Share

11. Pola

Setelah berhari-hari melakukan perjalanan yang melelahkan melewati hutan, kini Amora dan Xavier sudah ke luar dari hutan lebat tersebut. Hoia sudah tidak lagi terlihat bersama mereka, karena Xavier secara khusus memberikan perintah pada Hoia untuk menyembunyikan dirinya. Hoia tidak boleh menunjukkan dirinya sebelum Xavier memberikan isyarat atau perintah padanya. Sementara itu, kini Amora terlihat bersembunyi di belakang punggung Xavier, saat tiba-tiba ada segerombolan orang yang menghalangi jalan mereka. Karena sudah terbiasa bertemu dengan siluman-siluman yang bisa mengambil wujud manusia dengan sempurna, secara Alami Amora pun berpikir jika orang-orang itu adalah siluman pula. Kemungkinan besar, mereka adalah siluman yang berniat jahat pada mereka. Tentu saja bersembunyi dan berlindungi pada Xavier adalah satu-satunya cara bagi Amora untuk selamat.

Meskipun selama ini Amora sering mendengar perkataan Vheer yang berkata jika Xavier belum sepenuhnya pulih dan kekuatannya terbatas, tetapi Xavier masih memiliki kemampuan untuk melawan para siluman yang jelas tidak bisa dibandingkan dengannya. Namun, perkiraan Amora salah. Tak lama, Vheer terlihat muncul dan memimpin untuk memberi hormat pada Xavier. “Salam pada Amagl Agung,” ucap Vheer dan yang lainnya.

Amora pun muncul dari balik punggung Xavier dengan kening mengernyit dalam. Tentu saja, bagi Amora mereka semua tengah melakukan kesalahan. Xavier bukan Amagl Agung, ia adalah Amagl yang dikutuk karena kesalahan yang sudah ia perbuat di masa lalu. Namun, Amora memilih tidak mengatakan apa pun, karena Amora tahu masalah kepercayaan seperti ini sangat sensitif. Bisa-bisa pada akhirnya Amora akan dimusuhi oleh mereka semua dan berada dalam bahaya jika bicara sembarangan mengenai Xavier. Selain itu, Amora sendiri sebenarnya sedikit banyak merasa ragu mengenai sejarah masa lalu yang ia ketahui. Sosok Xavier yang diceritakan dalam sejarah, entah mengapa terasa begitu berbeda dengan sosok Xavier yang saat ini Amora lihat. Xavier memang terlihat dingin dan menyebalkan, tetapi selama perjalanan, ia benar-benar memastikan jika Amora berada dalam perlindungannya. Amora menggelengkan kepalanya. Tidak, ia tidak boleh lengah hanya karena Xavier sudah menolongnya sekali.

“Bukankah aku sudah mengatakan untuk bertindak dengan hati-hati? Kalian berkumpul seperti ini pasti akan menarik perhatian orang-orang,” ucap Xavier setelah menerima salam pengikut setianya.

“Tuan tidak perlu merasa cemas. Hutan ini berbatasan dengan sebuah desa yang tidak terlalu banyak penghuninya,” ucap Vheer.

“Kalau begitu, mari kita kembali ke desa,” ucap salah seorang wanita yang entah mengapa menatap Xavier dengan penuh rindu dan cinta. Wanita itu adalah Lilith.

Amora yang melihatnya mengernyitkan kening. Sebagai sesama wanita, tentu saja Amora bisa menyimpulkan jika wanita cantik itu memiliki perasaan yang mendalam pada Xavier. Amora pikir itu hal yang wajar. Karena selain Xavier memiliki kekuatan yang besar, ia juga memiliki penampilan yang menarik. Hanya saja, entah mengapa Amora merasa kesal. Wajahnya berubah muram, saat dirinya melangkah mengikuti Xavier yang sebenarnya sudah menyadari perubahan hati Amora. Namun, Xavier memilih untuk mengabaikan hal itu, dan mengubah warna rambutnya menjadi sepenuhnya berwarna abu-abu gelap. Penyamaran yang harus ia lakukan karena penampilannya yang terlalu mencolok. Karena Xavier memang tengah dalam persembunyian, tentu saja ia harus berusaha untuk menekan perhatian yang tertuju padanya.

