa."Mana pun? Yandi hampir tertawa. Kenapa bisa bertemu dengan pria yang sok hebat ini?"Bagaimana kalau aku minta Gedung Abina?"Gedung Abina, sebuah gedung perkantoran di pusat Kota Hira, menghabiskan biaya ratusan miliar untuk membangunnya saat itu. Kini harganya meroket. Jika mau membeli semuanya, harg
"Kenapa kamu begitu marah pagi-pagi begini?"Imelda masih tampak marah."Bos, apa kamu nggak melihat bahwa toko di sebelah kita tiba-tiba berubah menjadi toko karangan bunga?"Toko karangan bunga? Fandy benar-benar tidak menyadarinya. Fandy baru ingat bahwa ada salon kecantikan di sebelahnya. Bisnisnya tidak begitu bagus dan tokonya akhirnya dijual. Kenapa sekarang menjadi toko karangan bunga?"Haha! Semoga rezekimu selalu lanjar. Mulai sekarang kita akan bertetangga. Mohon arahannya!"Pada saat ini, pria gemuk Almaz masuk sambil membawa amplop merah di tangannya, yang membuat Imelda sangat marah sehingga pergi ke ruang dalam."Toko karangan bunga itu milik pria gemuk ini!"Tidak seorang pun yang ingin toko perkakas pemakaman dibuka di sebelah rumahnya. Tidak heran Imelda begitu marah."Gemuk, apa maksudmu?"Almaz tersenyum."Nggak apa-apa. Aku mengundurkan diri dari Kuil Halka, jadi aku harus mencari nafkah, 'kan? Aku nggak bisa melakukan hal-hal lain, jadi aku membuka toko karangan b
Di dalam ruangan pribadi, Edrick sangat gugup. Edrick tidak pernah menyangka bahwa orang dari Bank Flag yang disebutkan Fandy sebenarnya adalah presiden Vinson yang sangat dihormati."Dokter Fandy, aku nggak sengaja menyembunyikan ini darimu."Setelah duduk, Vinson mulai tertawa. Jika mengacaukan suasana, dia tidak tahu bagaimana menjelaskannya."Nggak apa-apa. Di mataku, status nggak penting karena mereka semua adalah pasien."Senyum Vinson melebar."Pantas saja Dokter Fandy sangat terampil di usianya yang masih muda. Hanya sedikit orang yang punya pemikiran seperti kamu saat ini."Sambil melambaikan tangannya, Fandy menatap Edrick."Perkenalkan ini temanku, Edrick. Dialah yang menghadapi kesulitan yang aku sebutkan sebelumnya. Kalau bisa, tolong bantu."Edrick bergegas datang untuk berjabat tangan, lalu mendengar Vinson berkata."Ini masalah kecil. Bagaimanapun juga, Dokter Fandy sudah menyelamatkan nyawaku. Kalau aku nggak bisa membantu, bukankah aku, Vinson, akan menjadi orang yang
Begitu kesimpulannya keluar, sebelum Andy membuka mulutnya, Charles sudah berbicara."Edrick, Edrick, lihatlah orang-orang yang telah kalian temui sekarang! Kalau pernyataan ini sampai ke telinga orang itu, haha, nggak akan ada lagi tempat bagimu di seluruh Kota Hira. Kalian harus tahu akibatnya."Edrick juga tercengang, bahkan mulai curiga apakah Fandy hanya mencoba sok hebat. Bagaimanapun, Vinson adalah tokoh yang sangat penting, perbedaan status mereka terlalu besar.Andy bahkan lebih terkejut lalu menatap Edrick dan berkata."Entah kamu menamparnya atau setelah malam ini, kamu akan masuk dalam daftar hitam Bank Flag. Tentukan pilihanmu."Andy hanya khawatir tidak dapat menemukan alasan untuk menghukum orang yang kurang ajar ini yang menginginkan pinjaman tapi berani mengabaikannya, direktur departemen kredit, tapi Fandy malah membantunya memikirkan sebuah alasan."Huh, Dokter Fandy, maafkan aku karena terlambat."Tepat ketika Edrick hendak menendang keduanya keluar tanpa ragu-ragu,
