Share

Berjalan Bersama Alana

Bisa dibilang ini kali pertama bagi Albert. Tapi mengapa terasa begitu menyenangkan. Serasa ada kupu-kupu berwarna-warni yang hinggap dipikiran dan hatinya. Aliran darahpun jadi tak teratur. Setiap hari berhalusinasi tentang Alana. Pikiran Albert melayang, raganya saja yang ada dikamar, tapi jiwa dan hatinya dibawa melayang bersama Alana. Mantra apa yang Alana punya sehingga Albert bisa sangat terpikat.

Pagi ini lain seperti pagi biasanya. Hati Albert penuh tawa riang, seakan tidak ada lagi mendung lagi yang akan datang. Jantungnya memompa darah dengan semangat, berdetak sangat cepat. Hampir saja Albert tak bisa mengontrol setiap detik detakan itu. Tawa riang, pipi merona, perasaan gelisah. Diambilnya sikat gigi yang ada didalam wadah plastik di dalam kamar mandi Albert. Dia berkaca membayangkan Alana bersender dipundaknya. Entah apa lagi halusinasi Albert nanti.

Bahkan dikaca saat dia menggosok giginya, dia masih saja bisa melihat wajah Alana terpampang nyata didalam lamunannya.Menyeka muka dengan hannduk dilehernya. Menyalakan keran dan membasuh mukanya yang berminyak itu. Dinyalakannya keran bak mandinya itu. Berendam dengan sejuta pikirannya tentang Alana. Padahal kalau bisa dibilang dia bisa melihat Alana setiap hari. Tapi beberapa jam saja bagai satu windu dibuatnya bila tak memandang wajah Alana. Alana seakan menjadi candu bagi Albert.

Diraihnya seragam sekolah dan segala perlengkapan untuk sekolahnya. Betapa senang hatinya karena ini hari pertama dia bersama berangkat menuju sekolah bersama Alana. Beruntungnya Albert mendengar kata "Ya" dari Alana. Kasian Alana harus menghadapi laki-laki seperti Albert. Itulah cinta, ion negatif harus bertemu dengan ion positif.

Turunlah dia perlahan meniti anak tangganya perlahan. Tak lupa juga ia siapkan helm untul Alana. Setibanya Albert dilantai bawah, dia melihat mama yang sedang duduk di meja makan. Lalu mama memanggil Albert.

“Albert, tumben kamu jalan pagi banget. Sarapan dulu sini sama mama dan papa,” ajak mama kepada Albert.

“Ma..pa, Albert sarapan dikantin sekolah aja ya, hehehe. Soalnya Albert  janji mau bareng berangkat sekolah sama Alana. Kasian Alana sudah siap-siap soalnya,” sahut Albert.

“Hmmm...pantas saja kamu sudah rapih pagi-pagi. Ya, sudah hati-hati ya dijalan, bawa motornya jangan ngebut-ngebut kasian Alana nanti masuk angin lagi,” ucap papa.

Albertpun berjalan mendekati papa dan mamanya untuk berpamitan dan mencium tangan mereka sebelum jalan menuju ke sekolah. Berjalanlah Albert menuju pintu rumahnya. Dipegangnya gagang pintu itu lalau dibukanya. Dia meraih sepatunya dan memasangnya di kedua sepatunya tidak lupa juga dia menali ikat sepatunya dengan erat. Terlihat Alana yang sudah berdiri didepan pintu rumahnya sambil menunggu Albert. Albertpun berjalan menghampiri Alana.

“Bagaimana sudah siap?” tanya Albert sambil menyodorkan helm untuk Alana.

“Udah dong, yuk berangkat!” jawab Alana sambil mengajak Albert.

Alana segera menaiki motor vespa Albert dan memakai helm yang diberikan Albert tadi. Dinyalakan motor vespa itu dan segera berjalan menyusuri komplek lalu menuju keluar.Setelah keluar dari area komplek itu Alana seakan menghapal jalan dan memperhatikan dengan seksama, mungkin karena dia baru dengan lingkungan yang sekarang.Jalanan hari itu tidak selancar kemarin, ditambah lagi dengan banyaknya lampu merah yang mereka lalui. Tapi untungnya udara pagi ini tidak panas. Karena terlalu lama berdiam diri dimotor, Albert memulai percakapan dengan Alana.

