Share

Bab 7

Author: Daffa Adzriel
Fandy berbalik dan melihat itu memang Chaesa, benar-benar sial.

Awalnya dia tidak ingin memedulikannya. Akan tetapi setelah teringat sesuatu, dia pun akhirnya berkata.

"Chaesa, tolong jangan khawatirkan tentang apa yang ayahmu katakan. Nggak mungkin kita bisa bersama. Aku akan mencari kesempatan untuk memberi tahu ayahmu paling lama dalam sebulan."

Chaesa tersenyum.

"Haha, kamu agak sadar diri, itu juga menyelamatkanku dari masalah. Sebaiknya kamu menepati janjimu atau kamu akan menyesal kalau benar-benar membiarkanku menggunakan caraku."

Lucy yang ada di sebelahnya juga ikut menimpali.

"Kamu baru saja kembali, jadi mungkin nggak tahu betapa terkenalnya Chaesa-ku. Ada terlalu banyak orang yang mengejarnya. Kalau memilih satu secara acak, kamu nggak akan bisa menandinginya. Belum lagi ada banyak anak muda tuan dari keluarga kaya."

Segera, dia melirik ke arah Rolls-Royce Phantom yang lampu belakangnya hampir menghilang.

"Orang menyewa mobil cuma untuk pamer, sifatnya nggak mungkin berubah."

Fandy mengangguk. Setidaknya Chaesa tidak mengganggunya sudah membuatnya sangat bahagia. Dia tidak menyukai wanita ini tiga tahun lalu, apalagi sekarang. Kelancaran perkembangan perusahaan keluarganya jelas memicu keangkuhan seperti itu, jadi tentu saja sudah tidak mungkin.

Melihat Fandy ingin memasuki Gedung Nasar, Chaesa mengerutkan kening. Kebencian di matanya sama sekali tidak disembunyikan.

"Kamu ini gila, ya!? Sudah kubilang kamu harus reservasi dulu dan harus punya kartu anggota untuk makan. Apa kamu tidak mendengarku? Jangan berpikir aku akan membantumu masuk!"

Fandy yang merasa dirinya bersikap baik tidak menghentikan langkahnya dan Chaesa pun menjadi semakin jijik.

"Lucy, kita tunggu sebentar sebelum masuk. Kalau nggak, orang ini akan diusir dan dia bergantung padaku lagi. Aku benar-benar nggak bisa menjauh darinya. Lagi pula, ada kemungkinan itu akan terdengar oleh ayahku."

"Iya, kamu benar. Kita nggak bisa membiarkan orang ini mengambil keuntungan. Mari kita tunggu sebentar."

Dari sini bisa melihat resepsionis di aula dan Fandy sudah berjalan mendekat.

"Halo, Tuan, tolong tunjukkan kartu keanggotaanmu atau sebutkan nomor ponselmu."

Fandy menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak punya."

Meski masih ada senyuman khas di wajah, sorot matanya sudah memancarkan ejekan.

"Maaf, Tuan, kami punya sistem reservasi keanggotaan di sini. kamu bisa makan di tempat lain."

Setelah menyentuh sakunya, Fandy mengeluarkan Kartu Kintana yang diberikan oleh Claire.

"Ini bisa nggak?"

Dalam sekejap, ekspresi resepsionis berubah drastis dan menjadi sangat hormat.

"Tuan! Maafkan aku. Kamu punya kartu ini, itu artinya kamu adalah tamu yang paling terhormat. Mau makan di lobi atau di ruang pribadi?"

Astaga! Ini adalah pertama kalinya dia melihat seseorang mengeluarkan kartu Keluarga Kintana. Mengapa tiba-tiba saja orang ini terlihat sangat tampan?

"Ruang pribadi."

Pada dasarnya Fandy sendirian, jadi dia bisa makan di aula untuk mengisi perutnya. Akan tetapi berpikir Chaesa pasti juga makan di aula, itu pasti akan mematikan nafsu makannya dengan adanya wanita itu di sana. Jadi, lebih baik pilih ruang pribadi saja. Selain itu dia selalu makan dengan cepat, jadi seharusnya tidak akan mempengaruhi urusan orang lain.

"Tuan, aku manajer lobi Gedung Nasar. Kedatanganmu benar-benar membuat kami merasa terhormat. Silakan ikut denganku."