Gerombolan yang tadi menyambut Amora dan Xavier telah menyebar. Mereka kembali ke tempat mereka masing-masing, sesuai dengan perintah Xavier. Sementara itu, Amora dan Xavier dibawa untuk beristirahat di rumah kayu miliki Lilith. Vheer juga ada di sana, membantu Lilith untuk menjamu Xavier dengan baik. Amora diberi gaun oleh Lilith, dan tidak membuang waktu untuk segera membersihkan dirinya. Saat Amora mandi, Xavier pun memanggil Vheer dan Lilith untuk mendengar laporan mengenai tugas yang sebelumnya Xavier berikan. Vheer yang terlebih dahulu memberikan laporan. “Saat ini Kaisar dibantu Pendeta Agung tengah berupaya untuk menekan korban wabah. Sumber wabah masih belum diketahui, jadi mereka masih berupaya untuk menemukan obat dan sihir penyembuhan yang tepat,” ucap Vheer.

Lalu Lilith menyambung, “Untuk para siluman, mereka bergerak dengan hati-hati. Apalagi Kaisar sendiri sudah mengirimkan pasukan khusus untuk membasmi siluman yang menyerang desa-desa di sekitar benteng perbatasan kekaisaran.”

Xavier mengangguk. “Bagaimana dengan Penyihir Putih?” tanya Xavier.

Lilith dan Vheer menggeleng dengan kompak. “Seperti yang Tuan ketahui, Penyihir Putih tidak bisa dihubungi atau ditemukan dengan mudah. Setelah Tuan tidur panjang, ia lebih sulit untuk ditemui. Seakan-akan sengaja untuk bersembunyi,” ucap Vheer.

“Kalian sudah memastikan jika semua pengikut mengetahui kebangkitanku, bukan?” tanya Xavier. Vheer dan Lilith mengangguk.

“Kalau begitu, kalian tidak perlu berusaha untuk menghubungi atau mencari Penyihir Putih. Karena tak akan lama lagi, dia akan segera muncul,” ucap Xavier.

***

“Terima kasih,” ucap Amora saat makan malam disajikan. Kini, rupanya para siluman yang tadi menyambut Amora dan Xavier, berkumpul dan makan malam bersama dengan Xavier di satu meja panjang yang disediakan oleh Vheer di belakang rumah miliki Lilith.

Perjamuan itu terlihat sangat normal, dan dihadiri oleh orang-orang biasa yang beberapa di antaranya memiliki wajah yang memukau. Setidaknya itu yang terlihat oleh orang awam. Namun, Amora yang sudah mengetahui identitas mereka semua, tahu jika ini bukan perjamuan biasa. Melainkan perjamuan yang dilakukan oleh para siluman. Amora yang duduk di samping Xavier, menatap pada para siluman yang tampak makan dengan baik, selayaknya manusia. Padahal, Amora selama ini tidak pernah melihat Xavier maupun Vheer makan makanan yang ia santap. Namun, kali itu pun, Amora terlihat Xavier memakan beberapa potong buah segar yang disiapkan oleh Lilith. Wanita cantik itu terlihat menempel pada Xavier, dan semakin membuat suasana hati Amora memburuk.

Amora tidak menyadari, jika saat ini para siluman yang makan satu meja dengannya, tengah mencuri-curi pandang padanya. Jelas terlihat bahwa mereka menaruh rasa keingintahuan dan penasaran yang tinggi padanya. Saat Amora mengangkat pandangannya, ia pun melihat semua tatapan yang tertuju padanya, dan tersedak saat itu juga. Untungnya, Xavier dengan lembut menyodorkan gelas dan membantu Amora untuk minum. Perhatian sederhana yang membuat Lilith terlihat jengkel. Tentu saja Xavier memberikan tatapan dingin pada bawahannya yang masih menatap Amora dengan rasa penasaran mereka. Vheer pun segera berkata, “Jangan menatap Nona Amora seperti itu. Kalian membuat Nona Amora merasa tidak nyaman.”

