Part 3
Semenjak pandemi melanda , bang Andi ikut merasakan dampaknya. Pelanggan ojek nya yang biasanya anak sekolah, pegawai kantoran dan mahasiswa jadi sepi.
karena sedang terjawi wabah pandemi, pemerintah meliburkan semua lembaga pendidikan. Semua sekolah sekolah dari TK,SD, SMP, SMA dan juga mahasiswa.
"Mas...kok cepet kali pulang.." tanya ku pada bang Andi yang sudah pulang jam 10.00 pagi.
"Sepi dek. Anak anak gak sekolah, orang kantor gak masuk katanya kerja dirumah, mahasiswa juga gak masuk kuliah. Pelanggan mas pada gak keluar rumah dek" ucap bang Andi dengan raut wajah yang kecewa.
"Sabar ya mas. Mungkin ada rejeki di tempat lain." Aku berusaha menguatkan suamiku.
Kasian kulihat mas Andi yang kehilangan pencarian nya, aku berinisiatif membantunya dengan membuat kue jajanan .
"Mas... aku mau jualan kue boleh gak?"
aku selalu meminta ijin padanya, aku berusaha menjadi istri yang berbakti."Jualan kue? Emang adek bisa? kalau belum belajar lagi dulu" Tanya suamiku tak percaya pada kemampuan ku.
"Kan adek bisa belajar lewat YouTube mas..."
"Ya sudah kalau begitu..mas dukung aja asal itu bermamfaat."
"Makasih mas..."
Aku langsung beranjak ke kamar, kubongkar celengan yang biasa kusimpan uang lebih belanjaan yang dikasih mas Andi. Lumayan bisa buat modal jualan kue dan bantu mas Andi .
"Mas..anterin adek ke pasar, yok adek mau belanja bahan kue.."
"Dek..mas gak bisa kasih uang buat modal kamu buat kue, gimana? kamu tahu sendiri kan ojek mas lagi sepi pelanggan"
"Gak apa apa mas. Adek ada kok tabungan hasil lebih uang belanja adek sisishkan sedikit demi sedikit, lumayan buat modal jualan kue"
"Alhamdulillah...yok mas anter dek."
Sampai dipasar aku segera membeli tepung, gula, mentega, dan semua bahan kue.
Aku berencana membuat kue donat karena bahannya gak terlalu banyak dan tidak mahal.Pukul 04.00 subuh aku sudah bangun dan langsung beraktivitas di dapur, kusiapkan semua bahan untuk membuat kue.
Jam 07.00 pagi kue sudah selesai, dan siap diantar ke warung warung uang ada didekat rumah.
"Mas..."
"Iya dek.."
"Nanti sore tolong ambilkan kue yang adek titip diwarung ya."
"Iya dek, mas berangkat ojek dulu ya..."
"Iya mas..hati hati." Ucapku seraya mencium punggung tangan mas Andi.
Sore hari pukul 05.00 bang Andi sudah pulang.
Kulihat ia membawa pulang kotak kue yang kutitipkan tadi pagi diwarung."Asalamualaikum.."
"Waalaikumsalam..udah pulang mas".
"Iya dek..ini kotak kue kamu.."
"Habis semua ya mas?" tanyaku sambil melihat isi kotak kue.
"Tadi ada sisa sepuluh biji, dari pada terbuang Abang kasih aja buat temen mas sesama ojek.."
"Iya gak apa apa mas hitung hitung sedekah."
"Ini uang laku donat 30.000 dek."
"Alhamdulillah mas." ucapku sambil meraih uang dari mas Andi.
Bagi kami uang segini sangat berarti, apalagi dimasa pandemi seperti sekarang. Kami harus pandai pandai menyisihkan uang agar bisa membayar uang kontrakan rumah.
Mas Andi masih kesusahan memikirkan sepinya pelanggan, karena sudah berbulan bulan semua pelanggannya tidak masuk kantor dan para siswa tidak sekolah.
Aku sebagai istri selalu mencoba memberi semangat pada suamiku. Aku yakin dibalik ujian pasti ada hikmahnya.
Bersambung....