Kartu Kintana sudah muncul, mana mungkin staf tidak memberi tahu pemimpin?

"Oke!"

Di luar, Lucy tiba-tiba menyentuh Chaesa yang sedang melihat ponselnya.

"Hei! Chaesa, apa yang terjadi? Nggak cuma nggak diusir, tapi dia juga mengikuti seseorang yang terlihat seperti seorang manajer. Mungkinkah dia benar-benar punya barang tersembunyi?"

Chaesa mendongak dengan santai dan terlihat sinis.

"Tolonglah, pasti Fandy yang nggak tahu aturan dan bersikeras makan di Gedung Nasar. Manajer takut akan memengaruhi tamu lain, jadi dia mencari alasan dan membawanya ke tempat tersembunyi untuk menanganinya."

Mata Lucy berbinar.

"Kamu benar, orang ini benar-benar nggak punya otak. Gedung Nasar adalah milik Keluarga Kintana yang merupakan keluarga terkaya. Benar-benar nggak tahu diri."

Di sisi lain, Fandy yang keluar dari lift, dibawa ke ruangan pribadi oleh manajer. Sekilas, alisnya pun berkerut.

Karena ruang pribadi ini begitu besar dan mewah, rasanya canggung kalau duduk sendirian.

"Carikan yang kecil, aku cuma makan sebentar."

"Baik, Tuan, silakan lewat sini."

Manajer tidak punya pilihan. Ini adalah orang dengan Kartu Kintana. Kalau ada sedikit pun kelalaian, jangankan posisinya, manajer umum Gedung Nasar akan didepak. Tentu saja kalau orang lain yang mengusulkannya, itu beda cerita lagi.

Saat berjalan kembali, seorang wanita yang mengenakan gaun putih panjang berjalan mendekat. Itu jelas gaun biasa, tetapi aura wanita ini tetap ada di sekelilingnya meski dia tidak menunjukkannya dengan sengaja. Ini membuat semua orang yang lewat harus menghindar dan menyerahkan posisi padanya.

Keberuntunganku.

Fandy tidak berdaya, dia hanya ingin makan dan suasana hatinya terus memburuk. Pertama dia bertemu Chaesa di luar dan sekarang Fitri, benar-benar tidak bisa dijelaskan lagi.

Tentu saja Fitri juga melihatnya, tetapi dia tidak berhenti dan hanya mengatakan sesuatu dengan santai.

"Bisa mendapatkan pekerjaan di Gedung Nasar, anggap saja itu penghargaan atas kemampuanmu."

Nada angkuh yang sama tidak berubah. Tentu saja Fandy terlalu malas untuk menjelaskan terlalu banyak. Bagaimanapun, Fitri bukanlah orang biasa, melainkan seorang Dewi Perang berpangkat tinggi. Meskipun saat ini Fandy adalah manajer Gedung Nasar, apa yang bisa diubah?

Selain itu, pada akhirnya kekuasaan pengambilan keputusan atas akta nikah berada di tangan Tuan Besar Rick. Fandy pasti tidak akan berusaha menyanjung wanita ini.

Sebenarnya Fitri cukup senang melihat Fandy muncul di sini. Hanya dengan berintegrasi ke dalam masyarakat nyata sesegera mungkin dia baru benar-benar mengerti statusnya sebagai Dewi Perang telah mencapai titik mana. Percayalah pada hari itu Fandy akan sadar akan kesulitannya dan mundur, bahkan berinisiatif merobek surat nikah.

Memasuki ruangan pribadi tertentu, hanya ada satu pria paruh baya bertubuh pendek dengan tatapan yang sangat mengancam.

"Fitri, cepat duduk. Aku sudah memesan beberapa makanan yang paling enak untukmu."

Nama pria paruh baya ini adalah Arjuna dan dia adalah paman kelima Fitri. Kalau tidak, mana mungkin orang biasa berhak mengundangnya makan malam?

"Paman kelima, nggak perlu begitu ramah lagi. Kesulitan apa yang kamu temui lagi? Kamu bahkan nggak mengatakan apa pun di telepon, takutnya itu bukan masalah besar, 'kan?"

Arjuna agak malu.

"Makan dulu, ayo ngobrol sambil makan."

Tanpa bertanya lebih lanjut, Fitri duduk dan berkata dengan serius.

