Share

Alana Menawan Hatiku

Suasana hati Albert sedang bagus pagi ini. Dia bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Harum sekali, wangi badannya pagi ini, dia semprotkan banyak parfum ke setiap lekuk tubuhnya. Seakan ingin bertemu bidadari, dia mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Albert sengaja berangkat sekolah lebih awal, berharap melihat Alana, siapa tahu Alana datang lebih cepat. Albert menuju sekolah dengan motor vespa hadiah lomba musik tahun lalu. Vespa itu berwarna hijau tosca dan berkilauan. Vespa yang sangat klasik.

Dia menyusuri kota menyusuri jalan menuju ke sekolahnya. Bersiul sepanjang  jalan dan menyanyikan lagu-lagu yang menambah baik suasana hatinya. Sampai-sampai dia tidak sadar semua kendaraan motor lainnya memperhatikan dia karena bernyanyi terlalu keras divespanya itu.Tiga puluh menit berlalu, tibalah Albert didepan gerbang sekolah. Bertemulah dia dengan pak Kusni, satpam sekolahnya. 

“Pagi pak Kusni,”sapa Albert dengan gembira.

“Tumben, sekali kamu datang sepagi ini Albert, biasanya kamu selalu telat,”ucap pak Kusni sambil menyindir halus.

“Karena cinta pak, aku seperti ini,” ucap Albert seperti hilang akal karena memikirkan Alana.

“Dasar anak jaman sekarang,”ucap pak Kusni sambil menggelengkan kepalanya dengan heran.

Albert yang kegirangan dan penuh senyuman itu mengemudi vespanya menuju ke parkiran motor sekolah. Selesai memarkir vespa kesayangannya itu. Seketika Albert dibuat melongo karena melihat Alana yang baru saja sampai. Alana sampai disekolah diantar oleh ayahnya. Bibir Albert membeku ingin sekali dia menyapa Alana untuk mengucapkan kata “Hai”, ataupun memperkenalkan dirinya. Tapi Albert tak memiliki keberanian. Nyalinya ciut didepan Alana. Hanya dapat memandang dari kejauhan saja. Berharap semoga Alana bisa sekelas dengannya nanti.

Albert berjalan pelan dibelakang Alana. Melihat rambut Alana yang sangat berkilau. Seketika Alana menyingkap rambut panjangnya itu dan menoleh ke arah belakang, lalu senyum kearah Albert. Seketika saja waktu dibuat berhenti olehnya. 

“Mengapa aku seperti orang gila saja ?”, ucap Albert dalam hatinya.

Tanpa disadari Albert terus berjalan sampai tidak menyadari langkahnya sampai ditempat Alana berhenti. Akhirnya Albert menabrak Alana tanpa disengaja. Dan hal itu tentu saja membuyarkan lamunan Albert dan serontak meminta maaf atas ketidaksengajaanya menabrak Alana.

"Brukk.."

“Mmm...Maaf aku tidak sengaja menabrakmu”, ucap Albert dengan nada yang sangat gugup dan bibir yang gemetar karena berbicara dengan Alana.

“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja,”ucap Alana sambil tersenyum dengan manis.

Baru saja Albert ingin melangkah meninggalkan Alana, karena sudah tidak kuat dekat dengan Alana. Seketika Alana memanggil Albert.

“Hei...hei...kamu? ya, kamu pria ang menabrakku tadi”, panggil Alana dengan antusiasnya.

“Aku?” jawab Albert dengan gugup.

“Aku seperti pernah melihatmu disuatu tempat, sebentar aku ingat dulu. Oh, ya kamu tetangga seberang rumah ku kan? Aku sempar melihatmu,waktu kamu memanaskan mesin vespamu tadi pagi,”ucap Alana.

“Ya, kamu benar,”ucap Albert sambil tentunduk karena gugup.

“Perkenalkan, namaku Alana. Kamu?” ucap Alana sambil menyodorkan tangannya kearah Albert.

Seperti mimpi dibuatnya. Hari ini seperti sebuah kebetulan yang beruntun, apakah Tuhan menghendaki Albert untuk kenal  jauh dengan Alana. 

“Namaku Albert,”sembari mengulurkan tangannya dengan gemetaran.

Albert tak tahu berapa lama lagi iya dapat menahan rasa gugupnya itu. Albert takut dia akan pingsan karena Alana.

“Kamu dikelas mana bert?” ucap Alana.

“Kelas XI IPA I,”jawab Albert.

“Wah kita sekelas, aku kira mungkin akan sulit mengenal orang lain disekolah baru. Aku bersyukur ternyata tetanggaku yaitu kamu. Ternyata juga bersekolah disini”.

“Kamu mau ga setelah jam istirahat makan siang nanti kamu nemenin aku keliling sekolah. Biar aku bisa hafal dengan fasilitas sekolah?”, ucap Alana dengan memohon kepada Albert memasang muka yang sangat imut dan membuat  jantung Albert seakan ingin keluar dari rongga dadanya itu.

“Aku mau Alana. Ayo kita masuk ke kelas, sepertinya sebentar lagi sudah waktunya  bel masuk sekolah berbunyi,”ajak Albert kepada Alana.

Albert berjalan bersama pujaan hatinya. Seperti ditimpa durian runtuh. Albert merasa hari ini adalah hari keberuntungannya. Karena insiden tabrakan yang tidak disengaja itu dia dapat berkenalan dan memegang tangan Alana yang sangat lembut. Mereka berjalan perlahan menyusuri lorong sekolah menuju kelas mereka.

