Share

Buku Sang Petunjuk

Author: Azure Luster
last update Last Updated: 2023-08-22 19:47:53

Energi besar yang dimaksud tidak dapat dijelaskan oleh sang tabib, hingga waktu pemeriksaan berakhir.

Zeion kecil masih memasang senyuman khas bayi yang akan membuat setiap hati menemukan ketenangan, sayangnya waktu yang tidak tepat, kedua orang tuanya memandang dengan wajah yang ketakutan.

Kalau sudah besar mungkin Zeion akan mengatakan hal apa yang bisa memberikan rasa takut begitu kuat terhadap orang tuanya. Bayi mungil itu perlahan menutup matanya, lalu hanyut dalam tidur lelap yang sedang mengisap jempol kanannya.

Edmon dan istrinya Rosa saling bertukar pandangan, penuh akan kekhawatiran yang begitu besar dari apa yang sedang terjadi.

Kejadian itu membuat keluarga ini memutuskan untuk membatasi kegiatan Zeion, sejak umur 4 tahun, Zeion lebih sering dikurung di dalam kamar yang ditemani beberapa buku.

Hari ini pun sama, dirinya sedang duduk di dekat jendela kamar sembari membaca beberapa buku tentang penyihir kuno.

“Buku ini benar-benar menyenangkan!” ucapnya yang tidak dapat melepaskan pandangan terhadap rentetan tulisan.

Seraya suara aneh menghampiri telinganya, itu berasal dari pintu yang terbuka.

“Enia!”

Enia tersenyum melihat Zeion yang menyambutnya dengan wajah senang, disusul pelukan hangat yang begitu dirinya rindukan.

Enia gadis muda berumur 20 tahun yang bekerja sebagai pengasuh Zeion, ini sebenarnya terpaksa dilakukan Enia demi kehidupannya yang sudah cukup terpuruk. Cukup beruntung dia dapat diterima di keluarga Edmon yang terkenal kaya atas perdagangan kain dan pakaian.

Memang Edmon tidak pernah menjadi seorang bangsawan, meski begitu dia cukup terampil dalam berdagang hingga dikenal berbagai macam bangsawan yang tertarik dengan pakaian yang dijualnya.

“Tuan Muda sedang apa?” tanya Enia.

“Aku sedang membaca buku penyihir yang Enia berikan waktu itu!” jawab sang bocah dengan telunjuk menuju buku tersebut.

Enia merasa senang buku pemberiannya dapat menghibur Zeion, namun ada hal yang tidak dapat dirinya bayangkan kenapa bocah yang terlihat normal ini diletakkan di sebuah bangunan cukup terpencil dan jauh dari kediaman Edmon yang mewah.

“Neh... apa aku nanti bisa bebas seperti para penyihir itu?”

Pertanyaan ini membingungkan Enia, mata mereka saling berpandang dalam keheningan. Jawaban harus segera ditemukan Enia untuk menghentikan fatamorgana yang semakin ambigu.

“T-Tentu saja...” ucapnya yang tanpa sengaja keluar.

“Benarkah...” Itu benar-benar memicu sorot mata penuh bahagia dari wajah Zeion.

Anak tersebut lalu berpaling darinya, menatap ke arah jendela yang kebetulan terkena sinar matahari, menambah kesan siluet megah yang hangat ini.

Rasa bersalah telah menghantui Enia, itu hanya kebohongan yang mungkin menjadi kesalahan di masa depan. Namun, dirinya berusaha untuk membuat sebuah senyuman demi menghilangkan rasa takut ini.

Hari demi hari berlangsung cukup cepat, keberadaan Zeion benar-benar sudah terlupakan oleh Edmon dan Rosa. Tidak bisa dipungkiri, mereka punya pengganti Zeion yaitu Emily yang lahir lima tahun lalu, gadis kecil ini benar-benar menjadi harapan untuk mereka.

Kini Zeion menginjak umur 9 tahun, tidak ada yang sadar akan hal ini kecuali Enia yang sedang duduk bersama di dalam kamar Zeion.

Keduanya bersenda gurau dengan sedikit tepuk tangan dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun, ditemani lilin dan kue berbalut beberapa buah.

Pfft...

