Share

Buku Sang Petunjuk

Energi besar yang dimaksud tidak dapat dijelaskan oleh sang tabib, hingga waktu pemeriksaan berakhir.

Zeion kecil masih memasang senyuman khas bayi yang akan membuat setiap hati menemukan ketenangan, sayangnya waktu yang tidak tepat, kedua orang tuanya memandang dengan wajah yang ketakutan.

Kalau sudah besar mungkin Zeion akan mengatakan hal apa yang bisa memberikan rasa takut begitu kuat terhadap orang tuanya. Bayi mungil itu perlahan menutup matanya, lalu hanyut dalam tidur lelap yang sedang mengisap jempol kanannya.

Edmon dan istrinya Rosa saling bertukar pandangan, penuh akan kekhawatiran yang begitu besar dari apa yang sedang terjadi.

Kejadian itu membuat keluarga ini memutuskan untuk membatasi kegiatan Zeion, sejak umur 4 tahun, Zeion lebih sering dikurung di dalam kamar yang ditemani beberapa buku.

Hari ini pun sama, dirinya sedang duduk di dekat jendela kamar sembari membaca beberapa buku tentang penyihir kuno.

“Buku ini benar-benar menyenangkan!” ucapnya yang tidak dapat melepaskan pandangan terhadap rentetan tulisan.

Seraya suara aneh menghampiri telinganya, itu berasal dari pintu yang terbuka.

“Enia!”

Enia tersenyum melihat Zeion yang menyambutnya dengan wajah senang, disusul pelukan hangat yang begitu dirinya rindukan.

Enia gadis muda berumur 20 tahun yang bekerja sebagai pengasuh Zeion, ini sebenarnya terpaksa dilakukan Enia demi kehidupannya yang sudah cukup terpuruk. Cukup beruntung dia dapat diterima di keluarga Edmon yang terkenal kaya atas perdagangan kain dan pakaian.

Memang Edmon tidak pernah menjadi seorang bangsawan, meski begitu dia cukup terampil dalam berdagang hingga dikenal berbagai macam bangsawan yang tertarik dengan pakaian yang dijualnya.

“Tuan Muda sedang apa?” tanya Enia.

“Aku sedang membaca buku penyihir yang Enia berikan waktu itu!” jawab sang bocah dengan telunjuk menuju buku tersebut.

Enia merasa senang buku pemberiannya dapat menghibur Zeion, namun ada hal yang tidak dapat dirinya bayangkan kenapa bocah yang terlihat normal ini diletakkan di sebuah bangunan cukup terpencil dan jauh dari kediaman Edmon yang mewah.

“Neh... apa aku nanti bisa bebas seperti para penyihir itu?”

Pertanyaan ini membingungkan Enia, mata mereka saling berpandang dalam keheningan. Jawaban harus segera ditemukan Enia untuk menghentikan fatamorgana yang semakin ambigu.

“T-Tentu saja...” ucapnya yang tanpa sengaja keluar.

“Benarkah...” Itu benar-benar memicu sorot mata penuh bahagia dari wajah Zeion.

Anak tersebut lalu berpaling darinya, menatap ke arah jendela yang kebetulan terkena sinar matahari, menambah kesan siluet megah yang hangat ini.

Rasa bersalah telah menghantui Enia, itu hanya kebohongan yang mungkin menjadi kesalahan di masa depan. Namun, dirinya berusaha untuk membuat sebuah senyuman demi menghilangkan rasa takut ini.

Hari demi hari berlangsung cukup cepat, keberadaan Zeion benar-benar sudah terlupakan oleh Edmon dan Rosa. Tidak bisa dipungkiri, mereka punya pengganti Zeion yaitu Emily yang lahir lima tahun lalu, gadis kecil ini benar-benar menjadi harapan untuk mereka.

Kini Zeion menginjak umur 9 tahun, tidak ada yang sadar akan hal ini kecuali Enia yang sedang duduk bersama di dalam kamar Zeion.

Keduanya bersenda gurau dengan sedikit tepuk tangan dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun, ditemani lilin dan kue berbalut beberapa buah.

Pfft...

Ditiup Zeion lilin yang berjajar ini, lalu diiringi tepuk tangan Enia yang menumbuhkan rasa semangat. Berikutnya hadiah yang diberikan Enia untuk Zeion.