"Kudengar wakilku berkata kamu sangat dekat dengan Rijunta. Jangan salahkan aku karena nggak mengingatkanmu. Pertama adalah identitas Rijunta, kedua adalah hubungan di belakangnya yang sangat rumit. Meskipun aku belum menyelidikinya secara menyeluruh, aku nggak perlu bicara lebih banyak lagi, 'kan?"

Rijunta yang dikenal sebagai Tuan Rijunta di seluruh dunia adalah penguasa mutlak pasukan bawah tanah di Kota Valencia. Bahkan keluarga kaya pun harus memberinya muka. Benar-benar keberadaan yang sangat mengerikan.

Tepat ketika Arjuna hendak berbicara, ponsel Fitri berdering. Itu adalah panggilan dari Felix.

"Dokter Felix, ada kabar?"

Masalah kakek harus didahulukan, jadi suara Fitri juga mengandung sedikit harapan.

"Agaknya begitu, bukan Master Medis, tapi seorang pemuda yang kutemui hari ini di rumah Keluarga Kintana yang terkaya. Meski kemampuan medisnya jelas nggak sebaik Master Medis, pasti ada harapan besar dia bisa menyembuhkan kakekmu atau setidaknya aku merasa rendah diri."

Apa!? Ternyata seseorang yang keterampilan medisnya lebih hebat daripada Dokter Felix hanyalah seorang pemuda?

"Siapa namanya? Mana dia?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 750

    Setelah itu mengeluarkan ponsel untuk menghubungi nomor itu, tapi sayang sekali telepon tidak dapat tersambung."Apa Justin pernah bilang alasannya?"Pak Haikal menggelengkan kepalanya."Nggak bilang, entah seberapa peduli seberapa keras presdir memohon, pihak lain tetap acuh tak acuh. Ah, perusahaan kami akhirnya berhasil mendapatkan pinjaman ini dari Bank Flag, tampaknya bisa mengambil langkah maju yang besar, nggak disangka akan hancur seperti ini."Fandy sangat bingung. Jika pihak lain ingin menimbulkan masalah baginya, kenapa menyerang Edrick? Sekalipun ada penyelidikan, Fandy hanya berada di Kota Hira dalam waktu yang singkat, paling-paling mereka hanya tetangga baik-baik, jadi mustahil hal itu terjadi."Edrick setuju?""Bagaimana mungkin menolak? Orang kaya punya kekuasaan serta pengaruh yang besar. Kalaupun dijual dengan harga murah, seenggaknya bisa melunasi sebagian utang dan masih bisa menjalani hidup. Kalau nggak dijual, benar-benar nggak akan punya apa-apa."Setelah menden

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 749

    Fandy tampak bingung, terutama karena saat ini Edrick terlihat sangat emosional."Ada apa sebenarnya?"Tiba-tiba, Edrick melepaskan tangannya, lalu tertawa mengejek diri sendiri."Sudahlah, mungkin ini memang takdirku, mana bisa salahkan orang lain."Edrick pun berbalik naik mobil dan pergi. Fandy benar-benar bingung, tetapi satu hal yang diketahuinya dengan pasti yaitu, telah terjadi sesuatu yang sangat serius. Kalau tidak, Edrick tidak akan sampai seperti ini.Sampai di klinik pun Fandy menjadi gelisah. Setelah dipikir-pikir, akhirnya dia memutuskan untuk menelepon Helen."Aku mau bertanya soal Edrick.""Nggak usah tanya! Fandy, mulai sekarang, kita nggak usah kontak lagi. Sebenarnya, aku ingin maki-maki kamu. Tapi, seperti kata suamiku, kadang kita harus menerima nasib, buat apa semua kesalahan dibebankan ke orang lain? Bagaimanapun, waktu itu kamu yang selamatkan anakku, Dodo, itu kenyataan. Aku akui dan aku ingat. Sudah cukup sampai di sini."Tuut tuut tuut! Sambungan telepon dipu