Ditiup Zeion lilin yang berjajar ini, lalu diiringi tepuk tangan Enia yang menumbuhkan rasa semangat. Berikutnya hadiah yang diberikan Enia untuk Zeion.

Sebalut kain putih berbentuk kotak, rasa penasaran ini benar-benar meningkat hingga wajah Zeion terlihat terengah-engah.

“Silakan buka!”

Alarm ini langsung membuat tangannya bergerak cepat, menarik kain yang sudah membungkus isi dengan rapi. Satu persatu semua mulai terlepas hingga menunjukkan satu benda yang sudah sering dilihat Zeion, yaitu buku berbalut sampul hitam dengan simbol sayap burung.

“Wah...”

Tapi, mata Zeion tidak berubah murung apalagi menandakan kebosanan, ini hadiah terbaik yang bisa dirinya dapatkan dari seseorang yang peduli terhadapnya.

“Buku apa ini?” tanya Zeion dengan penuh semangat.

“Buku ini aku berikan untuk Tuan Muda, ini buku tentang sihir dan kultivasi!”

Mata Zeion sedikit melebar, dia membengkokkan lehernya dengan kepolosan tinggi.

“Kultivasi? Apa itu?”

“Oh...” Enia bergegas menutup bibirnya, dia merasa bodoh telah mengatakan hal yang seharusnya tidak boleh diucapkan kepada anak-anak. “Itu sama seperti teknik sihir!”

“Teknik sihir?” Apa pun itu, semua hal yang didengarnya telah menambah rasa semangat dalam tubuh Zeion.

Begitu acara ulang tahun kecil ini selesai, Enia tentu memutuskan pergi dari sana. Hanya Zeion seperti biasanya ditemani kesendirian.

Dia tidak takut, sejak awal memang semuanya sudah seperti ini. Dirinya merasa kalau kegelapan dan keheningan lebih menyenangkan.

Buk...

Buku besar itu bahkan setengah badannya diletakkan di atas meja, ketebalannya satu kepal tinju pria dewasa, semakin bersemangat Zeion untuk membaca isinya.

Tanpa diketahui Zeion kalau Enia memberikan ini berdasarkan rasa takut yang membuatnya terus dihantui. Sebelum terlalu jauh, Enia menoleh ke arah bangunan yang mengurung Zeion.

“Apa tidak apa-apa aku memberikan buku sihir seperti itu kepadanya?” Dia mencoba menepis keraguannya ini dengan mengingat umur Zeion yang masih 9 tahun.

Kondisi Zeion masih dalam semangat berapi, dirinya mulai membuka sampul buku tebal ini. Wajahnya disuguhkan tulisan aneh yang dirinya tidak mengerti, namun itu bukan masalah, ketakutan Edmon bukan hanya informasi dari tabib, tapi juga perkembangan Zeion yang jauh dari kata normal.

Tidak pernah belajar membaca huruf kuno atau berbagai macam hal yang berhubungan dengan sebuah artefak, namun di sini Zeion dapat dengan mudahnya mengerti maksud dari isi buku tersebut.

Kultivasi dan sihir terkandung di dalam buku, seperti yang dikatakan Enia, ini hanya sebuah buku untuk mempelajari, namun gadis ini kurang berhati-hati karena buku itu merupakan buku tingkat lanjut yang biasa dipelajari oleh seorang penyihir tingkat 3 atau tinggi.

Satu kalimat pertama yang dilihat Zeion di atas buku, dan itu cukup besar untuk ditempatkan di satu halaman yang bersih.

“Energi Terbukalah!”

Detak jantung dalam tubuh Zeion begitu kuat, satu kali namun membangkitkan sesuatu yang bersemayam. Sekujur tubuhnya seakan hidup dalam sanubari yang cukup lama, mata Zeion dibawa ke dalam sensasi jatuh dari ketinggian ribuan meter. Itu hanya sesaat hingga suasanya kembali.

“Apa itu tadi?” Itu tanya dari seseorang yang sedang menjalin kultivasi di sebuah tempat tinggi, dia menatap bintang di malam yang gelap.