Sebalut kain putih berbentuk kotak, rasa penasaran ini benar-benar meningkat hingga wajah Zeion terlihat terengah-engah.

“Silakan buka!”

Alarm ini langsung membuat tangannya bergerak cepat, menarik kain yang sudah membungkus isi dengan rapi. Satu persatu semua mulai terlepas hingga menunjukkan satu benda yang sudah sering dilihat Zeion, yaitu buku berbalut sampul hitam dengan simbol sayap burung.

“Wah...”

Tapi, mata Zeion tidak berubah murung apalagi menandakan kebosanan, ini hadiah terbaik yang bisa dirinya dapatkan dari seseorang yang peduli terhadapnya.

“Buku apa ini?” tanya Zeion dengan penuh semangat.

“Buku ini aku berikan untuk Tuan Muda, ini buku tentang sihir dan kultivasi!”

Mata Zeion sedikit melebar, dia membengkokkan lehernya dengan kepolosan tinggi.

“Kultivasi? Apa itu?”

“Oh...” Enia bergegas menutup bibirnya, dia merasa bodoh telah mengatakan hal yang seharusnya tidak boleh diucapkan kepada anak-anak. “Itu sama seperti teknik sihir!”

“Teknik sihir?” Apa pun itu, semua hal yang didengarnya telah menambah rasa semangat dalam tubuh Zeion.

Begitu acara ulang tahun kecil ini selesai, Enia tentu memutuskan pergi dari sana. Hanya Zeion seperti biasanya ditemani kesendirian.

Dia tidak takut, sejak awal memang semuanya sudah seperti ini. Dirinya merasa kalau kegelapan dan keheningan lebih menyenangkan.

Buk...

Buku besar itu bahkan setengah badannya diletakkan di atas meja, ketebalannya satu kepal tinju pria dewasa, semakin bersemangat Zeion untuk membaca isinya.

Tanpa diketahui Zeion kalau Enia memberikan ini berdasarkan rasa takut yang membuatnya terus dihantui. Sebelum terlalu jauh, Enia menoleh ke arah bangunan yang mengurung Zeion.

“Apa tidak apa-apa aku memberikan buku sihir seperti itu kepadanya?” Dia mencoba menepis keraguannya ini dengan mengingat umur Zeion yang masih 9 tahun.

Kondisi Zeion masih dalam semangat berapi, dirinya mulai membuka sampul buku tebal ini. Wajahnya disuguhkan tulisan aneh yang dirinya tidak mengerti, namun itu bukan masalah, ketakutan Edmon bukan hanya informasi dari tabib, tapi juga perkembangan Zeion yang jauh dari kata normal.

Tidak pernah belajar membaca huruf kuno atau berbagai macam hal yang berhubungan dengan sebuah artefak, namun di sini Zeion dapat dengan mudahnya mengerti maksud dari isi buku tersebut.

Kultivasi dan sihir terkandung di dalam buku, seperti yang dikatakan Enia, ini hanya sebuah buku untuk mempelajari, namun gadis ini kurang berhati-hati karena buku itu merupakan buku tingkat lanjut yang biasa dipelajari oleh seorang penyihir tingkat 3 atau tinggi.

Satu kalimat pertama yang dilihat Zeion di atas buku, dan itu cukup besar untuk ditempatkan di satu halaman yang bersih.

“Energi Terbukalah!”

Detak jantung dalam tubuh Zeion begitu kuat, satu kali namun membangkitkan sesuatu yang bersemayam. Sekujur tubuhnya seakan hidup dalam sanubari yang cukup lama, mata Zeion dibawa ke dalam sensasi jatuh dari ketinggian ribuan meter. Itu hanya sesaat hingga suasanya kembali.

“Apa itu tadi?” Itu tanya dari seseorang yang sedang menjalin kultivasi di sebuah tempat tinggi, dia menatap bintang di malam yang gelap.

Energi yang memunculkan dirinya tidak dapat dikenali, namun ini terasa mengerikan dan dahsyat. Beberapa dari mereka bahkan sampai berpikir kalau kejadian dalam kurun waktu yang lebih dari 700 tahun lalu akan terjadi lagi.

“Wah... apa itu tadi? Tubuhku terasa ringan...” Zeion mengepalkan tangannya hingga otot mungil menonjol, dia merasa dipenuhi oleh sesuatu yang misterius. “Ini benar-benar luar biasa...”

__To Be Continued__

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status