Di ruang pribadi lainnya, Fandy telah tiba, di dalam ruangan hanya ada dia dan Edrick."Jangan khawatir, mobil yang ditumpanginya ditabrak dari belakang, jadi butuh waktu yang lama."Fandy mengatakan sejujurnya. Ketika keluar dari lift, Vinson menelepon untuk meminta maaf dan juga mengirim video pendek kecelakaan mobil, karena takut Fandy akan marah.Mengemudi memang seperti ini. Entah seberapa hebat kemampuan mengemudi, apa bisa menjamin bahwa orang lain tidak akan menabrak?Mengingat status Fandy sebagai pemegang kartu premium, kalaupun Vinson punya keberanian sepuluh kali lipat, Vinson tidak akan berani menentangnya."Nggak apa-apa. Dia tamu, jadi wajar saja kalau terlambat. Aku benar-benar minta maaf merepotkanmu kali ini, Fandy."Edrick punya sifat yang baik. Saat menginginkan sesuatu, sikapnya sudah sesuai. Kalau terlambat saja tidak bisa menerimanya, apa gunanya bicara lebih lanjut?"Apa perusahaanmu ada kesenjangan pendanaan yang besar saat ini? Berapa banyak uang yang ingin ka
"Edrick?"Seorang pria paruh baya dengan perut buncit langsung memanggil saat melihat Edrick."Paman Charles makan di sini juga?"Karena mempertimbangkan hubungannya, Edrick memanggilnya sambil tersenyum, tapi sebenarnya sangat jijik dengan hal ini.Charles pada awalnya adalah seorang veteran di perusahaan mereka. Setelah ayah Edrick meninggal dunia, Charles mulai mengambil alih perusahaan. Edrick segera mengetahui apa yang dilakukan Charles diam-diam. Jika dibiarkan begitu saja, cepat atau lambat perusahaan akan hancur, jadi Edrick dengan tegas memecatnya.Terkadang sangat sulit untuk menggambarkan pengaturan dari Tuhan. Karena salah satu keponakan Charles sukses, tentu saja Charles juga tidak akan berbuat buruk. Selama ada kesempatan, Charles pasti akan menekan perusahaan Edrick.Saat berjalan mendekat, ada sedikit rasa jijik pada senyum di wajah Charles."Kita sudah berselisih, kenapa repot-repot menyapaku dengan sopan?"Edrick masih terus tersenyum."Apa pun yang terjadi, kamu adal
Seseorang masuk ke Klinik Helty."Kenapa?"Imelda pergi menemui pria itu dan merasa ada yang tidak beres segera setelah bertanya. Pandangan pria itu menjelajahi sekujur tubuhnya tanpa rasa takut. Kalau saja tidak yakin apakah dirinya mengenakan pakaian, Imelda pasti ingin menutup matanya dengan lengannya."Gendut! Apa kamu gila? Apa yang kamu lihat? Keluar!"Imelda bukanlah orang yang blak-blakan. Sekalipun pria gendut di hadapannya itu benar-benar gila, Imelda pasti tidak akan bersikap sopan karena itu sungguh keterlaluan."Uhuk, uhuk!"Pria itu berdeham lalu mengalihkan pandangan."Apa Fandy ada di sini? Aku kakaknya!"Kakak? Imelda tertegun sejenak, lalu segera tenang kembali."Oh, ternyata kakak bos, silakan masuk."Beberapa saat berikutnya, suara Fandy terdengar."Bukan!"Fandy yang baru saja keluar dari kamar mandi sangat marah ketika mendengar ini. Ketika melihat lagi, Fandy mendapati bahwa itu adalah Pengawas dari Kuil Halka. Tentu saja Fandy menjadi semakin kesal."Fandy, aku
Setelah berpura-pura berpikir sejenak, Fandy berkata."Aku pernah merawat seorang karyawan bank, jadi kami berteman baik. Namun, aku nggak yakin jabatan apa yang dipegangnya di bank, entah bisa membantu atau nggak."Dalam sekejap, mata Helen berbinar."Benarkah?"Seketika, Helen merasa tidak enak hati."Bagaimana aku bisa merepotkanmu untuk menggunakan bantuanmu demi urusan keluarga kita? Nggak terlalu pantas, jadi anggap saja aku nggak mengatakan apa-apa."Fandy berkata sambil tersenyum."Banyak yang bilang tetangga yang akur itu seperti keluarga. Kami juga punya Erin. Sudah takdir kita bisa hidup bersama. Kalau ada kesulitan, aku pasti akan membantu semampuku. Kenapa harus sungkan? Aku akan menelepon dan bertanya besok. Kalau memungkinkan, aku akan menghubungi Edrick secara langsung."Fandy sudah mengatakan seperti ini, bagaimana mungkin Helen menolaknya? Selain itu, perusahaan benar-benar kehabisan pilihan. Fandy juga bukan orang luar. Meskipun mereka tidak bersama dalam waktu yang