Energi yang memunculkan dirinya tidak dapat dikenali, namun ini terasa mengerikan dan dahsyat. Beberapa dari mereka bahkan sampai berpikir kalau kejadian dalam kurun waktu yang lebih dari 700 tahun lalu akan terjadi lagi.

“Wah... apa itu tadi? Tubuhku terasa ringan...” Zeion mengepalkan tangannya hingga otot mungil menonjol, dia merasa dipenuhi oleh sesuatu yang misterius. “Ini benar-benar luar biasa...”

__To Be Continued__

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Alam Murni Sang Kultivator   Sebuah Tantangan Yang Muncul

    Keduanya langsung beradu kekuatan, tapi tempo seperti ini sudah terjadi, semua tidak akan bertahan lama.Dan, benar saja, hanya beberapa detik saja sudah mampu membuat gadis tersebut terhempas.“Hahahaha... lemah sekali, jadi hanya seperti ini kekuatan dari seorang kesatria pengawal? Kau pantasnya menjadi penghibur untuk para lelaki...”Dia menyesal untuk mendengar kata-kata kotor ini, tapi mau bagaimana pun dia tetap harus mengakui kalau kekuatan dari orang tersebut jauh dari kemampuannya saat ini.“Kuat sekali, apa yang harus aku lakukan untuk dapat mengalahkannya! Kalau seperti ini..”“Tidak...”“Tuan Putri...”Teriakan itu menyebabkan kegaduhan semakin meningkat, seorang putri berambut hitam dengan pakaian biru terang telah dipaksa keluar.“Lepaskan aku...” gumamnya yang tubuhnya terus meronta-ronta.Hal seperti itu tidak akan menaruh rasa simpati terhadap orang-orang tersebut, mereka hanya menertawakan tidak berdayanya gadis tersebut.“Bajingan, kalian pasti akan menyesal telah m

  • Alam Murni Sang Kultivator   Tidak Perlu Bertanya-tanya kau

    Mau tidak mau dia tetap harus menerima kantung itu, terlebih lagi ini sebagai tanda terima kasih para penduduk telah dilindungi dari para serigala itu.Entah kenapa hatinya merasa ringan setelah pergi dari desa itu, bukan penyesalan yang seharusnya singgah di dalam tubuhnya.“Aku tidak tahu, tapi tampaknya memang sudah seharusnya seperti ini...”Walau sebenarnya dia tidak begitu sepenuhnya berhasil melindungi orang-orang, namun dia tetap akan menganggap ini sebagai pengalaman berharga.Berkat uang yang didapatnya, perjalanan ini tidak lagi dia harus merasa kelaparan ketika menemukan desa.Ini perjalanan hari kelima, arah yang telah ditujunya tidak dapat diketahuinya benar atau salah.Yang jelas hanya berjalan tanpa banyak pikir atau mengeluh. Selama waktu ini juga dia jauh lebih dapat melatih konsentrasi, beberapa makhluk buas ditemuinya untuk melatih daya tempur.Berkat semua pelatihan selama ini, dia merasa tidak menemukan masalah apa-apa. Namun, tetap saja kejadian pada waktu itu m

  • Alam Murni Sang Kultivator   Setidaknya kau Menyadari kelemahanmu sendiri

    Aliran energi yang sangat besar ini terus menggiring Zeion ke dalam kondisi rumit, seakan tubuhnya jatuh ke dalam jurang lautan yang terus menariknya ke bawah.“Aku sudah ada di mana? Rasanya sangat nyaman, aku tidak ingin pergi dari sini...”“Dasar bodoh...”Pupil mata Zeion membesar, dia melihat bayangan wajah Hander, teriakan yang selalu saja menjadi musik mengganggu untuk telinganya.Walau sudah terpisah sejauh ini, masih saja wajah Hander akan hadir untuk mengganggu batinnya.“Kau itu punya bakat, tapi jangan terlalu terlena! Akan ada banyak hal yang tidak bisa kau prediksi! Yang bisa kau lakukan hanya belajar ikhlas dengan kondisi yang terjadi...”Kalimat yang langsung menghentikan aliran energi di dalam tubuh Zeion, perlahan dia membuka matanya.Suasana telah menjadi gelap, dia tidak sadar sudah melewati waktu begitu panjang hanya untuk menenangkan mentalnya.Tapi, dia merasa kalau itu ada artinya, di dalam ruangan yang begitu hening ini, hanya ada satu cahaya yang mampu membua