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 748

    Fandy tanpa ekspresi."Sudah disediakan makanan saja seharusnya bersyukur, lagi pula aku nggak pernah bilang bakal traktir makan besar."Yang makin bikin Almaz kesal, selama makan itu sosok Caren itu hampir tidak berbicara sama sekali, cuma makan sedikit lalu bergegas pamit.Baru saja kakinya melangkah keluar, Almaz langsung meledak."Fandy! Apa aku pernah sakiti kamu? Aku sudah berkali-kali bayangkan makan bareng Caren dalam mimpi, dan kamu malah rusak semuanya!"Fandy menyeringai dingin, sambil menunjuk dengan donat di tangannya."Dasar gendut! Aku masih mau tepati janji saja sudah beruntung. Berkaca tuh, hal-hal yang kamu lakukan itu pantas dikasih dua tamparan."Namun, Almaz tetap bersikap ngotot."Apa yang aku lakukan? Hari ini kamu harus jelaskan satu per satu. Kalau nggak, sore nanti aku pasang karangan bunga kematian di depan klinikmu!""Erin."Begitu menyebut nama itu, Fandy memperhatikan ekspresi Almaz sebelum melanjutkan berbicara."Erin membohongi aku, mana ada tato atau ke

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 747

    Saat ini, orang yang berdiri di depan gerbang rumah ternyata adalah Fitri. Ini benar-benar terlalu di luar dugaan, tidak heran Fandy menunjukkan ekspresi seperti itu.Padahal sudah menelepon untuk menjelaskan semuanya, dan menekankan akan memblokir lagi, tetapi kini malah Fitri datang sendiri di tengah malam. Mungkinkah masih ada kesempatan untuk berdamai?Dengan hati yang hangat, Fandy pun buru-buru berlari keluar dan membuka gerbang."Fitri, kenapa kamu datang?"Fitri memelototinya dengan manja."Aku nggak boleh datang? Dasar menyebalkan."Fandy melongo cukup lama sebelum mengikutinya masuk ke dalam, lalu langsung tersenyum pahit."Kak Arni, bisa nggak jangan main kayak gini?"Fitri yang hendak duduk di sofa menunjukkan wajah bingung."Maksudmu apa? Siapa Kak Arni?"Fandy menggeleng."Jangan pura-pura. Di tahap ini, Fitri nggak mungkin bersikap manja padaku. Kamu sama sekali nggak paham, bagaimana orangnya. Kalau nggak, aku pasti tertipu olehmu."Sambil bicara, Fandy menunjuk ke arah

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 746

    Apa! Erin juga seorang petarung? Fandy makin terkejut, topeng penyamaran ilusi ini sebenarnya apa, kok bisa sehebat itu?Makin dipikir, makin dirinya merinding. Kalau bukan karena kebetulan Kak Arni, senior ketujuhnya, datang dan mengungkapkannya, entah bahaya macam apa yang bisa terjadi nanti.Saat ini, Erin pun angkat bicara."Aku nggak punya niat jahat padamu. Kalau aku memang berniat buruk, pasti sudah bertindak sejak tadi! Selama kalian membiarkanku pergi, aku bisa menyetujui syarat apa pun darimu!"Arni tersenyum."Syarat apa pun?""Benar, apa pun!"Detik berikutnya, Fandy langsung marah."Masih berani menjebakku? Syarat apa pun yang kamu maksud, jangan-jangan termasuk aku menyuruhmu tidur denganku, ya?"Arni di sampingnya sampai terdiam. Ada apa dengan adik kecilnya belakangan ini? Sedikit-sedikit berbicara soal tidur sama wanita. Apa dia sudah terlalu 'dihajar' oleh para senior perempuannya?Melihat Erin diam, Fandy melanjutkan."Sampai sekarang aku masih belum tahu apa maksud

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 745

    Suara ini.Fandy langsung mengenalinya. Ini suara senior ketujuhnya, Kak Arni, juga dikenal sebagai Caren.Karena sudah berjanji pada Almaz, tentu Fandy akan menepatinya. Jadi malam saat menghadapi mayat terbang, Fandy langsung menghubungi Toni dari organisasi pembunuh Feunoria untuk menghubungi senior kesembilan, Kak Irana, agar menyampaikan pesan. Tak disangka, orangnya datang secepat ini.Sejujurnya, Fandy cukup berterima kasih pada senior kesembilan. Dengan adanya Toni yang diizinkan untuk tetap aktif, artinya jika dia benar-benar butuh, dia masih bisa menghubungi para seniornya. Atau bisa dibilang, ini juga semacam restu diam-diam dari gurunya, karena mengetahui Fandy tak akan sembarangan menggunakan koneksi ini."Siapa? Fandy, kamu ... ada orang lain di kamarmu?"Erin ketakutan dan langsung bersembunyi di belakang Fandy, reaksi wajar bagi siapa pun.Tak lama, Arni pun muncul. Wajahnya tetap mengenakan topeng yang selalu dipakainya di saat tampil di depan publik."Jangan takut, in