Suasana canggung meliputi keduanya. Kondisi yang sangat awkward. Beberapa menit setelah mereka berjalan sampai lah mereka kedalam kelas. Albert segera menuju ke mejanya. Namun Alana masih melihat kekanan dan kemari sembari mengamati bangku kosong agar dia bisa duduk disitu. Karena melihat Alana yang kebingungan mencari bangku akhirnya Albert menawarkan bangku kosong yang ada disebelahnya persis.

“Alana..Alana..”, teriak albert dengan keras karena kebetulan suasana dikelas mereka saat itu sangat gaduh.

“Ya Albert?” jawab Alana sambil tersenyum.

“Kamu bisa duduk disebelahku kalau kamu mau, kebetulan bangku disebelahku duduk ini kosong,”ajak Albert kepada Alana.

“Serius? Aku boleh duduk disitu?” jawab Alana dengan nada yang senang.

“Ya, serius. Boleh kok ,” sahut Albert.

Alana pun berjalan menuju Albert dengan tas hitam yang dia gendong dipundaknya. Albert mencoba mencari topik pembicaraan untuk berbicara kepada Alana agar situasi lebih cair dan mereka berdua tidak terlalu canggung.

“Alana, kamu kenapa bisa pindah ke Jakarta? Kalau aku boleh tahu sebelumnya kamu tinggal didaerah mana?" ucap Albert setelah berpikir  pertanyaan apa yang akan dia tanyakan selanjutnya pada Alana.

“Aku pindah kesini karena ayahnya dipindahkan dinas ke Jakarta”.

“Sebelumnya aku tinggal di Bandung bert,” jawab Alana.

Belum sempat Albert menanyakan pertanyaan yang sudah dia siapkan untuk Alana. Ibu kepala sekolah masuk kedalam kelas kami.

“Pagi anak-anak,” sapa ibu kepala sekolah dengan tegasnya.

‘Pagi bu” sahut kami semua yang ada dikelas ini.

“Ibu ingin memberi tahukan kepada kalian, bahwa ada anak pindahan baru di kelas kalian ini. Silahkan Alana perkenalkan diri kamu di depan,” ucap Ibu kepala sekolah.

Alana pun memundurkan bangkunya. Dia berjalan perlahan sampai kedepan kelasnya. Dia berdiri didepan papan tulis disamping ibu kepala sekolah. 

“Silahkan Alana kamu bisa mulai,” kata ibu kepsek.

“Selamat pagi teman-teman, Namaku Alana Dwinda Larasati , umurku 17 tahun. Aku anak pindahan dari salah satu sekolah yang ada di Bandung. Senang berkenalan dengan kalian semua.

“Nah, anak-anak ada hal lain yang kalian mau tanyakan tentang Alana untuk perkenalan pertama ini?.

Setelah pertanyan ibu kepala sekolah. Ada beberapa anak yang ingin bertanya kepada Alana karena tidak tahan dengan pesona Alana yang cantik dan imut.

“Bu...bu...Saya mau tanya bu,” ucap Andri salah satu murid dikelas itu.

“Ya, silahkan Andri”.

“Alana kamu sudah punya pacar belum? Habisan kamu cantik banget sih,” tanya andri yang merupakan playboy dikelas itu.

Pertanyaan yang dilontarkan Andri membuat anak-anak lainnya ingin merespon. Serontak saja mereka semua menyoraki Andri.

“Wuuuuuuu,Gombal!!!”

“Itu bu si Andri, ga bisa banget lihat cewe bening sedikit,” sahut anak-anak yang lain.

“Sudah-sudah kalian tenang, ibu rasa sudah cukup perkenalan dari Alana. Alana kamu bisa kembali ke bangkumu,”ucap ibu kepala sekolah kepada Alana.

“Baik, bu terimakasih,”ucap Alana sambil berjalan menuju bangkunya itu.

Tidak heran lagi dari dulu banyak sekali laki-laki yang tertarik dengan pesona Alana. Tapi Alana merupakan perempuan pemilih. Tidak sembarang laki-laki bisa mendapatkan hatinya. Mantan Alana pun bisa dihitung oleh jari. Alana adalah murid yang berprestasi dan sangat pintar bertolak belakang sekali dengan Albert.

Pelajaran hari cukup padat. Ada fisika, biologi, matematika, dan olahraga. Sementara Alana belum mempunya buku pelajaran Albert mengajak Alana untuk melihat buku pelajarannya agar tidak tertinggal pelajaran. 

“Alana, kamu bisa lihat buku pelajaranku dulu. Kita share berdua gapapa kan?” ajak Albert dengan nada pelan.

“Makasih ya bert, iya gapapa banget dong.”

“Aduh please Alana  jangan senyum lagi didepanku, bisa jadi aku pingsan ditempat, sekarang” ungkap Albert dalam hatinya.

Tak henti Albert memandangi Alana, berharap Alana tak pernah sadar bahwa dipandangi diam-diam oleh Albert. Dipandanginya tulisan sambung Alana yang amat rapih. Alana yang seakan tak terganggu dengan tatapan Albert. Dia hanya fokus kepada pelajaran yang diterangkan guru didepan kelas. Bahkan saat serius saja wajahnya tetap begitu saja menarik. Pandangan Albert kepada Alana akhirnya terhenti ketika mendengar bel istirahat.

“Bert, istirahat bareng yuk. Oh, ya kamu masih hutang janji untuk mengantarku berkeliling sekolah ya,”ucap Alana.

“Yuk, jalan kekantin”.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status