“Eh lan,” ucap Albert.

“Kok, diem saja daritadi?”ucap Albert.

“Habis bingung sih mau tanya apa,” kata Alana.

“Iya juga sih, gue daritadi mau tanya juga bingung mau tanya apa hahahaha,” sahut Albert.

“Sama gue juga anjir, takut pertanyaan gue krik begitu pas lo denger,” timpal Alana.

“Ihh, padahal ga tahu selow saja sama gue lan”, ucap Albert.

“Ya udah deh gue tanya nih. Lo, sudah makan pagi belom?. Perut gue keroncongan masa. Tadi bibi gue belom masak soalnya, hahahahaha...,” tanya Alana.

“Sama banget, gue juga belom sarapan. Sama-sama keroncongan kita hahaha. Ya, sudah nanti sarapan dikantin aja. Toh, sebentar lagi kita mau sampe,” jawab Albert.

Ketika asyik berbicara dengan Alana, tidak terasa mereka sudah melihat gerbang sekolah. Motor vespa milik Albert makin dekat dengan gerbang sekolahnya itu. Seperti biasa selalu ada satpam sekolah yang stand by didepan gerbang. Menjadi penjaga untuk mereka yang telat. Lalu albert menyapa pak satpam itu.

“Pagi, pak ,” ucap Albert.

“Pagi bert, cie berdua ini yeee,” ucap pak satpam sambil meledek.

“Truk aja gandengan pak,masa saya sendiri terus pa hahaha. Duluan ya pak.” Sahut Albert.

“OK, bert.” Jawab pak satpam.

Albert segera menuju parkiran sekolahnya dan memarkirkan motor vespanya itu disitu. Alana pun turun dari motor vespa milik Albert dan menyerahkan helm yang ia pakai kepada Albert. Mereka berdua pun berjalan masuk kedalam sekolah untuk menaruh tas mereka ditempat duduk mereka lalu menuju kekantin untuk sarapan bersama.

“Lan, yuk makan. Lumayan ini kita masih punya 45 menit lagi sebelum bel masuk,” ajak Albert sambil tersenyum.

“Yukk...yukk laper banget asli mau makan yang banyak huhuhu,” ucap Alana kepada Albert.

Mereka berdua akhirnya bergegas menuju kantin dan sarapan bersama. Semakin hari Albert dan Alana semakin dekat seperti sudah mengenal lama rasanya. Mereka duduk tidak jauh dari pintu masuk kantin. Lalu membeli sarapan yang mereka inginkan.

“Lo, jadi beli makan apa Lan?” tanya Albert.

“Gue beli nasi uduk jadinya sama es teh hehehe. Hidup ga seru kalau ga minum es haha. Kalo lo jadinya beli apa bert?” tanya Alana.

“Beli nasi goreng jadinya sama jus strawberry. Ngide banget ya gue beli jus pagi-pagi auto ke toilet deh gue hahaaha.”

“Ya, semoga saja ga ya,” sahut Alana.

Makanan yang mereka pesan akhirnya datang juga. Pelayan kantin membawa nampan berisi makanan dan minuman yang dipesan Albert dan Alana. Mereka makan dengan lahapnya. Bagaimana tidak, karena perut mereka belum diisi makanan sama sekali.

“Sumpah, kenyang juga akhirnya bert,” kata Alana.

“Iya, kenyang banget Lan, rasanya kaya ga makan tiga hari hahaha. Bener-bener deh ini perut,” sahut Albert.

“Sama anjir, gue juga hahaaha. Duduk dulu ya sepuluh menit habis itu kita ke kelas,” kata Alana.

Kekenyangan, itu yang mereka rasakan. Karena porsi makanan yang mereka makan pagi itu cukup banyak. Semoga saja makanan itu tidak membuat mereka mengantuk nantinya. Tepat sepuluh menit mereka duduk dibangku kantin. Terdengarlah bunyi bel masuk. Mereka berjalan menyusuri lorong dan menuju ke kelas mereka. Dengan perut yang menggendut dan rasa kantuk yang tiba-tiba muncul karena rasa kenyang sehabis sarapan tadi. Mereka mulai menguap dan merasakan kantuk yang luar biasa. Sampai tidak sadar mereka tertidur di kelas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status