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 744

    "Perempuan sialan! Kamu berani menyiram aku? Tahu nggak, siapa aku ini?"Di saat genting, Fandy mencengkeram pergelangan tangan si rambut pirang, lalu mendorongnya. Orang itu mundur beberapa langkah ke belakang dan nyaris terjatuh, beruntung ditopang oleh beberapa orang yang baru datang."Enyahlah!"Fandy sendiri tidak menyangka akan berakhir menjadi aksi pahlawan penyelamat gadis. Dirinya belum pernah dirinya merasakan dorongan sekeras ini."Sial! Hari ini kalian berdua, jangan berharap bisa keluar dari sini dalam keadaan utuh."Tangan kanan si rambut pirang mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. Dia dan beberapa temannya langsung mengepung Fandy."Aku sudah menelepon polisi!"Erin tampak agak ketakutan, mengangkat ponselnya sebagai ancaman."Berani lapor polisi? Percaya nggak, aku akan menggores wajahmu sampai rusak."Namun, Fandy tetap tenang, menenangkan Erin agar duduk, lalu berkata kepada seseorang di belakang si rambut pirang di dekat pintu."Kamu yang urus.""Siap, Kak Fandy!"

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 743

    Begitu juga, saat melihat Fandy berdiri di depan gerbang halaman, Catherine pun menunjukkan ekspresi terkejut yang jelas."Bu Catherine! Hati-hati di jalan."Erin yang mengikuti dari belakang, ekspresi dan ucapannya sudah cukup menjelaskan beberapa hal.Sapaan refleks yang sudah terucap, langsung ditelan kembali oleh Catherine. Dia tahu dirinya sudah tak ada hubungan apa-apa lagi dengan Fandy. Kemarin itu hanyalah karena acara pernikahan ramai, jadi sekadar berbasa-basi dua kalimat saja. Maka dari itu, Catherine tahu, dirinya harus bersikap sewajarnya.Setelah ragu sejenak, justru Fandy yang terlebih dulu membuka mulut."Catherine, kamu kenapa di sini?"Catherine tampak tak percaya, buru-buru menjawab,"Ada urusan perusahaan, mau ngobrol sebentar sama Erin."Sekarang giliran Erin yang kaget."Kalian ... saling kenal?"Fandy tersenyum."Dulu Catherine pernah datang untuk berobat, bisa dibilang dia salah satu pasienku."Ya ampun! Mulut mungil Erin terbuka."Pas banget ya, ternyata kita b

  • Aku yang Hebat Ditolak Nikah?   Bab 742

    "Jangan dibahas lagi. Sebenarnya, sedikit minuman itu hari ini, mestinya nggak masalah, soalnya semalam aku tidurnya nggak nyenyak."Tidurnya tidak nyenyak? Fandy tertawa, orang biasa bagaimana bisa tidur paling nyenyak? Tentu saja setelah mabuk, jadi ini agak aneh."Mimpi yang begituan, ya?"Bersama Arnold, Fandy sangat santai, apalagi sekarang Imelda sedang di dapur membantu Jevinca, jadi dirinya tidak mempunyai beban pikiran.Arnold melirik Fandy, lalu tiba-tiba berbicara dengan serius ...."Aneh juga sih kalau dipikir-pikir, semalam rasanya kayak mimpi, tapi juga terasa nyata. Kamu mungkin nggak percaya, aku sesekali dengar suara tangisan, kadang kayak suara anak kecil, kadang kayak suara perempuan. Pokoknya, bikin aku merasa kayak di alam mimpi, makanya tidurku nggak nyenyak.""Jevinca semalaman nggak ada gerak-gerik apa-apa. Paginya aku tanya, dia bilang nggak dengar apa-apa."Seketika, ekspresi Fandy langsung berubah, tidak menyangka, hal yang dikatakan si gendut itu ternyata te

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status