  • Alam Murni Sang Kultivator   Kalau Hal Yang Tidak Dapat Dilakukan

    Bulir-bulir keringat masih mengucur di wajahnya, terus dia memandang ke arah telapak tangannya. Bergetar tanpa henti, bayangan mereka yang selama ini selalu menghinanya sudah menjadi hantu.“Kekuatan itu akan menjadi milikku...” Dengungan suara Desmon dengan senyuman yang begitu lebar.Napas yang terasa sempit ini sulit untuk dikendalikan, perlahan dia mengangkat wajahnya. Langkah kaki seseorang mendekat, dan tidak beberapa lama berganti dengan suara pintu yang terbuka.“Kau sudah bangun...” ucap Maria yang menyambutnya dengan senyuman hangat.Tapi, meski begitu tidak ada respons yang diberikan Zeion, wajah pria ini masih dipenuhi kecemasan.“Apa kau tidak apa-apa?” Masih tidak ada jawaban, Zeion hanya menundukkan pandangannya seolah takut akan sesuatu. Hal ini mengakibatkan Maria merasa enggan untuk bertanya lebih lanjut, dia khawatir akan mengganggu mental.Tidak ingin terus berlama-lama, dengan segenap keberanian, Zeion menghela napas panjang yang kemudian bertanya, “Bagaimana ko

  • Alam Murni Sang Kultivator   Jika Semua Itu Meluap-luap

    “Apa ini? Kekuatan dalam tubuhku mendadak meluap-luap...” Kondisi yang mengingatkan dirinya akan peristiwa pertemuan dengan Desmon, tapi dia tidak punya waktu untuk merenung.Para serigala ini masih saja ingin melakukan serangan terhadapnya, satu persatu datang dan bersiap untuk menerkam ke arah tubuhnya.Satu serigala hendak untuk melompat, gigi tajam yang dipenuhi air liur siap merobek daging dan kulit tubuhnya.“Aku tidak akan tertipu dengan teknik seperti itu lagi...”Bukan menjauhkan tangan yang akan digigit, justru Zeion mengepalkan tangannya yang kemudian dilepaskan dengan pukulan maut.Crash...Seketika saja tulang di wajah serigala itu hancur, dan membuatnya terhempas menimpa serigala lainnya.Tubuh yang terlalu ringan, tadi dipikirnya tidak akan menimbulkan pukulan terlalu kuat, akan tetapi tidak disangkanya akan memiliki dampak yang begitu besar.Masih terlalu dini untuk bergembira, serigala lainnya seolah tidak memahami situasi ini. Mereka terus saja mendatangi Zeion, men

  • Alam Murni Sang Kultivator   Sebuah Kekuatan Yang Begitu Besar, Sampai Kau harus Berhati-Hati

    “Kenapa banyak orang yang sedang berkumpul. Apa sudah terjadi sesuatu?”Langkah kaki Zeion mulai beranjak ke arah kerumunan orang-orang itu, di sana ada Zedt yang tampak sedang memasang wajah serius. Kerutan di wajahnya sangat jelas untuk memperlihatkan betapa kritisnya situasi ini.“Tuan...”Sebelum Zeion bisa mendatangi kerumunan orang-orang itu, kakinya menjadi harus berhenti akibat suara Maria yang mendadak muncul.Spontan saja Zeion menoleh ke arah sumber suara, bertanya-tanya kenapa Maria harus menghentikannya di saat seperti ini.“Akhirnya Anda bangun juga...”Dari pertanyaan ini saja langsung menimbulkan kebingungan terhadap Zeion.Sebenarnya Zeion tidak mengetahui kalau banyak penduduk yang sedang dalam kepanikan, namun dalam kondisi yang cukup ribut ini tidak membuatnya terbangun. Bahkan, Maria dan Zedt sudah mencoba untuk membangunkannya, tapi itu semua hanya usaha yang sia-sia.Tidak mau terus bingung, Zeion segera bertanya, “Memangnya apa yang terjadi?”Maria sedikit mema

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status