Part 45Pov AndiAku tak menyangka akan bertemu Nur disaat penampilan ku sedang kacau begini, baju yang kupakai penuh dengan nida tepung, celana kucel bekas kecap, sendal jepit, ditambah lagi rambut acak acakan sebulan belum keramas. Duh, malu sekali jumpa sama Nur tadi, berbanding terbaik dengan penampilannya. Nur telihat lebih putih, bersih, langsing, wangi, glowing, ah pokonya sempurna. Mengapa setelah bercerai dengaku Nur terlihat semakin cantik dan menawan? Aku sampai pangling bertemu dengan nya. Kalau tahu Nur akan secantik ini, tak akan ku pacari janda kembang tetangga kampung sebelah, sepuluh kali lebih cantik Nur. Iya, Nur yang sekarang tapi. Kalau Nur yang dulu mah, hitem, dekil, jelek, sebelas dua belas sama aku. Ya, aku sadar dulu saat masih miskin Nur tidak kenal yang namannya skin care apalagi pergi ke salon, boro boro, untuk beli beras saja susah. Pernah dulu aku bertanya pada Nur "dek, kamu kok
Part 45Bertemu Mas Andi di pasarSepulang dari rumah Linda, aku kembali ke aktivitas biasanya ditoko membantu karyawanku membuat kue. Sebenarnya bisa saja aku duduk manis saja sebagai Bos, tapi aku tidak mau. Jiwa bisnis selalu menuntutku untuk selalu bekerja, apa saja harus aku kerjakan, selagi aku mampu dan senang mengerjakannya. Setiba di dapur toko, aku hendak membantu Rini menyiapkan Adonan kue, tapi Rini mengatakan jika persediaan bahan baku tinggal sedikit lagi. "Bu, tepung sama mentega tinggal beberapa kilo, ibu harus segera menyiapkan bahan bahan itu, pesanan masih banyak bu""Baiklah Rin, saya akan memesannya segera"Aku segera mengubungi toko bahan kue langgananku, namun ada sedikit kendala, pemilik toko sedang dirawat di rumah sakit karena Operasi ginjal, terpaksa tokonya di tutup untuk beberapa hari. Terpaksa aku harus kepasar untuk memesan bahan bahan kue ditoko lain. "Rin, saya harus ke
Part 44Mengantarkan Linda pulang"Terima kasih Nur.. Terima kasih sudah memberikan kebebasan pada Anak saya.. "Ibunya Linda mencium tangan ku sambil menangis, aku jadi tidak enak hati, beliau jauh lebih tua dari ku tidak pantas beliau mencium tanganku. "Iya Buk, Ibu tidak usah mencium tangan saya Buk. Saya jadi tidak enak.. " Aku berusaha menarik tanganku, namun ibu ini semakin erat memegang tanganku. "Kamu baik sekali Nur, kamu sudah Maafkan Anak saya ya Nur, dan membebaskan dia, kamu memang berhati malaikat Nur, kamu orang baik Nur, semoga Allah memberikan kebahagiaan padamu Nur.. ""Amin.. " Setelah mencium tanganku, Ibu ini lalu memelukku. Ia merasa sangat bahagia karena anaknya bisa bebas, aku bisa merasakan kebahagiannya. "Ayok Nur dan Ibuk mari masuk kedalam" Aku dipersilahkan masuk kedalam rumah ibunya Linda. "Iya Buk, "Begitu Memasuki rumah Ibunya Linda, anak anak Linda yang baru ba
Part 43Mengantar Linda pulangAku tahu, Linda pasti tak punya uang sama sekali. Biarlah aku mengantarkan dia pulang kerumahnya, sekaligus aku mau silaturahmi dengan ibu dan anak anaknya. "Linda, ayo aku antar kamu pulang, sekalian aku mau silaturahmi sama ibu dan anak anak kami" Ucapku seraya tersenyum, aku mencoba berdamai dengan hatiku. Aku mencoba ikhlas atas apa yang dilakukan Linda, biarlah masalah ini menjadi pelajaran bagi Linda untuk ke depan agar dia tidak melakukan kesalahan itu lagi. "Tapi Nur, aku malu... Aku gak punya muka jika menumpang dimobilmu setelah apa yang sudah ku lakukan pada mu" Linda merasa keberatan dengan ajakanku, padahal aku ikhlas membantunya. "Sudahlah Linda, aku sudah memaafkanmu, aku juga sudah melupakan masalah itu, aku ikhlasin apa yang terjadi, pulanglah bersamaku. Kamu pasti butuh kendaraan untuk pulang kerumah kan? "Linda mengangguk, ia kelihatan segan bicara denganku,tida
Part 42Menarik gugatan LindaMaka dari itu, aku memutuskan untuk mengikhlaskan saja Uang yang telah di ambil Linda, aku berencana akan mencabut tuntutan di kantor polisi. Aku belajar dari pengalaman emak mertua, dengan ikhlas hidup kita jadi mudah. Ya, setelah melaksanakan shalat istikarah aku mantap mendapatkan petunjuk, lewat Kenangan dan cerita dari Almarhum Emak mertua, Alfatihah untuk beliau, semoga beliau tenang disana. Semoga keputusan ini adalah yang terbaik, terutama bagi Anak anak Linda. Pagi Hari, aku menceritakan pada Ibu tentang keputusanku akan mencabut gugatan Linda. Ibu tak terlihat kaget, beliau malah tersenyum padaku. "Ibu tahu kau bukan orang jahat Nur, ibu dukung keputusanmu""Alhamdulillah, semoga ini yang terbaik untuk kita ya Bu""Amin.. "Aku ditemani ibu mendatangi kantor polisi untuk mencabut gugatan Terhadap Linda. Polisi nampak kaget dengan keputusanku secara tiba t
Part 41mengikhlaskan Uang yang telah hilangTanpa menunggu jawaban dari Ibu tersebut, aku segera bangkit lalu menuju ke ruang kerjaku. Sebenarnya aku kasihan pada ibu itu, tapi aku harus tegas padanya, walau bagaimanapun perbuatan Linda tetap salah dimata Hukum dan agama. Jika memang Linda sayang pada anak anaknya, harusnya ia berpikir seribu kali untuk melakukan kejahatan, karena resikonya adalah anak anaknya yang tak berdosa itu terlunta lunta. Dan aku sangat benci pada Suaminya, bisa bisanya laki-laki pengecut itu berhutang ratusan juta, lalu kabur begitu saja, udah buat masalah malah melimpahkan masalah itu pada istrinya, benar benar laki laki tak tahu untung. Duh, aku harus bagaimana? Aku sebenarnya kasihan pada Linda, dia itu hanya korban dari kejahatan suaminya, akun juga kasihan pada anak anaknya. Tapi aku juga tak bisa membiarkan perbuatan Linda begitu saja, ia harus bertanggung jawab atas perbuatan mencuri uangku yang j