“Tapi kami penasaran. Kami ingin mengenal sosok Pengantin Amagl,” ucap para siluman itu saling menimpali ucapan teman mereka.

Amora yang mendengarnya jelas terkejut. “Tunggu, Pengantin Amagl? Siapa yang kalian maksud?” tanya Amora.

Lilith yang mendengar pertanyaan Amora tersebut mengetatkan rahangnya. “Apa sekarang kau berpura-pura bodoh? Memangnya siapa di sini yang menarik perhatian selain dirimu?” tanya Lilith tajam.

Xavier mengernyitkan keningnya. “Perhatikan ucapanmu, Lilith,” ucap Xavier memberikan peringatan. Lilith pun menggigit bibir bawahnya dan mengepalkan kedua tangannya erat.

Suasana tiba-tiba menegang, dan Amora sendiri tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Ini tidak masuk akal. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku dipanggil sebagai Pengantin Amagl?”

Lalu sebelum Xavier menjawab, seorang pria tua tiba-tiba muncul. Pria itu memegang sebuah tongkat kau, dan memiliki jenggot yang sudah berubah putih. Semua siluman yang melihatnya segera berdiri dan memberikan hormat. “Salam bagi Penyihir Putih,” ucap mereka semua.

Benar, pria itu adalah Penyihir Putih yang sebelumnya dibicarakan oleh Xavier. Pria itu melangkah menuju Xavier dan memberikan salam pada sang tuan, sebelum memberikan hormat pada Amora sembari berkata, “Salam bagi Pengantin Amagl.”

Amora yang mendengarnya seketika marah. Ia bangkit dari kursinya dan berkata, “Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan?! Aku bukan Pengantin Amagl!”

Penyihir Putih itu tersenyum dan berkata, “Anda adalah gadis yang sudah ditakdirkan menjadi Pengantin Amagl. Dan Anda sendiri sudah menerima takdir tersebut.”

Xavier terlihat tidak tertarik untuk meredam kemarahan Amora, ia masih terlihat tenang duduk di kursinya. Tentu saja Amora merasa sangat marah. Ia mencengkram bahu Xavier dan berkata, “Jelaskan apa yang terjadi, Xavier!”

Hal yang dilakukan oleh Amora tersebut tentu saja membuat semua orang yang mendengarnya menahan napas. Tentu saja tindakan Amora sangat tidak pantas. Meskipun dirinya adalah seorang Pengantin Amagl sekali pun, tetapi dirinya tetap saja harus menunjukkan rasa hormatnya pada Xavier sang Amagl Agung yang mereka percayai. Xavier menghela napas, ia menatap Amora dan dalam sekejap Amora pun sudah duduk di atas pangkuan Xavier. Amora jelas berontak, tetapi Xavier menyentuh leher Amora dengan lembut dan berkata, “Pola ini sudah lebih dari cukup untuk menjelaskannya, Amora.”

Lalu sinar keperakan muncul di sekitar leher Amora, disusul dengan pola rumit yang muncul di leher Amora. Tentu saja Amora terkejut saat tiba-tiba ada sinar yang muncul di sekitar lehernya dan disusul dengan sensasi dingin yang menyenangkan pada kulitnya. Terlebih, saat melihat orang-orang melihatnya dengan raut yang benar-benar takjub. Amora pun segera melompat dari pangkuan Xavier dan berlari ke dalam rumah untuk bercermin. Seketika, Amora mematung saat melihat pantulan dirinya sendiri pada cermin. Ada pola rumit yang menghiasi leher jenjangnya. “A, Apa ini?” tanya Amora sembari menyentuh pola tersebut.

Xavier tiba-tiba sudah berdiri di belakang Amora dan berbisik tepat di telinga Amora, “Itu tanda bahwa kau adalah milikku, Amora.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Xavier dingin2 bikin jantung beku
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status